Berbeda dengan CN-235, pesawat patroli pesanan TNI-AL ini menggunakan desain winglet pada ujung sayap. Winglet dipercaya mampu mengefisienkan gaya hambat, yang juga penghematan bahan bakar. Dengan penghematan bahan bakar ini, CN 235 MPA bisa lebih lama di udara sehingga cocok untuk operasi maritim.
Dari foto-foto terlihat radar pesawat akan ditempatkan pada perut pesawat, seperti konfigurasi CN-235 milik Coast Guard Korsel. Selain itu terdapat pula bubble window pada bagian belakang pesawat. Jendela gembung ini berfungsi sebagai tempat awak pesawat melakukan pengamatan secara visual. Namun isi serta peralatan yang dipasang kedalam tubuh CN-235 ini belum diketahui secara pasti.
CN 235 MPA produksi PT DI merupakan pesawat medium-range twin-engined yang bisa dipasang: Radar Seaspray 4000 dari BAE Systems, Radar AN/APS-134 produksi Raytheon atau Ocean Master 100 buatan Thales.
Menurut airforce-technology.com , perusahaan elektronik pesawat dan defence system Thales, telah menandatangani MoU dengan PT DI pada Mei 2000 untuk menyuplai piranti AMASCOS yakni, Airborne Maritime Situation Control System, termasuk juga Ocean Master search radar produksi Thales dan EADS. MoU itu juga meliputi pengadaan piranti: Elettronica ALR 733 radar warning receiver, The Chlio thermal imager buatan Thales Optronique, Gemini navigation computer dari Thales Avionics serta AN/ASQ-508 magnetic anomaly detection (MAD) system dari CAE.
Lebih jauh lagi, CN 235 MPA ini akan dilengkapi tiga hardpoints di bawah masing-masing sayapnya yang mampu membawa Rudal Anti kapal Harpoon. Menurut airforce-technology.com CN 235 MPA Indonesia mampu membawa dua torpedo mk46 atau exocet M-39 air-launch anti-ship missiles. Hardpoint sisanya kemungkinan ditujukan untuk mengangkut rudal anti pesawat, sebagai pertahanan diri.
Departemen Pertahanan memesan 24 CN 235 ke PT DI, termasuk 6 pesawat untuk maritime reconnaissance TNI AL serta tiga untuk TNI AU. ( Arc.web.id - airforce-technology.com )
JKGR
No comments:
Post a Comment