Korsel dan sekutunya dianggap selalu memprovokasi kekerasan.
(REUTERS/Bobby Yip)
VIVAnews - Dua negara bertetangga di Semenanjung Korea berada di ambang perang nuklir. Hal ini bisa terjadi jika Korea Selatan dan sekutunya terus saja melakukan provokasi pada rezim komunis Korea Utara.
"Percikan api sedikit saja bisa menyalakan perang thermonuklir," kata Diplomat Senior Korea Utara Pak Kil-yon dalam pidatonya di depan Majelis Dewan Umum PBB di New York, Amerika Serikat, Senin 1 Oktober 2012. Dia menyalahkan ketegangan antara kedua negara belakangan ini akibat pemerintahan Korsel yang konservatif.
"Sejak bertugas, pemerintah Korsel yang sekarang membuat hubungan Korut-Korsel semakin buruk dengan merusak seluruh kesepakatan antar Korea," kata Pak, merujuk pada pakta perdamaian dan kerja sama ekonomi kedua Korea.
Pak menggambarkan bahwa hubungan kedua negara telah bangkrut. "Sejarah yang akan mengadili mereka," kata Pak saat mengomentari pemerintahan Korsel yang dipimpin oleh Lee Myung-bak.
Selain itu, Pak juga mengatakan bahwa Korea Selatan bersama dengan sekutunya, Amerika Serikat, mencoba memprovokasi Korut dengan melakukan latihan perang bersama.
"Percikan api sedikit saja bisa menyalakan perang thermonuklir," kata Diplomat Senior Korea Utara Pak Kil-yon dalam pidatonya di depan Majelis Dewan Umum PBB di New York, Amerika Serikat, Senin 1 Oktober 2012. Dia menyalahkan ketegangan antara kedua negara belakangan ini akibat pemerintahan Korsel yang konservatif.
"Sejak bertugas, pemerintah Korsel yang sekarang membuat hubungan Korut-Korsel semakin buruk dengan merusak seluruh kesepakatan antar Korea," kata Pak, merujuk pada pakta perdamaian dan kerja sama ekonomi kedua Korea.
Pak menggambarkan bahwa hubungan kedua negara telah bangkrut. "Sejarah yang akan mengadili mereka," kata Pak saat mengomentari pemerintahan Korsel yang dipimpin oleh Lee Myung-bak.
Selain itu, Pak juga mengatakan bahwa Korea Selatan bersama dengan sekutunya, Amerika Serikat, mencoba memprovokasi Korut dengan melakukan latihan perang bersama.
"Sekarang, seiring dengan kebijakan AS yang merugikan Korut, konfrontasi dan provokasi adalah fenomena yang tengah terjadi di Semenanjung Korea, yang telah menjadi titik paling berbahaya di dunia dan bisa memicu perang nuklir," tegasnya.
Komentar Pak senada dengan sikap pemerintahan Kim Jong-un di Korut. Sebelumnya, kantor berita Korut yang menjadi corong pemerintah, KCNA, mengatakan bahwa kapal perang Korsel telah memasuki perairan Korut dan menembaki kapal nelayan.
"Rezim Lee telah dipojokkan di posisi di mana dia tidak bisa lagi memperpanjang usia politiknya tanpa melakukan tindak provokasi. Hanyalah kehancuran menghinakan dan kematian yang telah menunggu rezim Lee," tulis KCNA.
"Rezim Lee telah dipojokkan di posisi di mana dia tidak bisa lagi memperpanjang usia politiknya tanpa melakukan tindak provokasi. Hanyalah kehancuran menghinakan dan kematian yang telah menunggu rezim Lee," tulis KCNA.