Kedatangan kedua pesawat terakhir merupakan pengiriman tahap akhir setelah secara bertahap ke-16 pesawat T-50i Golden Eagle, diterbangkan secara ferry dengan rute Sacheon Korea Selatan-Kaohsiung Taiwan -Cebu Philipina-Sepinggan Balikpapan Kaltim-Iswahjudi Air Force Base, oleh Penerbang Korean Aerospace Industries (KAI) ke Indonesia, mulai September 2013.
Saturday, February 01, 2014
T-50i Golden Eagle Indonesia Ready to Rock and Roll
Kedatangan kedua pesawat terakhir merupakan pengiriman tahap akhir setelah secara bertahap ke-16 pesawat T-50i Golden Eagle, diterbangkan secara ferry dengan rute Sacheon Korea Selatan-Kaohsiung Taiwan -Cebu Philipina-Sepinggan Balikpapan Kaltim-Iswahjudi Air Force Base, oleh Penerbang Korean Aerospace Industries (KAI) ke Indonesia, mulai September 2013.
Wulung UAV: Tantangan Dibalik Sistem Kendali dan Komunikasi Data
, Wulung UAV: Pesawat Tanpa Awak Pengawal Perbatasan RI.
Disebutkan bahwa TNI AU tak lama lagi akan menggelar satu skadron PUNA (Pesawat Udara Nirawak) sebagai wahana pengintai untuk wilayah perbatasan RI – Malaysia di Kalimantan. Dan ikon utama skadron anyar TNI AU ini adalah Wulung, jenis UAV (Unmanned Aerial Vehicle) buatan karya anak bangsa.
Memang di dalam komposisi skadron UAV, TNI juga mencomot UAV modern asal Israel, Heron. Tapi bagi kami, sosok Wulung-lah yang lebih memikat untuk ditelusuri lebih jauh. Mengapa? Alasannya adopsi UAV Wulung merupakan lompatan teknologi tinggi bagi kemandirian alutsista Dalam Negeri. Bila kita dapat menguasai teknologi UAV, maka bukan hal yang sulit bila nantinya Indonesia ingin mengembangkan UCAV (Unmanned Combat Aerial Vehicle) yang dipersenjatai.
Baik Heron dan Wulung, nantinya murni dihadirkan militer Indonesia sebagai pesawat pengintai. Sebagai wahana dengan muatan teknologi canggih, banyak sisi menarik dari Wulung yang dapat dikupas, diantaranya adalah sistem kendali dan komunikasi yang digunakan. “Ada banyak parameter yang dibutuhkan dalam menunjang operasional Wulung, tapi sistem kendali dan komunikasi data adalah yang paling menantang dalam pengembangannya,” ujar Mohamad Dahsyat, Kepala Bidang Teknologi Hankam Matra Udara BPPT kepada Indomiliter.com.
9 Pesawat Tempur China dalam Satu Gambar
Bahkan seandainya gambar ini ditampilkan tanpa keterangan pun, gambar
ini tetap menarik. Ini adalah gambar beberapa pesawat tempur buatan
China. Seandainya sobat bertanya soal ukuran J-10 dibandingkan dengan
J-8II, gambar ini akan memberikan jawaban.
Sejak gambar ini dipublikasikan di situs-situs China, tidak diketahui
kapan gambar ini diambil dan juga tidak bisa dipastikan apakah gambar
ini asli atau hanya hasil photoshop.
AU Filipina Beli 2 Pesawat Angkut PT DI
Angkatan Udara Filipina (PAF) akan mendapatkan dua pesawat angkut ringan
baru dari Indonesia untuk meningkatkan misi pengiriman personel dan
pasokan ke daerah-daerah terpencil.
Dua pesawat angkut ringan yang dimaksud adalah NC-212i buatan PT DI. Sebelumnya PT DI telah memenangkan tender proyek pengadaan pesawat angkut ringan sayap tetap untuk PAF yang senilai P814 juta atau USD 60,7 juta.
Dua pesawat angkut ringan yang dimaksud adalah NC-212i buatan PT DI. Sebelumnya PT DI telah memenangkan tender proyek pengadaan pesawat angkut ringan sayap tetap untuk PAF yang senilai P814 juta atau USD 60,7 juta.
Departemen Pertahanan Filipina telah mengeluarkan pernyataan mengenai proyek ini. Juru bicara PAF, Kolonel Miguel Okol mengatakan bahwa pesawat angkut buatan PT DI itu tidak hanya bisa mendarat di landasan pacu pendek, bahkan bisa di daerah yang tidak memiliki landasan (standar).
Pesawat yang lebih besar seperti Hercules C-130 dan pesawat angkut kelas menengah lainnya akan membutuhkan landasan pacu yang panjang, terang Okol. NC-212i tetap bisa membawa kargo lebih banyak daripada yang bisa dibawa helikopter.
KRI Bung Tomo 357 Tiba di Indonesia Agustus
Surabaya : Ditegaskan Kolonel Yayan Sofiyan Komandan KRI Bung Tomo 357, diperkirakan kapal perang yang dibeli dari pemerintah Inggris dan diawaki sekurangnya oleh 85 prajurit TNI AL itu akan tiba di Indonesia pada bulan Agustus mendatang.
“Perkiraan kami nanti bulan Agustus KRI Bung Tomo 357, yang kita bawa dari Inggris tersebut akan tiba di perairan Indonesia, dan kapal tersebut kami awaki bersama dengan sekurangnya 85 prajurit TNI AL,” terang Yayan.
Secara bergelombang, lanjut Yayan, para awak kapal yang seluruhnya adalah para prajurit TNI AL akan berangkat menuju Inggris kemudian bersama-sama membawa KRI Bung Tomo 357 menuju Indonesia.
KRI Bung Tomo 357 adalah kapal perang jenis multy roll light freegat yang dimiliki Indonesia dan akan menjadi satu diantara penjaga kedaulatan Republik Indonesia.
Gugus Tempur Laut TNI AL Tingkatkan Patroli Perbatasan RI- Malaysia
Surabaya : Awal tahun 2014, Gugus Tempur Laut (Guspurla) Koarmatim makin memperketat penjagaan perairan perbatasan Republik Indonesia dengan Malaysia, dengan menggelar operasi tempur laut dengan sandi Operasi Benteng Hiu-14. Persiapan operasi dibahas secara intensif dalam rapat laporan kesiapan operasi dipimpin oleh Komandan Guspurla Koarmatim Laksamana Pertama TNI Aan Kurnia, S.S.os., bertempat di Lounge Room Perwira KRI Oswald Siahaan-354 yang sedang bersandar di Dermaga koarmatim, Ujung, Surabaya, Kamis (30/01). Rapat membahas tentang kesiapan unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang terlibat dalam Operasi Benteng Hiu tahun 2014.
Kegiatan
Operasi Tameng Hiu-14 melibatkan enam kapal perang dari jajaran
Koarmatim, yakni satu kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) jenis Vanspeijk
KRI Oswald Siahaan-354, satu kapal Anti Kapal Selam (AKS) jenis Parchim
KRI Lambung Mangkurat-374, satu Kapal Cepat Rudal (KCR) KRI Badik-623,
satu kapal Buru Ranjau (BR) KRI Pulau Raas-722, satu kapal Patroli Kawal
Rudal (PKR) KRI Badau-841 dan KRI Salawaku-842. Guna memperkuat daya
tempur unsur-unsur kapal perang, Opersi Benteng Hiu-14 melibatkan
komponen pendukung opersi laut satu pesawat intai maritim Cassa P-851,
satu Satuan Setingkat Kompi (SSK) pasukan Marinir satu Detasemen
Perbaikan (tim repair) serta didukung dengan Satuan Tugas Intelijen
tempur.
Modernisasi Alutsista TNI AU Terus Berlanjut
Oleh karenanya prioritas pembinaan yang harus diutamakan adalah tercapainya kemampuan profesionalisme para penerbang
Jakarta : SAAT ini TNI AU sedang dalam proses pembangunan kekuatan dan kemampuan guna meningkatkan postur TNI yang tangguh serta profesional, dimana tahun 2014 ini menjadi puncak kedatangan alutsista baru bagi TNI Angkatan Udara.
Sesuai Renstra pembangunan TNI AU tahun 2010-2014 TNI AU akan menerima kedatangan beberapa jenis pesawat dan alutsista lainnya. Untuk itu, para personel yang mengawaki harus bisa mengatur kembali skala prioritas terkait alokasi jam latihan dan jam terbang sehingga semua sasaran operasi dapat tercapai, tanpa mengabaikan faktor Lambangja.
Demikian sambutan Kasau pada acara Rapat Koordinasi Operasi Angkatan Udara yang dibacakan Wakasau Marsdya TNI Sunaryo di Mabesau, Cilangkap (30/1/2014).
Jakarta : SAAT ini TNI AU sedang dalam proses pembangunan kekuatan dan kemampuan guna meningkatkan postur TNI yang tangguh serta profesional, dimana tahun 2014 ini menjadi puncak kedatangan alutsista baru bagi TNI Angkatan Udara.
Sesuai Renstra pembangunan TNI AU tahun 2010-2014 TNI AU akan menerima kedatangan beberapa jenis pesawat dan alutsista lainnya. Untuk itu, para personel yang mengawaki harus bisa mengatur kembali skala prioritas terkait alokasi jam latihan dan jam terbang sehingga semua sasaran operasi dapat tercapai, tanpa mengabaikan faktor Lambangja.
Demikian sambutan Kasau pada acara Rapat Koordinasi Operasi Angkatan Udara yang dibacakan Wakasau Marsdya TNI Sunaryo di Mabesau, Cilangkap (30/1/2014).
Memperkuat Daya Tawar Indonesia
Bung Tomo Class (Kenyot10) |
KRI Bung Tomo sendiri adalah metamorfosa korvet milik Brunai Darussalam, KDB Nakhoda Ragam Class, yang dijual ke Indonesia dengan harga sangat murah, yakni USD 300 juta untuk tiga kapal sejenis, belum termasuk biaya retrofit. Dua kapal lainnya, KDB Bendahara Sakam KDB Jerambak yang akan menyusul kemudian, konon juga akan dinamai pejuang pembela kemerdekaan, yakni KRI Usman-Harun dan KRI John Lie. Terlepas dari pro-kontra kenapa Brunai tidak jadi menggunakan kapal tersebut, Indonesia memandang kapal tersebut sangat layak.
Bahkan, sistem persenjataan dan komunikasinya lebih canggih dibandingkan korvet sigma yang dibeli dari Belanda. Untuk sistem senjata, misalnya, KRI Bung Tomo dicanteli Oto Melara, VLS Mica, Exo Block II, dan torpedo Stinger. Kedatangan kapal dengan senjata canggih dan lengkap tentu akan memacu kepercayaan diri prajurit untuk mengawal kedaulatan NKRI. Kekuatan korvet ragam kelas yang disandingkan dengan kelas Sigma, kelas Van Speijk, KCR, kapal selam, dan aneka jenis kapal perang lainnya yang telah dimiliki bangsa ini, sudah barang tentu juga akan melambungkan daya tangkal Indonesia di lautan.
Lapan Surveillance Aircraft Mampu Pantau Wilayah Indonesia
Tangerang : Kini, Indonesia memiliki Pesawat Pengamat Wilayah. Lapan bekerja sama
dengan Universitas Berlin, Jerman, berhasil mengembangkan pesawat
pengamat yakni Lapan Surveillance Aircraft (PK-LSA01). Pesawat ini
menjadi bagian pemanfaatan untuk kepentingan memotret wilayah di
Indonesia. Selasa (28/1), Kepala Lapan, Bambang S. Tejasukmana
meresmikan Pesawat LSA di Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan
(BBKFP) Ditjen Perhubungan Udara, Curug, Tangerang.
Program pesawat LSA ini merupakan bagian dari program utama Pusat Teknologi Penerbangan (Pustekbang) Lapan. Selain LSA, Pustekbang juga memiliki program pengembangan pesawat tanpa awak (Lapan Surveillance UAV – LSU) dan program pengembangan pesawat transport nasional (N-219).
Pesawat LSA memiliki beberapa misi yakni akurasi citra satelit, verifikasi dan validasi citra satelit, monitoring produksi pertanian, aerial photogrammetry, pemantauan, pemetaan banjir, deteksi kebakaran, search and rescue (SAR), pemantauan perbatasan dan kehutanan, serta pemetaan tata kota.
Pilot melakukan uji terbang perdana pesawat LSA di lapangan terbang BBKFP Ditjen Perhubungan Udara.
Program pesawat LSA ini merupakan bagian dari program utama Pusat Teknologi Penerbangan (Pustekbang) Lapan. Selain LSA, Pustekbang juga memiliki program pengembangan pesawat tanpa awak (Lapan Surveillance UAV – LSU) dan program pengembangan pesawat transport nasional (N-219).
Pesawat LSA memiliki beberapa misi yakni akurasi citra satelit, verifikasi dan validasi citra satelit, monitoring produksi pertanian, aerial photogrammetry, pemantauan, pemetaan banjir, deteksi kebakaran, search and rescue (SAR), pemantauan perbatasan dan kehutanan, serta pemetaan tata kota.
Pasuruan Siap Jadi Markas Leopard
Pasuruan :
TNI AD melakukan sejumlah persiapan untuk menyambut tambahan alutsista
kelas berat main battle tank (MBT) Leopard yang akan didatangkan tahun
ini.
Persiapan itu adalah garasi beserta SDM yang akan mengoperasikannya. Salah satu lokasi garasi leopard tersebut ada di Pasuruan, Jatim.
Rencananya, tank bikinan Jerman seberat 62 ton itu akan bermarkas di Batalyon Kavaleri 8 (Yonkav 8) Divisi 2 Kostrad Pasuruan.
"Tank Leopard yang akan ditempatkan di Satuan Yonkav 8 ini sekitar 40 unit," ujar Menteri pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam siaran pers yang diterima Jawa Pos.
Persiapan itu adalah garasi beserta SDM yang akan mengoperasikannya. Salah satu lokasi garasi leopard tersebut ada di Pasuruan, Jatim.
Rencananya, tank bikinan Jerman seberat 62 ton itu akan bermarkas di Batalyon Kavaleri 8 (Yonkav 8) Divisi 2 Kostrad Pasuruan.
"Tank Leopard yang akan ditempatkan di Satuan Yonkav 8 ini sekitar 40 unit," ujar Menteri pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam siaran pers yang diterima Jawa Pos.
TNI Siaga Bukan karena Australia
Ilustrasi |
Pihak TNI-AL menegaskan, penambahan kapal perang itu tidak memiliki alasan khusus karena menyesuaikan dengan kebutuhan di wilayah yang memang sangat luas.
Kadispenal Laksamana Pertama Untung Suropati saat dikonfirmasi membenarkan bahwa pihaknya menambah sejumlah kapal perang ke wilayah perbatasan dengan Australia. Meski begitu, Untung menolak jika penambahan tersebut dikhususkan untuk merespons kasus pelanggaran batas wilayah yang dilakukan Angkatan Laut Australia.
Subscribe to:
Posts (Atom)