Wednesday, October 16, 2013

Panser Anoa Pindad di Kancah Global

 
PT Pindad Kembangkan Panser Anoa berkemampuan Amphibi
PT Pindad Kembangkan Panser Anoa berkemampuan Amphibi
Bandung : PT Pindad sedang mengembangkan Panser Anoa berkemampuan Amphibi yang bisa beroperasi di perairan, seperti: sungai, danau dan laut. Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Pindad, Wahyu Utomo mengatakan panser Anoa amphibi yang dikembangkan saat ini baru memiliki kemampuan berjalan di danau dan di sungai. Program pengembangan Anoa Amphibi yang bisa berjalan di danau dan sungai, akan dilakukan hingga 2014. Setelah hal itu tercapai, PT Pindad akan mengembangkan Panser Anoa yang bisa beroperasi di laut pada tahun 2015.
“Tahun 2015, panser anoa akan bisa beroperasi di laut dengan teknologi hydrojet,”ujar Wahyu Utomo. Untuk mendapatkan kemampuan itu, PT Pindad bekerjasama dengan Italia dan Korea Selatan.
Pada tahun 2014, Panser Anoa amphibi akan melakukan uji dinamis, untuk mengarungi danau dan sungai dan diharapkan bisa diserahkan kepada TNI pada tahun 2015. Di tahun yang sama, PT Pindad akan mendorong kemampuan Anoa amphibi agar bisa beroperasi di laut. “Ada senjatanya juga, ada recovery, ada logistik,” ujar Wahyu Utomo.
“Teknologi yang dikembangkan meliputi kemampuan Anoa untuk bermanuver tidak saja di darat, tapi juga bisa bergerak dinamis menghadapi gelombang laut,” tambah Marketing Manajer Pindad, Sena Maulana.
Perkembangan Panser 8×8
Ada sedikit anomali terkait dengan pengembangan APC Anoa 6×6 buatan PT Pindad ini. Ketika negara-negara lain mulai membangun APC/IFV 8×8, Indonesia justru terpaku dengan APC 6×6.
Jepang saja yang telah maju dalam industri pertahanan mulai memikirkan betapa pentingnya kendaraan tempur roda 8×8. Untuk itu mereka mulai membangun Panser MCV yang akan diproduksi massal pada tahun 2016. Panser berbobot 26 ton ini dinilai lebih lincah daripada kendaraan tempur Jepang yang menggunakan rantai (tracked). Berat Panser ini pun cocok dengan minimum payload dari pesawat taktikal transport baru Jepang Kawasaki C-2 yang sedang dikembangkan.
Prototype Panser Canon 105 mm Jepang yang juga mengusung double senjata mesin 7,62mm co-axial yang dikendalikan oleh komputer (photo: Kyodo/PA)
Prototype Panser Canon 105 mm Jepang yang juga mengusung double senjata mesin 7,62mm co-axial yang dikendalikan oleh komputer (photo: Kyodo/PA)

Tetral - Rudal Anti Pesawat TNI-AL


http://img355.imageshack.us/img355/927/kri3661xo8.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0OWz3zmI3TXwaYmWMQjk8ergyPj97N1Y3scSHT2j_ZiLuTgp4ABpUffUXxybMdw6YO7HmDw3AHHR4FcmPjhVC3O46xI9PUj26vKwD1LYlqEDS520fpWSNfoQSTjf44EHRwuk2Az7tT9I/s1600/mistraltetral.jpg

Jakarta : Seiring hadirnya empat korvet terbaru TNI-AL dari kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) yang dibeli dari galangan Schelde Naval Shipbuilding, Belanda. Maka otomatis TNI-AL mendapat tambahan alutsista (alat utama sistem senjata) anyar berupa rudal anti pesawat ringan, Tetral. Rudal ini menjadi bagian melekat dari korvet SIGMA yang juga dikenal sebagai kapal perang kelas Diponegoro. Pada tiap korvet SIGMA dilengkapi dua sistem peluncur, masing-masing peluncur memuat empat rudal.

Tetral sendiri merupakan teknologi sistem peluncur, sedangkan basis rudalnya mengambil dari jenis Mistral. Mistral adalah rudal ringan jarak dekat yang sangat populer di pasar dunia, rudal ini dibuat oleh MBDA di Perancis. Keunggulan Tetral yakni sistemnya dapat bekerja otomatis, dikendalikan secara remote dan tergolong low maintenance. Desain Tetral dirancang untuk dipasangkan pada kapal perang dengan konsep stealth.
 Meski tergolong rudal ringan jarak pendek, Tetral bisa melahap multi target, termasuk target yang bermanuver cepat, dalam hal ini seperti pesawat tempur dan helikopter, bahkan Tetral bisa melahap target berupa rudal. Dalam rilis yang dikeluarkan MBDA, tingkat success rate Tetral mencapai 93 persen. Untuk menghajar target, rudal ini dilengkapi kendali berupa canard dan sistem sensor pengarah berupa passive IR (infra red) homing. Sensor passive IR akan bekerja 2 detik setelah peluncuran.

NDL-40 Peluncur Roket kreasi anak negeri




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRL4Mmuu4JCfH7WM2CkuU5avBxPJoNgy74S_mEkrXNGHsvTmK3_dbAdnAGRRfI452_IzslWCTRp-56ORbH4qd6soOLUC8YjVwsil8Yf9U3J7GOdYCYWcgWYilXPDM9ipEvLeTYh_T3pj0Q/s400/NDL40.jpg

Jakarta : NDL-40 (LAU 97) adalah senjata artileri medan berupa peluncur roket yang diproduksi oleh IPTN (sekarang PT.DI) dari Indonesia. Senjata ini menggunakan roket diameter 70mm atau 2,75 inchi sebagai pelurunya. Biasanya roket ini menggunakan peluru , roket sistem multi luncur FFAR 2.75" yang diproduksi secara lisensi oleh IPTN.

NDL-40 bisa meluncurkan 40 roket dari 40 tabung luncurnya secara salvo dengan selang 0,1 sampai 9,9 detik untuk tiap roketnya. Dengan kemampuan ini NDL-40 mampu meluluh-lantakan sebuah daerah seluas 200m x 300m dalam sekejab. Jangkauan terjauh dari senjata ini hanya 6 km walaupun dengan roket khusus jangkauan bisa ditambah menjadi 8 km.
http://img820.imageshack.us/img820/6130/ndl40.jpg

Tarantula 6×6: Panser Pemukul Untuk Wilayah Perbatasan


5
Ditengah keriuhan hadirnya MBT Leopard 2A4 dan IFV Marder 1A3, terselip sosok panser anyar yang berkualifikasi AFSV (Armoured Fire Support Vehicle). Meski ditilik dari sejarahnya, kavaleri TNI AD sudah mahfum dengan panser dengan senjata kanon, seperti Alvis Saladin, V-150 kanon, dan Panhard EBR, tapi baru lewat Tarantula, korps baret hitam ini resmi memiliki panser kanon berkemampuan amfibi dan kanon kaliber 90mm. Sebelumnya dikelas ini memang akan dimasuki Anoa versi kanon 90mm, tapi lantaran prototipnya belum lulus pengujian, TNI AD keburu ambil pesanan lain.
Dilihat dari platformnya, sosok ranpur ini punya rancang bangun serupa dengan Anoa buatan Pindad, yang kemudian diadaptasi lebih lanjut dalam varian-varian lainnya. Secara garis besar  ranpur dibangun dari cetak biru struktur APC (armoured personel carrier), alias ranpur angkut personel. Tarantula dibuata oleh Doosan DST – Korea Selatan, ranpur ini aslinya bernama Black Fox. Selain tampil dalam versi berpenggerak 6×6, ranpur ini juga dibuat dalam versi 8×8, tapi konon versi 8×8 disebut-sebut sebagai produk gagal, karenanya pihak produsen pun tidak terlalu meng-expose versi tersebut ke pasaran.
Sebelum resmi ditampilkan dalam pemeran Alutsista TNI AD 2013, sebenarnya panser ini sudah ditampilkan dalam ajang Indo Defence 2010 di Kemayoran, wajar saja lantaran kontrak pembelian senilai US$70 juta baru ditandantangani oleh Kemhan RI pada tahun 2009. Kontrak pembelian menyiratkan pengadaan 22 unit Tarantula 6×6, 11 unit akan didatangkan langsung dari Korea Selatan, dan 11 sisanya ditangani semi rakitan oleh PT. Pindad.

IMI dan Balitbang Kemhan jalin kerja sama


Ilustrasi Flying Boat LAPAN
Jakarta - Balitbang Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan Indonesia Maritime Institute (IMI) menandatangai kesepakatan bersama (MoU) pengembangan "Flying Boat" demi tercapainya pertahanan yang kuat.

"MoU tentang penelitian dan pengembangan "Flying Boat GEVER-OS" type khusus untuk kepentingan pertahanan aadalah sebuah inovasi baru agar bisa memberikan kontribusi bagi kepentingan pertahanan Indonesia," kata Direktur Eksekutif IMI, Y Paonganan, dalam peluncuran Flying Boat bertepatan HUT ke-3 IMI di Jakarta, Senin.

Paonganan mengatakan model "Flying Boat Gever-OS" yang merupakan semi prototype kendaraan alternatif yang diharapkan bisa bermanfaat bagi sebuah negara kepulauan.

Tahun Depan, Anggaran Kemenhan Rp 83 Triliun


BANGGAR sudah sepakat, anggaran belanja Kementerian Pertahanan tahun depan sebesar Rp 83 triliun, naik sedikit dari pagu anggaran sebesar Rp 80,5 triliun. Ada anggaran Rp 6 triliun untuk pembelian helikopter dari AS dan pesawat angkut bekas Australia.

"Saat ini pembahasan anggaran Kemenhan di Banggar sudah hampir selesai, tinggal beberapa poin saja."

http://ikahan.com/wp-content/uploads/2013/08/c130-1.jpg
Hercules Hibah (Ikahan)
Jakarta - Pembahasan anggaran belanja Kementerian Pertahanan untuk tahun anggaran 2014 di Badan Anggaran (Banggar) DPR RI sudah hampir usai. Diperkirakan anggaran belanja TNI di tahun depan bisa mencapai Rp 83 triliun.

Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Golkar yang juga anggota Banggar Fayakhun Andriadi menjelaskan, setelah Komisi I menyelesaikan pembahasan anggaran indikatif Kemenhan TA 2014, anggaran belanja dilanjutkan pembahasannya di Banggar.

"Saat ini pembahasan anggaran Kemenhan di Banggar sudah hampir selesai, tinggal beberapa poin saja," ujar Fayakhun kepada JurnalParlemen, Senin (14/10).

News Of S-300 Sale To Iran Should Surprise No One

Teheran : It is beginning to look like Russia will go ahead with the sale of advanced S-300 surface-to-air missile batteries to Iran. The transfer will make it even more difficult to strike Iran’s uranium enrichment sites. Yesterday, Russian media quoted the press-secretary of Iran’s Ministry of Foreign Affairs as saying that the negotiations between Russian and Iranian officials and experts are proceeding “in a way that will ensure” that Tehran gets the missile system.

Former President Dmitri Medvedev annulled the original $800 million sale of five S-300 missiles after the UN Security Council imposed sanctions on Iran in 2010.  Recent reports have indicated that Russia may supply Iran with the more modern Antey-2500 systems, which are said to be more advanced than the originals, with a target range almost doubled from 150 kilometers [93 miles] to 250 kilometers [155 miles].

Dengan T50i GE Indonesia Menuju "World Class Air Force"

Jakarta : 11 September lalu, dua T-50i Golden Eagle menjejakkan roda-roda pendaratnya di Pangkalan Udara TNI AU Balikpapan, sebagai bagian penerbangan ferry-nya dari manufakturnya di Korea Aerospace Industries, Sacheon, Korea Selatan, menuju Indonesia.

Itu pendaratan pertama Golden Eagle itu, dua pesawat lagi mendarat pada 26 September 2013 di Pangkalan Udara Utama Iswahyudi, "rumah" barunya. 

Bagi TNI AU, kehadiran Golden Eagle itu memiliki arti khusus karena akan mendekatkan cita-cita dan visi mereka pada predikat World Class Air Force, sejalan peta jalan pertahanan Indonesia melalui TNI yang menetapkan pada 2014 sudah berada pada status kekuatan minimum esensial arsenalnya.

Golden Eagle yang dibeli baru sebanyak 16 unit itu akan menggantikan peran seniornya, Hawk Mk-53 buatan Inggris, yang berdinas sejak 1970-an di Skuadron Udara 15 Pangkalan Udara Utama Iswahyudi, Jawa Timur.

Semula, ada lima kandidat yang dilirik Kementerian Pertahanan sesuai keperluan spesifikasi dari pengguna, TNI AU.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...