Ditengah keriuhan hadirnya MBT Leopard 2A4 dan IFV Marder 1A3, terselip sosok panser anyar yang berkualifikasi AFSV (Armoured Fire Support Vehicle). Meski ditilik dari sejarahnya, kavaleri TNI AD sudah mahfum dengan panser dengan senjata kanon, seperti Alvis Saladin, V-150 kanon, dan Panhard EBR, tapi baru lewat Tarantula, korps baret hitam ini
resmi memiliki panser kanon berkemampuan amfibi dan kanon kaliber 90mm.
Sebelumnya dikelas ini memang akan dimasuki Anoa versi kanon 90mm, tapi
lantaran prototipnya belum lulus pengujian, TNI AD keburu ambil pesanan
lain.
Dilihat dari platformnya, sosok ranpur ini punya rancang bangun serupa dengan Anoa
buatan Pindad, yang kemudian diadaptasi lebih lanjut dalam
varian-varian lainnya. Secara garis besar ranpur dibangun dari cetak
biru struktur APC (armoured personel carrier), alias ranpur
angkut personel. Tarantula dibuata oleh Doosan DST – Korea Selatan,
ranpur ini aslinya bernama Black Fox. Selain tampil dalam versi
berpenggerak 6×6, ranpur ini juga dibuat dalam versi 8×8, tapi konon
versi 8×8 disebut-sebut sebagai produk gagal, karenanya pihak produsen
pun tidak terlalu meng-expose versi tersebut ke pasaran.
Sebelum resmi ditampilkan dalam pemeran Alutsista TNI AD 2013,
sebenarnya panser ini sudah ditampilkan dalam ajang Indo Defence 2010 di
Kemayoran, wajar saja lantaran kontrak pembelian senilai US$70 juta
baru ditandantangani oleh Kemhan RI pada tahun 2009. Kontrak pembelian
menyiratkan pengadaan 22 unit Tarantula 6×6, 11 unit akan didatangkan
langsung dari Korea Selatan, dan 11 sisanya ditangani semi rakitan oleh
PT. Pindad.
Panser Kelas Berat
Bila dalam dunia tank tempur dikenal istilah MBT (main battle tank),
maka Tarantula dalam dunia panser bisa juga disebut kendaraan tempur
roda ban kelas berat. Disebut kelas berat lantaran bobot tempur
Tarantula yang mencapai 18 ton, Tarantula lebih berat ketimbang heavy
panser AMX-10RC dengan kanon 105mm buatan Perancis yang bobotnya hanya
15 ton. Bahkan, tank utama TNI AD dekade tahun 90-an, Alvis Scorpion punya berat hanya 8 ton. Sebagai perbandingan lagi, tank AMX-13 berat tempurnya 14,5 ton. Berat Tarantula, hanya kalah sedikit dibanding ranpur roda rantai Korps Marinir TNI AL, IFV BMP-3F yang punya bobot 18,7 ton.
Sebelum ditampilkan dalam versi kanon, Black Fox APC memang sudah
punya bobot yang aduhai, yakni 16 ton. Versi APC memuat 3 kru dan 9
personel bersenjata lengkap. Apa yang membuat bobotnya sedemikian berat?
Boleh jadi karena lapisan baja 6mm yang menyelubungi body, sehingga
ranpur ini tahan dihujani proyekil kaliber 12,7mm, tapi bisa juga karena
chasis yang memang jumbo.
Daya Gempur
Dari lini kesenjataan, unit kavaleri TNI AD pastinya sangat familiar dengan senjata utama di Tarantula, yakni kanon Cockerill MK3M A1 kaliber 90mm.
Kanon buatan CMI Defense – Belgia ini dilengkapi peralatan mutakhir,
seperti lanser range finder dan computer balistik. Kanon 90mm ini juga
punya daya tolak balik yang rendah, sehingga tidak terlalu membuat
guncangan pada kendaraan saat proyektil dilepaskan.
Cockeril 90mm
punya jarak tembak maksimum hingga 6.000 meter, dan jarak tembak
efektif 1.500 meter. Pada kubah terdiri dari dua awak, yakni juru
tembak (gunner) dan komandan kendaraan. Dengan Cockerill,
Tarantula tak hanya mampu melahap pada siang hari, tapi malam hari pun
siap dijabani, pasalnya sudah terdapat night vision berbasis thermal,
plus periskop dengan optik mutakhir. Sementara, tipikal amunisi yang
disediakan adalah APFSDS-T (Armor Piercing Fin Stabilised Discarding
Sabot-Tracer), HEAT (High Explosive Anti Tank), HE-T, dan Canister (anti
personil). Dalam sistem penembakan, kanon 90 mm tidak hanya bekerja
sendiri, Cockerill juga menyediakan proteksi balistik dari senapan mesin
kaliber 7,62 mm yang larasnya bergerak mengikuti gerakan laras kanon
(coaxial).
Bagi personel kavaleri TNI AD, sosok Cockerill MK3 bukan barang baru lagi, kanon low pressure ini sudah melekat sebagai senjata utama pada tank ringan Scorpion dan tank amfibi PT-76 Korps Marinir TNI AL juga menggunakan kanon jenis ini, menggantikan kanon kaliber 76mm.
Masuk Arsenal Batalyon Tank
Berdasarkan keterangan dari awak panser Tarantula yang dilatih selama
3 bulan di Korea Selatan, ranpur ini akan ditempatkan pada dua
batalyon, yakni di Yonkav 1 Tank/Kostrad dan Yonkav 9 Serbu/Kodam Jaya.
Merujuk dari komposisi kedua batalyon, tidak lain keduanya adalah
kesatuan kavaleri tank. Yonkav 1 yang bermarkas di Cijantung – Jakarta
Timur, berintikan tank Scorpion dan tank APC Stormer. Sementara Yonkv 9 yang bermarkas di Serpong – Tangerang, berintikan kekuatan tank AMX-13 dan tank AMX-13 VCI/APC.
Dengan bergabungnya Tarantula di kedua batalyon kavaleri tersebut,
maka Yonkav 1 dan Yonkav 9 akan menjadi batalyon kavaleri dengan
kekuatan komposit, terdiri dari unsur tank dan panser. Sebelumnya porsi
penempatan panser dengan kemampuan khusus dipusatkan pada Yonkav 7
Sersus/Kodam Jaya. Salah satu kekuatan YonKav 7 adalah panser kanon V-150 dengan beragam varian, termasuk versi kanon 90mm.
Bocorannya, Tarantula akan ditempatkan sebagai kekuatan pemukul di
wilayah perbatasan RI, khususnya di Kalimantan. Medan Kalimantan memang
dipandang ideal untuk gelaran panser yang punya keunggulan mobilitas dan
low maintenance. Selama ini daya deteren kavaleri TNI AD di
perbatasan Malaysia dipandang minim, mengingat hanya mengandalkan tank
lawas AMX-13, panser Saladin, dan Saracen.
Performa Tarantula
Dapur pacu Tarantula 6×6 dipasok oleh mesin diesel DL08 6 silinder
Segaris. Tenaga yang dihasilkan dari mesin adalah 400HP/2.200 RPM. Untuk
sistem transmisinya masih menggunakan pola manual. Ranpur dengan 3 awak
(juru tembak, komandan, dan juru mudi) ini kapasitas BBM 340 liter,
dari kapasitas tersebut ranpur dapat menjelajah hingga 800km.
Dari spesifikasi resmi, kecepatan laju maksimum di jalan raya hingga
100km/jam, dan kecepatan maksimum di air 8km/jam. Untuk melaju di air,
Tarantula dilengkapi dua propeller di bagian belalang, selain
bantuan ban untuk melaju di air. Tarantula dapat mengatasi rintangan
tegak setinggi 0,55 meter, rintangan miring hingga 30%, rintangan parit
1,5 meter, dan tanjakan hingga sudut 60%. Selain 3 orang awak, Tarantula
dapat membawa 2 personel infrantri bersenjata lengkap. Dua personel ini
duduk di bagian belakang secara berhadap-hadapan, untuk laju keluar
masuknya melalui pintu belakang/ramp door.
Melihat peran Tarantula yang cukup strategis, idealnya kuantitas
ranpur ini dapat ditambah untuk memperkuat lini panser kanon TNI AD.
Atau, akan lebih baik bila PT. Pindad dan TNI AD menyempurnakan kembali
Anoa versi kanon 90mm. Bagaimanan pun juga, produk alutsista Dalam
Negeri harus diutamakan, sepanjang dari sisi teknologinya telah dikuasai
secara memadai. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Tarantula 6×6
- Pembuat : Doosan DST, Korea Selatan
- Mesin : diesel DL08 6 silinder Segaris
- Kapasitas BBM : 340 liter
- Berat Tempur : 18 ton
- Jarak Jelajah : 800km
- Kecepatan max di jalan raya : 100km per jam
- Kecepatan max di air : 8km per jam
- Senjata Utama : Cockerill MK3M A1 kaliber 90mm
- Awak : 3 orang
No comments:
Post a Comment