Dalam
pertemuan tersebut Sjafrie didampingi Dirjen Strategi Pertahanan Mayjen
Sonny Prasetyo, Direktur Pemasaran PT Dirgantara Indonesia Budiman
Saleh, Direktur Afrika Kemenlu Lasro Simbolon dan Dubes RI di Dakar
Andradjati. Jenderal Ousmane mengatakan, negaranya berusaha meningkatkan
kemampuan kekuatan udara, sehingga sangat membutuhkan berbagai pesawat,
radar, roket dan amunisinya. "Bagaimana kami bisa mendapatkan pesawat
buatan Indonesia.
Untuk itu kami perlu lebih banyak informasi, dokumen, dan skema
pembiayaannya karena harus dikoordinasikan dengan pihak lain di
Senegal," katanya. Pesawat-pesawat dari Indonesia itu, katanya,
diharapkan bisa memperkuat armada Angkatan Udara Senegal ke depan.
Staf operasional Angkatan Udara menambahkan pesawat CN-235 yang
dimiliki Senegal dipergunakan untuk transportasi VIP, prajurit, serta
digunakan untuk ambulans udara demi membawa yang sakit dan terluka.
"Pesawat digunakan untuk terbang dalam segala cuaca, tapi tak bisa
digunakan untuk terjun payung. Karena pintunya tidak dilengkapi untuk
penerjunan," kata staf berpangkat kolonel itu. Ia juga mengatakan
pemakaian bahan bakar sangat rendah. Itu sangat penting bagi Senegal
karena bisa lebih efisien, katanya.
Sjafrie mengatakan, ada kebijakan baru industri militer yaitu
didasarkan pada keinginan pengguna. Apakah pesawat itu untuk angkutan
barang, orang, atau fasilitas barang dan orang. Jika digunakan untuk
menurunkan penerjun payung, maka itu bisa dilengkapi, katanya. "Kita
lebih baik berhubungan langsung dengan produsen, tidak membeli dari
pihak lain. Persoalan perawatan dan mekanik jadi lebih mudah diatasi,"
kata Sjafrie.
Jenderal Ousmane menanyakan jika pesan sekarang berapa lama pesawatnya
bisa dikirim, dijawab oleh Budiman Saleh satu sampai tiga tahun
tergantung proses administrasi, kontrak dan pembayarannya. Sjafrie
menawarkan pembelian langsung ke PT DI dan bukannya lewat pihak ketika.
"Itu lebih baik," ujarnya. (Sumber: KBRI Senegal/ANTARA) |
No comments:
Post a Comment