JKGR-(l46) : Pernyataan KSAD Jenderal Pramono Edhie Wibowo bahwa TNI AD akan
membeli 20 helikopter UH-60 Black Hawk, menimbulkan banyak pertanyaan
di masyarakat. Apakah rencana pembelian 8 helikopter serang AH 64
(AH= Attack Helicopter) Apache ditukar dengan 20 Helikopter UH-60 (UH=
Utility Helicopter) Back Hawk ?
Jika mendengarkan penjelasan KSAD Jenderal Pramono Edhie Wibowo di
Mabesad beberapa waktu lalu, penggantian Apache dengan Black Hawk
agaknya jauh dari kenyataan, walau bukan mustahil. Menurut KSAD, jika
dana tidak mencukupi maka pembelian Apache AH 64 dialihkan ke Super
Cobra AH-1W atau Black Hawk UH-60 yang dipersenjatai.
Namun KSAD memberikan catatan, pada intinya TNI AD menginginkan
Apache dan akan memperjuangkannya di Komisi 1 DPR. Alasannya adalah
military balance di kawasan. Lebih dari itu KSAD juga memegang prinsip,
lebih baik memiliki sedikit senjata tapi mematikan daripada banyak namun
loyo. TNI AD menginginkan persenjataan terbaik di kelasnya. Hal ini
baru rencana di Angkatan Darat. Namun gayung bersambut, Menteri Luar
Negeri AS kala itu Hilary Clinton menyampaikan rencana pembelian 8
Apache AH-64D Longbow blok 3 oleh Indonesia ke Kongres AS dan disetujui.
Tiba-tiba Selasa 12 Februari 2013 Juru Bicara Kementerian Pertahanan,
Brigadir Jenderal Bambang Hartawan mengatakan, rencana pembelian
helikopter Black Hawk menjadi alternatif jika negosiasi harga heli
Apache menemui jalan buntu. Yang membingungkan adalah mengapa jika heli
serang Apache gagal didapat, alternatifnya jatuh ke heli angkut Black
Hawk UH-60 ?.
Kendala Helikopter Serang
Banyak militer di dunia memang menginginkan helikopter serang seperti
Apache AH 64, namun harga dan pemeliharaan yang mahal membuat mereka
menjadi berpikir ulang.
Sementara medan pertempuran tidak selalu masif
yang harus menghancurkan ratusan tank dalam waktu bersamaan. Teknologi
juga terus berkembang.
Akibatnya munculah pertanyaan, apakah helikopter
serang ringan atau multirole tidak bisa menangani situasi seperti itu,
karena helikopter serbu ringan atau multi role memiliki harga dan biaya
operasional yang lebih murah.
Ditambah lagi, semua helikopter membutuhkan biaya pemeliharaan yang
mahal karena terkait dengan rebuild engine dan rotor secara berkala,
maka akan efektif bila membeli satu tipe helikopter. Biasanya, pilihan
jatuh ke helikopter serbu ringan atau multi-role.
Metamorfosa Heli Serang Ringan
Selain Apache AH 64, Amerika Serikat juga memiliki heli serang AH-1Z
Viper, namun cikal bakalnya berasal dari helikopter angkut pasukan UH-1
Huey. Pada tahun 1967 Angkatan Darat AS mengembangkan helikopter serang
ringan dengan mengadopsi turboshaft engine, transmisi dan sistem rotor
dari UH-1 Huey. Helikopter serang ringan single engine yang diberinama
AH 1G dan banyak terlibat dalam operasi militer di Vietnam.
Marinir AS tertarik dengan AH-1G namun meminta performanya
ditingkatkan karena helikopter single engine dianggap berbahaya untuk
operasi di laut.
Tahun 1968 munculah varian baru dengan twin engine yang
diberinama AH 1J Sea Cobra. Senjatanya pun dimodernisasi dengan senjata
mesin gatling 3 dan 6 laras (M-61 Vulcan).
Helikopter ini terus dikembangkan hingga pada tahun 1980 muncul AH 1T
dilengkapi sistem kontrol penembakan rudal AIM-9 Sidewinder dan
AGM-114 Hellfire.
Heli ini terus dimodifikasi dengan membuat baling
baling komposit dengan sistem rotor yang baru dan diberinama AH 1W Super
Cobra. Helikopter dengan 4 baling baling komposit ini mampu menekan
kebisingan dan tidak cepat rusak.
Angkatan Darat AS juga meningkatkan performa heli angkut pasukan UH 1
Huey tersebut dengan membangun UH 60 Black Hawk Sikorsky dengan
spesifikasi: empat baling-baling, twine engine, daya angkut lebih besar
dan menjadi helikopter serbaguna.
Sementara di jajaran helikopter Serang, Angkatan Darat AS mengembangkan Apache AH 64.
Pada pertengahan tahun 1990-an, keinginan Marinir untuk mendapatkan
helikopter Apache versi marine ditolak oleh pemerintah AS karena disain
AH 64 versi Marinir akan sangat mahal dan penggunanya pun hanya Marinir
AS. Akibatnya pada tahun 1996 korps Marinir AS memutuskan untuk
meningkatkan performa AH-1W Super Cobra menjadi AH-1Z Viper.
Helikopter AH-1Z Viper memiliki dua wing stub yang di-redisign menjadi
lebih panjang agar dapat mengangkut senjata lebih banyak yakni: rudal
AIM-9 Sidewinder. 2 unit Hydra rocket pods 70 mm atau AGM-114
Hellfire quad missile launcher. Radar Longbow pun bisa dipasang di wing
tip station.
Angkatan Darat AS juga terus memodernisasi UH 60 Black Hawk sehingga
bisa mengangkut roket hydra 70 atau 16 Hellfire II Anti tank serta
dilengkapi dengan senjata mesin M240G 7,62. Sistem avionik dan
elektroniknya juga ditingkatkan, namun AS tetap saja memberlakukan UH 60
sebagai helikopter taktis pengangkut pasukan. Persenjataan yang dibawa
lebih untuk pertahanan diri.
Dari sejarahnya itu maka tidak heran bentuk dasar AH-1Z memiliki
kesamaan dengan UH-60 Black Hawk.
Lain halnya dengan helikopter Serbu AH
64 Longbow yang lahir merujuk kepada teknologi helikopter Comanche RAH
66 yang sudah digitalisasi tahun 1990-an, sehingga bentuknya pun
mengalami perubahan radikal.
Melihat sejarahnya tersebut, AH 1Z Viper dengan segala model
upgrade-nya masih di bawah generasi Apache AH 64 D. Apache memiliki
airframe yang telah matang (sempurna). Sementara AH 1Z Viper
kemungkinan menjadi varian terakhir dari keluarga helikopter Huey
setelah 40 tahun mengudara dan masa produksinya akan berakhir tahun
2030. Sementara AH 64 Apache yang muncul di tahun 1990-an masih memiliki
masa hidup yang panjang, begitu pula dengan perkembangan sistem
elektronik dan senjatanya.
Untuk urusan persenjataan, Super Cobra AH 1Z Viper mampu mengangkat
seluruh persenjataan yang dimiliki oleh Apache, namun tetap saja lemah
di bidang proteksi. Apache mampu menahan tembakan beruntun dari
anti-aircraft guns kaliber 23 mm, sementara AH-1Z Viper tidak bisa. AH 1
Z yang terus dikembangkan juga masih memiliki banyak bugs antara lain
terkait: getaran dan handeling karena basic air framenya teknologi tua.
Dari kondisi tersebut tergambar teknologi Apache AH 64 lebih unggul
dari AH-1Z Viper. Helikopter AH 1Z Viper atau AH 1 W Super Cobra
menjadi alternatif karena biaya operasinya lebih murah. Perawatannya pun
tidak sesulit Apache dan bisa ditangani oleh negera pembeli.
Misi Helikopter
Apache biasanya digunakan Amerika Serikat untuk operasi khusus,
operasi pembuka serangan serta deep attack. Sementara AH-1Z Viper atau
AH 1W Super Cobra untuk operasi pertempuran reguler maupun kawal pasukan
di darat. Namun persoalannya helikopter ini akan berhenti berproduksi
17 tahun lagi.
Bagaimana dengan Helikopter Serba Guna UH-60 Black Hawk (S-70 versi
eksport) ?. Tentu helikopter ini tidak bisa dibandingkan dengan Apache
maupun AH 1Z Viper, karena peruntukanya memang berbeda. Namun teknologi
terus berkembang dan para produsen helikopter tidak pernah kehilangan
akal. Kini Sirkorsky telah melengkapi UH 60 Black Hawk dengan
kemampuan reconnaissance maupun serbu dan diberinama S-70 Battlehawk.
S-70 Battlehawk muncul menjembatani keinginan user untuk memiliki
helikopter serang namun biaya dan perawatan yang murah dan bisa
digunakan untuk berbagai misi.
Persenjataan S-70 Battlehawk:
50 caliber machine guns , 7.62 caliber machine guns , 7/12/ 19 pod 70
mm rocket launchers, Air-to-ground laser missile system
provisions, Helmet-mounted sight, Internal Auxiliary Fuel (200/400
gallon capacity), External Gun Mounting System, External Stores Weapon
System.
Rencana pembelian Apache AH-64 digantikan dengan S-70 Battlehawk akan
sempurna jika gap antara Apache dan Battlehawk, ditutupi dengan
pembelian unmanned combat air vehicle (UCAV) di kemudian hari.
No comments:
Post a Comment