Pembelian ini merupakan lanjutan dari tahun 2008 yang sudah dilakukan pembelian sebanyak 17 unit, dengan demikian jumlah total menjadi 54 unit (photo : citra persada) Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan perwakilan JSC Rosoboronexport di Indonesia menandatangani kontrak pembelian 37 unit kendaraan tempur infanteri BMP-3F Seri 2 senilai 114 juta dollar Amerika, Jumat. Penandatanganan kontrak ini diwakili oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan, Mayjen TNI Ediwan Prabowo dan Kepala Perwakilan Rosoboronexport, Vadim Varaksin. “Pengadaan tank amfibi BMP 3F ini adalah lanjutan dari tahun 2008 yang sudah dilakukan sebanyak 17 unit. Khususnya, pengadaaan kali ini adalah untuk meningkatkan kemampuan teknologi,” ujar Ediwan. Ke-17 unit tank BMP-3F Seri 2 itu sudah dioperasikan oleh Korps Marinir TNI AL sejak Desember 2010 dan dari segi teknologi, kendaraan tempur lapis baja ini dianggap sesuai dengan kebutuhan pertempuran asimetris. “Kami berharap semua pengadaan peralatan ini dapat memebuhi kebutuhan TNI AL,” tambah Edwin. Ediwan mengatakan bahwa pembelian ini menggunakan dana dari APBN 2011 dan kontrak mencakup pengadaan suku cadang dan pelatihan. Penandatangan kontrak ini juga melibatkan PT. Pindad yang bertugas merawat tank-tank amfibi ini. Menurut Varaksin, perundingan untuk pembelian itu sudah dimulai sejak Oktober tahun lalu dan berlangsung alot, namun pada akhirnya bisa dicapai kesepakatan yang baik untuk kedua belah pihak. Varaksin menambahkan sebagai pihak penjual, Rosoboronexport bangga bisa memenuhi kebutuhan alat utama sistem pertahanan (alutsista) untuk kebutuhan TNI AD dan TNI AL baik dari segi jumlah kendaraan atau amunisi. “Pengiriman tank amfibi itu akan dimulai pada bulan Juli tahun depan,” ujar Varaksin, sambil menambahkan bahwa kontrak pengadaan kali ini tergolong istimewa. “Kontrak ini sudah mengandung komponen transfer teknologi. Itu hal yang sangat baik dan ini meletakkan dasar untuk hubungan kita ke depan,” ujar Varaksin. (BeritaSatu)
Sunday, May 13, 2012
Jet Tempur Sukhoi Bisa Didatangkan Desember Ini
Rusia dua minggu yang lalu secara resmi telah menolak permohonan Indonesia agar skema pembayaran pembelian 6 Sukhoi ini menggunakan fasilitas state credit, dengan penolakan ini maka Indonesia harus mencari kredit komersial untuk pembiayaannya. (photo : TNI AU) Pengiriman dua dari enam unit Su-30 Mk2 itu bisa dilakukan bila kontrak pembelian tersebut bisa segera disetujui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia. Perwakilan JSC Rosoboronexport atau pengekspor alat militer dari Rusia yang ada di Indonesia mengutarakan mereka siap melakukan pengiriman jet tempur Sukhoi Su-30 Mk2 ke Indonesia, Desember nanti. Pengiriman dua dari enam unit Su-30 Mk2 itu bisa dilakukan bila kontrak pembelian tersebut bisa segera disetujui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia. “Bila kontrak itu disetujui dan bisa langsung berlaku bulan Mei ini, maka kami bisa mengirim dua pesawat pertama pada bulan Desember sesuai jadwal yang ada di kontrak,” kata Kepala Perwakilan Rosoboronexport di Indonesia, Vadim Varaksin. Hal tersebut diutarakan Varaksin usai penandatangan kontrak pembelian 37 tank amfibi buatan Rusia, BMP-3F Seri 2, di Kementerian Pertahanan, hari ini. Varaksin mengatakan, pihak Rusia telah melakukan semua prosedur internal yang tertuang dalam kontrak pengadaan pesawat jet tempur Sukhoi Su-30 Mk2 pesanan Indonesia. Kontrak tersebut ditandatangani oleh perwakilan kedua negara pada Desember 2011. Kontrak senilai 470 juta dollar Amerika tersebut tinggal menunggu persetujuan DPR sehingga bisa segera mulai berlaku bulan ini. Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan, Mayjen TNI Ediwan Prabowo, yang mewakili pemerintah Indonesia dalam penandatanganan kontrak pembelian tank amfibi, mengatakan bahwa pembelian pesawat tempur jet Sukhoi tetap menggunakan fasilitas kredit komersial. Ediwan menambahkan bahwa penggunaan fasilitas kredit komersial untuk pembelian Sukhoi tetap digunakan karena perjanjian antara pemerintah kedua negara tidak menyatakan bahwa pembelian jet tempur Sukhoi didukung oleh kredit negara atau state credit pemerintah Rusia. “Kita sudah coba ajukan permohonan, bisa atau tidak pakai state credit, dan sudah dijawab kira-kira dua minggu lalu, memang tidak bisa,” ujar Ediwan. Mengenai proses pembayarannya, Ediwan mengatakan bahwa masih harus melalui beberapa mekanisme yang cukup panjang. “Masih ada beberapa mekanisme di Kementerian Keuangan, kita inginnya cepat, tapi juga perlu persetujuan DPR. Kalau saya ingin secepatnya agar barang- barang bisa produksi dan dikirim ke Indonesia pada waktunya,” papar Ediwan. (Berita Satu )
Subscribe to:
Posts (Atom)