Kapal Perang Jepang (foto : theglobal-review.com).
Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera dalam pertemuan di Kementerian Pertahanan di Tokyo Jumat, 26 Juli, 2013 dalam membahas Buku Putih Pertahanan (Japanese Defence Paper)menyatakan perlunya peningkatan/penguatan militer dalam menghadapi ancaman dari China, Korea Utara.
Kyodo News/AP melaporkan bahwa Pemerintah Jepang mengatakan dalam buku putih pertahanan tersebut, Jepang akan meningkatkan kemampuan pesawat intai tanpa awak (drones) atauunmanned surveillance vehicles jarak jauh, yang dapat terbang tinggi dan kemampuan amfibi pasukan marinir pertahanan pulau. Laporan disetujui Jumat (26/7) oleh Departemen Pertahanan yang akan menjadi sebuah kebijakan pertahanan jangka panjang Jepang menjelang laporan akhir yang diharapkan akan selesai pada bulan Desember tahun ini.
Peran yang lebih tegas dalam keamanan regional tersebut jika diterapkan, akan menyebabkan terjadinya perubahan besar dalam kebijakan militer yang saat ini hanya terbatas untuk membela diri, dan selama ini dilarang mampu beroperasi di zona pertempuran di luar negeri di bawah konstitusi pasifis.
Perdana Menteri Shinzo Abe menginginkan dilakukannya revisi kebijakan pertahanan yang lebih moderat untuk memberikan kebebasan dan kekuatan militer yang lebih kuat Jepang.
Jepang dilaporkan oleh media setempat merasa sangat terganggu dan terancam dengan tindakan militer China yang terus bertindak sewenang-wenang, dan setiap saat akan dapat menimbulkan situasi yang tidak terduga. AU Jepang terus mengawasi pesawat peringatan dini China yang terbang di atas perairan internasional antara selatan pulau Okinawa Jepang dan luar pulau yang relatif dekat dengan wilayah sengketa. Dalam waktu yang bersamaan, Jepang Coast Guard melaporkan munculnya empat kapal penjaga pantai China yang bersenjata didekat pulau yang disengketakan, yaitu pulau Senkaku di Jepang dan Diaoyu di China.
Oleh karena itu dalam buku putih tersebut juga diusulkan menciptakan kekuatan laut dengan fungsi amfibi untuk mempertahankan pulau yang disengketakan di Laut China Timur. ”Ini akan memandu fokus arah bahwa Pasukan Bela Diri harus menuju ke depan,” kata Menteri Pertahanan. Menhan Onodera menyatakan perlu meningkatkan komponen utama seperti kemampuan meningkatkan peringatan dan pengawasan dini, fungsi amfibi, transportasi yang terintegrasi, dan rudal anti balistik.
Di bawah pemerintahan sebelum Shinzo Abe, Jepang mempertajam fokus pada pulau-pulau yang disengketakan. Mengikuti pedoman pertahanan 2010, Jepang menyebar pasukannya lebih merata di seluruh negeri yaitu perubahan dari postur Perang Dingin kuno yang berfokus pada upaya membela diri terhadap invasi Soviet di Utara. Pedoman ini juga menyerukan pembentukan unit-unit militer yang bisa bergerak cepat untuk setiap masalah tempat, termasuk pulau-pulau yang diperebutkan.
Pengamat militer menyatakan karena terjadinya pemotongan anggaran pertahanan AS, negara-negara seperti Korea Selatan dan Jepang diasumsikan untuk meningkatkan peran pertahanan mereka. Kedua negara harus menerima lampu hijau dari Washington untuk melakukan belanja senjata dan memberikan sinyal yang tepat ke Beijing untuk tidak melakukan apapun dengan gegabah. Kekeliruan pembacaan signal oleh Beijing akan mengundang agresi.
Diperkirakan bahwa China kini memiliki 970 kapal perang dan pesawat tempur 2.580, Jepang hanya memiliki 141 kapal perang dan pesawat tempur 410 buah. Jelas Jepang memangdang perlu untuk mengatasi ketidakseimbangan tersebut. Dari segi kualitas personil terlatih dianggap mendukung Jepang tapi itu akan berubah karena China terus meningkatkan anggaran dan teknologi persenjataannya yang lebih modern, bahkan menyaingi militer Rusia. Jepang sementara telah disetujui memiliki pesawat tempur siluman (stealth) F-35 Lightning II, Joint Srike Fighter buatan Loockheed Martin.
Jepang nampaknya akan disetujui meningkatkan peran pertahanannya, akan tetapi menurut pengamat, Jepang tidak perlu takut terhadap kemungkinan serangan nuklir China. Persenjataan nuklir China dimiliki hanya untuk pencegahan terhadap serangan pendahuluan Rusia dan Amerika. Jepang berada di bawah payung nuklir Amerika dan dibujuk oleh AS untuk melupakan gagasan tentang pernah memiliki satu, untuk menghindari proliferasi nuklir.
Catatan : Peningkatan kemampuan pertahanan Jepang akan menimbulkan was-was negara sekeliling. Mengingat sejarah masa lalu, saat Perang Dunia ke-2, Jepang mampu melakukan invasi ke wilayah Asia Pasifik. Dilain sisi ketegangan di wilayah Laut China Selatan diperkirakan akan semakin meningkat.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera dalam pertemuan di Kementerian Pertahanan di Tokyo Jumat, 26 Juli, 2013 dalam membahas Buku Putih Pertahanan (Japanese Defence Paper)menyatakan perlunya peningkatan/penguatan militer dalam menghadapi ancaman dari China, Korea Utara.
Kyodo News/AP melaporkan bahwa Pemerintah Jepang mengatakan dalam buku putih pertahanan tersebut, Jepang akan meningkatkan kemampuan pesawat intai tanpa awak (drones) atauunmanned surveillance vehicles jarak jauh, yang dapat terbang tinggi dan kemampuan amfibi pasukan marinir pertahanan pulau. Laporan disetujui Jumat (26/7) oleh Departemen Pertahanan yang akan menjadi sebuah kebijakan pertahanan jangka panjang Jepang menjelang laporan akhir yang diharapkan akan selesai pada bulan Desember tahun ini.
Peran yang lebih tegas dalam keamanan regional tersebut jika diterapkan, akan menyebabkan terjadinya perubahan besar dalam kebijakan militer yang saat ini hanya terbatas untuk membela diri, dan selama ini dilarang mampu beroperasi di zona pertempuran di luar negeri di bawah konstitusi pasifis.
Perdana Menteri Shinzo Abe menginginkan dilakukannya revisi kebijakan pertahanan yang lebih moderat untuk memberikan kebebasan dan kekuatan militer yang lebih kuat Jepang.
Jepang dilaporkan oleh media setempat merasa sangat terganggu dan terancam dengan tindakan militer China yang terus bertindak sewenang-wenang, dan setiap saat akan dapat menimbulkan situasi yang tidak terduga. AU Jepang terus mengawasi pesawat peringatan dini China yang terbang di atas perairan internasional antara selatan pulau Okinawa Jepang dan luar pulau yang relatif dekat dengan wilayah sengketa. Dalam waktu yang bersamaan, Jepang Coast Guard melaporkan munculnya empat kapal penjaga pantai China yang bersenjata didekat pulau yang disengketakan, yaitu pulau Senkaku di Jepang dan Diaoyu di China.
Oleh karena itu dalam buku putih tersebut juga diusulkan menciptakan kekuatan laut dengan fungsi amfibi untuk mempertahankan pulau yang disengketakan di Laut China Timur. ”Ini akan memandu fokus arah bahwa Pasukan Bela Diri harus menuju ke depan,” kata Menteri Pertahanan. Menhan Onodera menyatakan perlu meningkatkan komponen utama seperti kemampuan meningkatkan peringatan dan pengawasan dini, fungsi amfibi, transportasi yang terintegrasi, dan rudal anti balistik.
Di bawah pemerintahan sebelum Shinzo Abe, Jepang mempertajam fokus pada pulau-pulau yang disengketakan. Mengikuti pedoman pertahanan 2010, Jepang menyebar pasukannya lebih merata di seluruh negeri yaitu perubahan dari postur Perang Dingin kuno yang berfokus pada upaya membela diri terhadap invasi Soviet di Utara. Pedoman ini juga menyerukan pembentukan unit-unit militer yang bisa bergerak cepat untuk setiap masalah tempat, termasuk pulau-pulau yang diperebutkan.
Pengamat militer menyatakan karena terjadinya pemotongan anggaran pertahanan AS, negara-negara seperti Korea Selatan dan Jepang diasumsikan untuk meningkatkan peran pertahanan mereka. Kedua negara harus menerima lampu hijau dari Washington untuk melakukan belanja senjata dan memberikan sinyal yang tepat ke Beijing untuk tidak melakukan apapun dengan gegabah. Kekeliruan pembacaan signal oleh Beijing akan mengundang agresi.
Diperkirakan bahwa China kini memiliki 970 kapal perang dan pesawat tempur 2.580, Jepang hanya memiliki 141 kapal perang dan pesawat tempur 410 buah. Jelas Jepang memangdang perlu untuk mengatasi ketidakseimbangan tersebut. Dari segi kualitas personil terlatih dianggap mendukung Jepang tapi itu akan berubah karena China terus meningkatkan anggaran dan teknologi persenjataannya yang lebih modern, bahkan menyaingi militer Rusia. Jepang sementara telah disetujui memiliki pesawat tempur siluman (stealth) F-35 Lightning II, Joint Srike Fighter buatan Loockheed Martin.
Jepang nampaknya akan disetujui meningkatkan peran pertahanannya, akan tetapi menurut pengamat, Jepang tidak perlu takut terhadap kemungkinan serangan nuklir China. Persenjataan nuklir China dimiliki hanya untuk pencegahan terhadap serangan pendahuluan Rusia dan Amerika. Jepang berada di bawah payung nuklir Amerika dan dibujuk oleh AS untuk melupakan gagasan tentang pernah memiliki satu, untuk menghindari proliferasi nuklir.
Catatan : Peningkatan kemampuan pertahanan Jepang akan menimbulkan was-was negara sekeliling. Mengingat sejarah masa lalu, saat Perang Dunia ke-2, Jepang mampu melakukan invasi ke wilayah Asia Pasifik. Dilain sisi ketegangan di wilayah Laut China Selatan diperkirakan akan semakin meningkat.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
No comments:
Post a Comment