JKGR : Pesawat tempur Sukhoi SU-30 MKM milik Royal Malaysian Air Force
(RMAF) bisa dikatakan salah satu pesawat tempur papan atas di negara
ASEAN, yang mampu memberikan efek gentar bagi lawan-lawannya. Betapa
tidak, US Navy saja tengah mempelajari terpasangnya peralatan peperangan
elektronik Knirti SAP-518 pada Sukhoi Su-30 MKM Malaysia.
Kalangan AL Amerika Serikat belum dapat memperkirakan kemampuan pasti
dari SAP-518, tetapi dengan adanya teknologi DRFM (digital radio
frequency memory) dan antena phased-array di depan dan belakang dapat
menjadi ancaman serius karena mampu mengacaukan radar, terutama terhadap
peralatan yang digerakkan baterai seperti rudal AIM-120, yang selama
ini menjadi tumpuan dominasi kekuatan udara AS.
Self Protection Jammer untuk melindungi diri dari serangan rudal ini,
terpasang pada ujung sayap pesawat. SAP-518 merupakan modul jamming
tingkat advance yang dipasang di pesawat Su-30 MK, Su-32/34 serta Indian
Air Force Su-30 MKI. Tugas dari SAP-518 adalah untuk men-jamming
pertahanan anti udara modern saat melakukan serangan, dengan cara meniru
(imitasi) tanda elektronik berbagai pesawat terbang dengan memberikan
target palsu bagi sensor dan radar musuh.
Jamming dengan teknik Cross Eye yang dimiliki SAP-518 Sukhoi SU-30
MKM Malaysia diyakini sulit untuk ditangkal. Jamming cross eye ini
secara teoritis akan menciptakan missil yang ditembakkan musuh, meleset
jauh dari target. Cross eye jamming adalah teknik mengecoh rudal lawan
dengan memunculkan dua sumber jamming yang terpisah.
Dua buah signal
sama yang dikirim bersamaan akan mengacaukan missile seeker lawan yang
pada akhirnya menciptakan incorrect missile tracking sehingga missile
autopilot lawan, terkecoh karena menerima informasi yang salah.
Demikian pula dengan radar lawan. Cross eye jamming yang dilepas
SAP-518, membuat data visual yang diterima minitor radar menjadi kacau.
Memunculkan gambaran gelombang dan frekuensi yang tidak jelas dan tidak
bisa dicerna oleh komputer radar.
Sistem SAP-518 ini telah dirancang sejak jaman Uni Soviet untuk dapat
melumpuhkan pertahanan udara NATO yang terintegrasi dan multi-layer.
Jammer itu kemudian dipasang di Su-20 Family yang merupakan evolusi dari
SU-27 Flanker, sebagai jawaban USSR terhadap pesawat tempur AS yang
kala itu dianggap sangat mumpuni.
Jammaer SAP-518 yang dipasang dikedua ujung sayap jet tempur Sukhoi
ini, dinilai dapat mengatasi ancaman dari rudal darat ke udara dan udara
ke udara NATO. Sistem pertahanan elektronik ini dikembangkan oleh
Kaluzhsky Scientific Research Radio-Technical Institute (KNIRTI) Rusia
dan pertama kali diperkenalkan ke publik pada MAKS Airshow 2009.
Selain SAP-518, Knirti juga mengeluarkan jammer lain yakni SAP-14
jamming pod yang dipasang di bawah perut pesawat tempur Sukhoi. SAP-14
ini dianggap sejenis dengan sistem jamming ALQ-99 Amerika Serikat yang
dipasang di EA-6B Prowler dan EA-18G Growler electronic attack aircraft.
Dengan adanya SAP-518, SU 30 MKM Malaysia memiliki kemampuan misi
SEAD/DEAD (Suppression of Enemy Air Defense)/ Destruction of Enemy Air
Defenses, untuk menghancurkan pertahanan udara musuh, termasuk ketika
harus menetralisir platform Airborne Early Warning (AEW).
Untuk mendapatkan semua kemampuan itu, SU-30 MKM dilengkapi rudal
anti radiasi Kh-31 P, Rudal R-77 BVR AAM dan R-73. Lebih dari itu Malaysia juga berencana memasang Rudal Brahmos di SU-30 MKM.
Rudal Brahmos adalah sejenis rudal Yakhont namun dipasang di pesawat
tempur dengan jangkauan 280-290 km.
India dikabarkan sukses mengujicoba
rudal Brahmos di SU-30 MKI dan kini memasuki program pemasangan di
Skadron SU-30 MKI.
Untuk kapal perang korvet atau frigate, rudal BrahMos akan menjadi
senjata yang mematikan. Ditembak tanpa mampu melawan, karena korvet dan
frigate rata-rata memiliki air defence system jarak pendek-menengah, 3
hingga 12 km.
Sumber : JKGR
No comments:
Post a Comment