Layaknya elang, pesawat terbaru milik TNI AL ini memiliki
mata yang tajam dan sanggup melihat sasaran dari jarak jauh. Kekuatan
matanya terletak pada FLIR dan search radar yang ditaruh di bawah badan pesawat.
Bandung : Rabu, 2 Oktober 2013 lalu, adalah hari paling
membahagiakan bagi TNI AL. Pagi itu, di hanggar PT Dirgantara Indonesia,
Kabaranahan Kementerian Pertahanan Laksda TNI Rachmad Lubis resmi
menyerahkan satu dari tiga CN-235-220 Patmar (Patroli Maritim) pesanan
Kemenhan kepada TNI AL untuk patroli di perairan dan perbatasan
Indonesia. Bagi Komandan Skuadron 800 Pusat Penerbangan TNI AL, Letkol
Laut (P) Imam Safii, CN235 Patmar amat ditunggu-tunggu.
Kemampuan dan daya jelajah patrolinya lebih tinggi dari pesawat
sebelumnya. Sebelum ini, TNI AL hanya mengandalkan NC-212 Patmar. Tapi,
karena kemampuan terbangnya hanya empat jam dan kecepatan optimalnya
hanya 100-150 knot, kemampuan patrolinya menjadi terbatas. Berbeda
dengan CN-235 Patmar, oleh karena sanggup terbang sampai sembilan jam
dengan kecepatan optimal 200 knot, kemampuannya akan jauh lebih berarti
bagi Puspenerbal yang kerap disebut kepanjangan mata Kapal Perang
Indonesia (KRI).
“Jika dengan NC-212 Patmar hanya bisa patroli di
daerah sasaran 10 menit, CN235 Patmar bisa sampai berjam-jam dan
menjangkau tempat yang lebih jauh. Dengan search radar dan Forward Looking Infra Red
(FLIR) yang jauh lebih maju ini, kami bahkan sudah bisa mendeteksi
kapal-kapal nelayan dari ketinggian 13.000 kaki,” ungkap Imam Safii,
membandingkan FLIR di pesawatnya dengan FLIR NC-212 yang baru bisa
“melihat” dari ketinggian 5.000 kaki.
Tak heran jika Menteri Pertahanan Poernomo
Yusgiantoro pun titip misi yang agak sulit. Disela-sela acara serah
terima yang juga dihadiri KSAU Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia dan
Dirut DI Budi Santoso, ia bahkan langsung menginstruksikan agar KSAL
Laksamana TNI Marsetio segera menerjunkan pesawat ini untuk memantau
kapal-kapal imigran gelap yang makin kerap gentayangan di pantai selatan
Jawa. Arah mereka ke Australia, sehingga pemantauan pun harus dilakukan
bersama militer Australia.
Flir Safire III
Bagi Puspenerbal sendiri, pesawat baru ini akan
dikonsentrasikan di Perairan Aru dan wilayah perbatasan
Indonesia-Malaysia dan Indonesia-Filipina. Maklum, di wilayah
perbatasan, penyelundupan masih kerap terjadi; sementara di Aru,
pencurian ikan oleh kapal asing diakui masih sulit diberantas.
Dengan
FLIR versi SAFIRE III, ungkap sumber Angkasa, CN235 Patmar
sanggup mengidentifikasi kapal pelaku penyelundupan atau pencurian ikan
dari ketinggian 4.000 kaki. Data identitas ini selanjutnya bisa dikirim real-time ke KRI terdekat untuk penindakan yang lebih cepat.
Sumber : Angkasa
No comments:
Post a Comment