Monday, October 21, 2013

Submarines to be replaced with underwater tanks?



The prospects of a new submarine fleet, whose creation is clearly and distinctly described in the state armaments program and financially backed only up to 2020, are clear. But what will happen next? The situation with fifth-generation submarines also seems to be clear. However, according to the Russian Navy leadership, sixth-generation submarines may not appear. They will be replaced with unified multi-purpose submarine platforms.

Today the basis of naval strategic nuclear forces of Russia is formed by nuclear submarines of third-generation Project 667 BDRM "Delfin" and 667 BDR "Kalmar" (under NATO classification Delta-IV and Delta-III). All six "Delfin" units are deployed in the Northern Fleet, and all four "Kalmar" units - in the Pacific Fleet.

The vessels, of course, are not new, and all built under the Soviet Union, but they still have operational margins. All "Delfin" units and some "Kalmar" units are regularly upgraded and repaired, and their life span can then be extended by at least another 10 years. The Soviet Union school of naval construction was recognized at the time as the best in the world.

Ukraine Transferred the First Tanks "Oplot" to Thailand




T-84 Oplot for RTA (all photos : Ukroboronprom) 

Bangkok : Ukrainian company " Ukrospetseksport " gave the command of the Army of Thailand the first batch of five main battle tanks "Oplot", according to Jane's. The official transfer of machinery held October 15, 2013 . At the same time, on the website " UkrSpetsExport " states that on October 15 the first batch of tanks was provided to the customer.



5 Orang Ahli Taktik Perang Gerilya Yang diakui Dunia


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTH6d47Sq1ICXdaeX8BfRyJd3R6Qo_3Tva91uXqy0LyL2wmhc8FC-b5hl3EuLvg3yv05iNSI_tjp3FwvnNqeMzrxP75bPyycyJEvNE6nNcy9CiuDMTOB_3aBr6cngR6C8DMIZKYllUH6Y/s400/perang-1B.jpg

Vietnam baru saja kehilangan salah satu pahlawan perangnya, Jenderal Vo Nguyen Giap. Ratusan ribu orang mengantar kepergian Vo Nguyen Giap, sosok yang bertarung melawan kolonialisasi Prancis dan juga serangan Amerika Serikat ke Vietnam.Vo Nguyen Giap juga dikenal sebagai salah satu master strategi perang gerilya. Dia orang memimpin pasukan Vietnam dalam serangan Dien Bien Phu dengan strategi gerilya.

Selain Vo Nguyen Giap, dunia mengenal banyak master perang gerilya. Salah satunya adalah jenderal kebanggaan Indonesia, Jenderal A. H. Nasution. Berikut ulasannya.

1. Jenderal AH Nasution
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiy4NGQKCqulA5hez__9UwBi84vAYAhrsysnyJZUkl27y1oa-1ylnzFQcgfuQVZZePdlnNQvf_ZiwkrkOeK53LKsn3AOc4j61szmc8r5JY40vlMa4z4JNGtv1hN7-vlFmt6IaL_65UC_0A/s1600/AH+Nasution.jpg

Jenderal Nasution dikenal sebagai ahli perang gerilya. Pengalamannya sebagai ahli perang gerilya datang setelah persetujuan Renville 17 Januari 1948. Saat itu pasukan Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah. Nasution saat itu sebagai Wakil Panglima Besar Angkatan Perang. Tentara RI ketika itu memperkirakan Belanda akan mengulangi agresi militer I. Nasution pun menyusun konsep perlawanan rakyat semesta dengan inti perang gerilya.Pada agresi militer II, Nasution diangkat sebagai Panglima Tentara di Jawa. Bermarkas di sebuah desa di Prambanan dan Kulonprogo, Nasution mengeluarkan berbagai instruksi pelaksanaan perang gerilya. Setelah menjadi KSAD, Nasution sempat dinonaktifkan akibat peristiwa 17 Oktober 1952. Nasution diaktifkan kembali pada 1955 dan berjuang melawan berbagai pemberontakan.

Jenderal Nasution dikenal sebagai pengarang buku produktif. Dia banyak menulis buku di antaranya 11 jilid buku Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia. Bukunya Pokok-Pokok Gerilya diterjemahkan ke berbagai bahasa asing. Konon, Vietcong belajar dari buku Nasution saat perang melawan Amerika Serikat di Vietnam.

Nasution juga menulis memoar berjudul Memenuhi Panggilan Tugas sebanyak 8 jilid. Nasution meninggal dunia pada 5 September 2000. Jenazahnya dimakamkan di TMP Kalibata.

Sikumbang Pesawat Pengintai Ringan Bersenjata Buatan Nurtanio


Jauh sebelum hingar-bingar rencana pembuatan jet tempur KFX/IFX, tepatnya 1 Agustus 1954, sebuah pesawat ringan berkategori tempur sejatinya telah mengudara di tanah air. Itulah pesawat yang kemudian diberi nama NU-200 Sikumbang. Saat ini, monumen pesawat rancangan Mayor Udara Nurtanio ini dapat dilihat di kawasan pabrik PT. Dirgantara Indonesia di Bandung Jawa barat. Mungkin banyak pembaca telah mengetahui tentang pesawat ini. Tapi tahukah anda, filosofi dan hasil uji terbang Sikumbang sesungguhnya? Ternyata Mayor Udara Nurtanio sebagai perancang dan pembuat pesawat ini pernah menulisnya dalam Majalah Angkasa edisi TH.VI Oktober 1955. Berikut ini adalah intisarinya.

Sikumbang Pesawat Pengintai Ringan Bersenjata Buatan Nurtanio

Ada salah kaprah dalam penggolongan jenis pesawat Sikumbang. Dalam literatur masa kini, disebutkan Sikumbang adalah jenis pesawat anti gerilya (Counter Insurgency). Namun pada kenyataannya, Nurtanio merancang Sikumbang sebagai pesawat pengintai ringan bersenjata. Dalam benak Nurtanio, pesawat-pesawat yang dioperasikan AURI medio 1950an belum ada yang tepat untuk melakukan misi pengintaian bersenjata. 



AURI memang sudah mengoperasikan pesawat intai Auster atau L-4J. Namun pesawat itu dinilai terlalu lamban, serta tidak dilengkapi senjata. Alhasil sasaran-sasaran yang telah ditemukan akan dibiarkan terlebih dahulu. Namun, dengan pesawat semacam Sikumbang, maka sasaran bisa langsung ditindak. Sementara, jika pengintaian menggunakan pesawat Mustang atau Jet, maka hasilnya tidak optimal lantaran dinilai terlalu cepat. Lebih daripada itu, Nurtanio juga membayangkan, Sikumbang ini nanti bisa menembak jatuh pesawat intai yang terbang sangat pelan, dimana pesawat sejenis itu justru sukar ditembak pesawat pemburu berkecepatan tinggi.

Komisi I Dukung Tambahan Anggaran Kemenhan Dan TNI



http://static.howstuffworks.com/gif/apache-helicopter-10.jpg Jakarta : Banyak program membuat Kementerian Pertahanan dan TNI butuh dana besar. Sayang biaya beli senjata masih bisa dibilang relatif kecil.

Komisi I DPR RI telah mendapat penjelasan dari pihak Kemenhan dan TNI untuk rencana kegiatan dan program kerja pada 2014. Setelah melalui pembahasan mendalam ditambah persetujuan Banggar, Komisi I memberikan dukungan anggaran kepada dua lembaga tersebut.

"Kamis (17/10) lalu, dalam rapat dengan Menhan dan Panglima TNI sudah mendapat penjelasan apa saja yang akan dilakukan pada 2014. DPR memberikan dukungan anggaran sebesar Rp 83,427 triliun," ujar Wakil Ketua Komisi I dari Fraksi PDI-P Tubagus Hasanuddin pada JurnalParlemen, akhir pekan lalu.

12 South Korea Fighter Jets Ready For Delivery To Philippine

manila : The Philippine and South Korean governments have agreed to fast-track Manila’s procurement of 12 lead-in fighter jets aimed at upgrading the defense capabilities of the Philippine Air Force (PAF).

President Aquino yesterday said the acquisition of the FA-50s for P18.9 billion had the approval of President Park Geun-hye.

“Both sides have agreed to expedite the purchase and the delivery of these planes,” Aquino told Manila-based reporters at the Grand Hyatt Hotel here.

S-70i Black Hawk Helicopters Delivered To Colombia

Columbia  : Sikorsky Aircraft, a subsidiary of United Technologies Corp. (NYSE:UTX), has delivered to the Colombian Army two S-70i™ BLACK HAWK helicopters incorporating a Helicopter Terrain Awareness and Warning System (HTAWS) as standard equipment. Colombia is the first country to field S-70i helicopters equipped with HTAWS, which Sikorsky has customized for the unique requirements of the combat assault and utility missions.

“HTAWS will give military operators 360-degree situational awareness in low visibility, day or night, and at altitudes as low as 75 feet,” said Jennifer Caruso, Sikorsky Vice President of Army and Air Force Programs. “As a new baseline capability for all S-70i BLACK HAWK aircraft, this high resolution system will enable aircrews to perform their demanding missions with greater safety and effectiveness.” 

Sikorsky delivered the two HTAWS-equipped S-70i helicopters to Colombian Army officials August 13 during a ceremony at the company’s Florida Assembly and Flight Operations facility in West Palm Beach. Colombian aircrew then flew the two aircraft to the Army Special Operation Aviation Military base in Tolemaida, a distance of almost 3,000 nautical miles. The aircraft arrived August 29 after approximately 30 hours of flight.

Colombia is the first South American country to buy the S-70i BLACK HAWK helicopter variant, which Sikorsky first delivered to an international military customer in 2010. These two aircraft will join five other S-70i helicopters in Colombia acquired in January.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...