ANALISIS : Kepanikan PM Australia dengan pergerakan angkatan laut
dan udara Indonesia di depan Darwin sangat terlihat ketika dia dalam sebuah
wawancara dengan Independent Australia mengatakan akan memanggil pulang seluruh
kapal perang yang sedang bertugas di luar negeri dan menunjuk seorang menteri
urusan pertempuran. Dalam ruang pandang
diplomatik ini merupakan langkah overdosis yang justru akan mentertawakan
kualitas kepemimpinan Abbott yang selalu umbar pernyataan emosional dan
kepanikan. Kenyataan memang begitu, uji cerdas
cermat dan intelektual kepemimpinan dari unsur partai Liberal kalah kualitas
jika ditandingkan dari unsur partai Buruh.
Karena mata pelajaran yang tak diajarkan kepada Tony Abbott selama
kuliah di kampus partai Liberal adalah mata pelajaran kesantunan dan budi
pekerti.
PM Australia ini mesti berhati-hati dengan model arogansi
pertetanggaannya. Jika buruknya hubungan
ini tidak dikelola dengan hati nurani dan kualitas intelektual kepemimpinan
maka kerugian lebih besar akan ditanggung negeri itu. Kerugian paling fatal dari semua akibat gaya
kepemimpinan yang sok jagoan itu adalah dibukanya kartu truf diplomatik yang
selama ini disimpan di lemari pendingin Kemenlu. Yaitu merapatnya Indonesia ke Cina dan Rusia.
Jika ini terjadi maka sesungguhnya negeri aborigin itu sudah terisolasi dari
mata rantai utama Asia Pasifik, dan benarlah kata Gus Dur waktu itu, Australia menjadi
negeri usus buntu.