Karang menyamarkan bentuk kapal RI Nagabanda. Tapi apa dampaknya?
Dalam perjalananan pulang setelah melancarkan misi pengintaian Pelabuhan Biak, kapal selam RI, Nagabanda,
sengaja muncul ke permukaan untuk mengisi baterai. Nagabanda sendiri
berada di Biak, Papua, dalam rangka Operasi Jayawijaya yang digelar oleh
TNI AL pada 20 - 29 Juli 1962 dengan nama sandi Operasi Cakra.
Kapal selam itu naik ke permukaan pada saat matahari terbit, sesuai pula dengan permintaan awak kapal karena bisa menghirup udara luar dan melepaskan kejenuhan. Permintaan itu juga tidak ditolak komandan kapal selam RI Nagabanda, Mayor Wignyo.
Tapi ternyata perjalanan pulang kapal selam RI Nagabanda rupanya sudah dikuntit pesawt Neptune milik Belanda. Mujur para awak mengetahui keberadaan Neptune dan kemudian masuk ke palka dan disusul menyelamnya kapal pada kecepatan maksimal (dive crash).
Neptune melakukan manuver menyerang, bekerja sama dengan kapal-kapal pemburu kapal selam milik Belanda lainnya. RI Nagabanda berusaha menghindar serangan dengan cara berubah haluan dan kedalaman.
Untuk menghindari pantauan radar dari kapal Belanda yang bekerja berdasar suara mesin dan bentuk kapal, Mayor Wignyo akhirnya memerintahkan untuk mematikan mesin dan berhenti pada kedalaman 180 meter di antara batu karang.
Dalam posisi berhenti itu, bentuk kapal akan tersamar oleh karang sehingga radar pencari sasaran pada kapal perang Belanda berhasil dikecoh. Cara meloloskan diri dengan mematikan mesin dan berhenti pada kedalaman ekstrem cukup aman karena adanya inversi, di mana berat jenis air di bawah lebih besar dibandingkan dari yang di atas. Maka kapal berada dalam posisi mengambang.
Operasi pengejaran ini berlangsung selama 36 jam. Setelah keadaan aman, barulah Nagabanda naik ke permukaan. Keputusan ini diambil Mayor Wignyo karena penyelaman ekstrem menyebabkan kerusakan pada Nagabanda sehingga tidak bisa menyelam lagi.
Mujur, perjalanan pulang tidak menemukan kendala. Tapi setelah pemeriksaan dilakukan, diketahui kedalaman ekstrem menyebabkan kebocoran di dekat ruang baterei. RI Nagabanda pun segera dibawa ke pangkalan pemerliharaan Bitung untuk perbaikan.
Kisah Operasi Jayawijaya lebih lengkap bisa Anda simak dalam Majalah Angkasa Edisi Koleksi Kisah Heroik Pertempuran Laut Trikora.
(Agustinus Wina Reni. Sumber: angkasa.co.id)
Kapal selam itu naik ke permukaan pada saat matahari terbit, sesuai pula dengan permintaan awak kapal karena bisa menghirup udara luar dan melepaskan kejenuhan. Permintaan itu juga tidak ditolak komandan kapal selam RI Nagabanda, Mayor Wignyo.
Tapi ternyata perjalanan pulang kapal selam RI Nagabanda rupanya sudah dikuntit pesawt Neptune milik Belanda. Mujur para awak mengetahui keberadaan Neptune dan kemudian masuk ke palka dan disusul menyelamnya kapal pada kecepatan maksimal (dive crash).
Neptune melakukan manuver menyerang, bekerja sama dengan kapal-kapal pemburu kapal selam milik Belanda lainnya. RI Nagabanda berusaha menghindar serangan dengan cara berubah haluan dan kedalaman.
Untuk menghindari pantauan radar dari kapal Belanda yang bekerja berdasar suara mesin dan bentuk kapal, Mayor Wignyo akhirnya memerintahkan untuk mematikan mesin dan berhenti pada kedalaman 180 meter di antara batu karang.
Dalam posisi berhenti itu, bentuk kapal akan tersamar oleh karang sehingga radar pencari sasaran pada kapal perang Belanda berhasil dikecoh. Cara meloloskan diri dengan mematikan mesin dan berhenti pada kedalaman ekstrem cukup aman karena adanya inversi, di mana berat jenis air di bawah lebih besar dibandingkan dari yang di atas. Maka kapal berada dalam posisi mengambang.
Operasi pengejaran ini berlangsung selama 36 jam. Setelah keadaan aman, barulah Nagabanda naik ke permukaan. Keputusan ini diambil Mayor Wignyo karena penyelaman ekstrem menyebabkan kerusakan pada Nagabanda sehingga tidak bisa menyelam lagi.
Mujur, perjalanan pulang tidak menemukan kendala. Tapi setelah pemeriksaan dilakukan, diketahui kedalaman ekstrem menyebabkan kebocoran di dekat ruang baterei. RI Nagabanda pun segera dibawa ke pangkalan pemerliharaan Bitung untuk perbaikan.
Kisah Operasi Jayawijaya lebih lengkap bisa Anda simak dalam Majalah Angkasa Edisi Koleksi Kisah Heroik Pertempuran Laut Trikora.
(Agustinus Wina Reni. Sumber: angkasa.co.id)
No comments:
Post a Comment