S-60 57mm, Meriam Perisai Angkasa ‘Sepuh’ Arhanud TNI AD (photo:Arhanud)
Jika Australia hendak menyerang Indonesia, mungkin RAAF bisa menembus
wilayah udara Indonesia untuk membom Jakarta. Namun bombardir itu tidak
banyak mempengaruhi kekuatan militer Indonesia. Begitu pula dengan
Angkatan Laut Australia dapat menembus perairan Indonesia dan mendarat
di garis pantai. Namun setelah tiba di garis pantai, apa yang bisa
mereka lakukan ?. Tidak banyak, karena jumlah pasukan Indonesia yang
besar menjadi keunggulan Indonesia. Jika skenarionya dibalik Indonesia
yang menyerang ke Australia, maka Indonesia belum memiliki kekuatan
untuk itu. Konsep realistis Indonesia di renstra 1 dengan keterbatasan
ini adalah, membentuk militer yang bersifat self defence. Berperang di
wilayah sendiri, untuk mengusir agresor atau mengawasi flash point.
Saat ini belum semua alutsista TNI AD mengalami modernisasi. Dengan
kondisi tersebut, dapat kita lihat Angkatan Darat memperkuat pasukan
yang bersifat mobile, yang bisa digerakkan ke wilayah manapun dalam
waktu cepat. Target ini dimasukkan dalam Rencana Strategis 1 (Renstra 1
:2010-2014) dengan munculnya pembelian MBT Leopard 2, IFV Marder, MLRS
Astros II, Meriam Caesar 155 mm, ATGM NLAW, kendaraan taktis, hingga
helikopter serang Apache AH-64 E. Semua yang dibeli bersifat mobile,
dalam artian dapat digerakkan dengan cepat diangkut melalui kapal
permukaan maupun pesawat angkut Hercules.