Hubungan
Indonesia dan Turki semakin intens, baik di bidang ekonomi, budaya,
maupun pendidikan. Untuk mengakomodasi hal itulah, Indonesia pada
akhirnya membentuk konsulat jenderal di Istanbul, yang merupakan
kepanjangan tangan Kedutaan Besar Indonesia di Ankara Turki.
"Angkara merupakan kota pemerintahan Turki, sementara Istanbul merupakan
sentra bisnis Turki. Untuk meningkatkan kerjasama, perlu dibentuk
konsulat jenderal di Istanbul," kata Konsul Jenderal RI di Istanbul Suri
Tauchid Ishak Minggu kemarin, seperti dilaporkan wartawan Kompas M
Fajar Marta dari Istanbul Turki, Senin (8/4/2013).
Konjen Indonesia di Istanbul Turki dibentuk akhir tahun lalu. Jarak
Istanbul ke Ankara sekitar lima jam perjalanan darat. Menurut Suri,
hubungan ekonomi Indonesia dan Turki cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Salah satu yang paling pesat adalah di bidang turisme dan
investasi. Di bidang turisme, semakin banyak wisatawan Indonesia yang
mengunjungi Turki, sementara di bidang investasi, pengusaha-pengusaha
Turki makin berminat menanamkan investasinya di Indonesia.
Suri menjelaskan, orang Indonesia yang mengunjungi Turki bisa mencapai
60.000 orang sepanjang tahun. Wisatawan Indonesia yang ke Turki biasanya
bersamaan atau dipaketkan dengan kegiatan ibadah umroh ke Arab Saudi.
Istanbul-Jeddah hanya berjarak dua jam dengan pesawat.
"Orang Indonesia ke Turki sebelum atau sesudah umrah," kata Suri.
Menurut Suri, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran trayek
perjalanan paket ibadah umroh orang Indonesia. Jika sebelumnya, banyak
yang mengambil paket Jakarta-Arab Saudi-Mesir, sekarang banyak yang
memilih Jakarta-Arab Saudi- Turki.
Erwin, pelajar pascasarjana Indonesia di Turki mengatakan, Indonesia
sudah selayaknya membangun hubungan yang lebih erat dengan Turki.
Pasalnya Turki memiliki segala potensi untuk kembali menjadi negara
adidaya seperti pada zaman keemasan Turki di bawah kesultanan Utsmaniyah
(1299-1923).
Letak Turki sangat strategis, berada di tengah-tengah peradaban dunia
barat dan timur. Turki bisa diibaratkan jembatan antara Asia dan Eropa,
berbatasan dengan Asia Barat, Eropa Timur, dan negara-negara balkan, dan
Timur Tengah.
Turki juga memiliki aset besar dalam sumber daya manusianya. Turki
memiliki penduduk 78 juta, terbesar di Eropa. Orang-orang Turki terkenal
memiliki nasionalisme yang tinggi dan pekerja keras. Tak heran,
orang-orang Turki yang menjadi imigran di negara-negara Eropa seperti
Jerman dan Francis sukses di negara-negara tersebut, baik sebagai
pengusaha maupun birokrat.
Menurut Erwin, imigran-imigran Turki berperan penting dalam perekonomian
Jerman dan Prancis. Bahkan di Jerman, keturunan Turki-lah yang
menggerakkan perekonomian negara tersebut. Ini sama halnya dengan
keturunan Tionghoa yang menggerakkan perekonomian Indonesia.
Banyak kesamaan antara Indonesia dan Turki, salah satunya adalah
mayoritas penduduknya beragama Islam. Ketua Pacific Countries Social and
Economic Solidarity Association (Pasiad) untuk Indonesia Ahmet Tahsin
Cicek mengatakan, Indonesia merupakan mitra istimewa bagi Turki. Karena
itulah pihaknya makin mengintensifkan kerjasama dengan Indonesia, dalam
berbagai hal, ekonomi, budaya, dan pendidikan.
Salah satu kegiatan Pasiad adalah mengundang tokoh-tokoh Indonesia untuk
berceramah kepada masyarakat Turki. Mantan wakil presiden Jusuf Kalla
pekan ini diundang untuk berbicara mengenai Perdamaian dan rekonsiliasi
di Universitas Fatih di Istanbul dan Universitas Hacettepe di Angkara.
Masyarakat Turki ingin menimba pengalaman Jusuf Kalla dalam menciptakan
perdamaian di sejumlah daerah konflik seperti Aceh dan Poso Sulawesi
Tengah.
Sumber : KOMPAS
No comments:
Post a Comment