Perang Sabah saat ini menambah catatan
buruk hubungan Indonesia-Malaysia terkait kekerasan terhadap penduduk
Sabah keturunan Indonesia dan Bangsamoro. Sikap keras dan pembunuhan
terhadap warga desa di Sabah belum bisa diintervensi oleh pemerintah
Indonesia saat ini. Namun warga Indonesia mencatatnya dan akan semakin
meningkatkan stigma buruk Malaysia di Indonesia. Diyakini banyak
pengamat bahwa perang Malaysia-Indonesia hanya masalah waktu. Posisi
konflik Malaysia-Indonesia identik dengan konflik Israel-Palestina.
Kekuatan regional akan berubah ketika
pemimpin Indonesia memiliki kekuatan dan komitmen kebangsaan dan
nasionalisme yang tinggi. Pemerintahan yang lemah selama lima belas
tahun terakhir ini telah menyebabkan Indonesia kehilangan wilayah
Sipadan-Ligitan dan 30 mil laut wilayah perairan di sepadan lepas pantai
kedua pulau tersebut yang dikenal sebagai perairan Laut Ambalat.
Kerajaan Malaysia selama ini melihat
Indonesia sebelah mata. Hal ini disebabkan oleh kekuatan Malaysia yang
beraliansi dengan Britania Raya, Great Britain, Inggris dan Australia
sebagai sesembahan Malaysia yang melindungi Malaysia. Hal itu dianggap
memberikan kekuatan kepada Malaysia.
Kerajaan Malaysia saat ini yang
berpemerintahan seperti Rezim Soeharto dengan konsep informasi berkaca
mata kuda membungkam demokrasi dan rakyatnya ada di bawah tekanan rezim
Kuala Lumpur. Gap dan kesenjangan pembangunan di Sabah dan Sarawak
dengan Semenanjung Malaya semakin curam. Proyek-proyek pembangunan dan
pertumbuhan senantiasa dibangun di wilayah Semenanjung. Petaling Jaya,
Putra Jaya, bahkan Menara Kembar sebagai ikon Malaysia semua dibangun di
Semenanjung.
Hasil timber atau produk hutan dan
minyak dari kedua kawasan Sabah dan Sarawak merupakan seperempat
pendapatan Malaysia. Sabah dan Sarawak yang merupakan sumber kekayaan
dianaktirikan dan dibiarkan tertinggal.
Sementara kelemahan para pemimpin di
Indonesia sejak zaman reformasi rupanya sementara tidak akan mengalami
titik balik. Jika pada masa sebelumnya pemerintah Indonesia tinggal
diam, menjelang pilihan raya, pemilihan umum 2014 dan pilihan presiden
2014, pemimpin Indonesia saat ini tetap tidak akan menampilkan
pendekatan yang lebih tegas terkait kekerasan di Sabah.
Di pihak lain jika kekerasan yang
menimpa warga Sabah keturunan Indonesia tetap berlangsung di sana, maka
jelas akan membangkitkan tekanan terhadap pemerintah Indonesia untuk
mengambil sikap tegas terhadap Malaysia. Jika saat ini kepemimpinan
cukup lemah, namun kekerasan di Sabah menambah catatan buruk sejarah
hubungan Indonesia-Malaysia.
Pemerintahan lemah Indonesia dan bangsa
Indonesia saat ini hanya mampu mencatat berbagai hal dalam keterkaitan
keburukan dan kejahatan Malaysia terhadap Indonesia. Rakyat Indonesia
memandang Malaysia sebagai musuh akibat perbuatan pemerintah Malaysia
yang selalu melecehkan dan buruk terhadap Indonesia. Inilah pandangan
rakyat Indonesia terhadap Malaysia. Ada paling kurang lima sebab
terpicunya perang Indonesia-Malaysia di masa depan.
Pertama, Malaysia dianggap
sewenang-wenang dan tidak berterima kasih terhadap saudara tua Indonesia
karena pada tahun 1970-an dibantu pendidikan dengan dikirimnya guru dan
dosen terbaik untuk mengajar di Malaysia dan Indonesia menerima banyak
mahasiswa belajar di berbagai universitas di Indonesia.
Kedua, pemerintah Malaysia memerlakukan
para tenaga kerja Indonesia baik sebagai buruh kasar maupun pekerja
domestik atau pembantu rumah tangga dengan merendahkan martabat mereka.
Pemerintah Malaysia terbukti menolak MoU untuk perlindungan tenaga kerja
di Malaysia dengan pongahnya. Hal ini disebabkan oleh mafia polisi
kerajaan Malaysia yang terlibat rasuah atau korupsi dengan memeras para
pekerja asing termasuk tenaga kerja illegal asal Indonesia.
Ketiga, klaim Malaysia atas budaya
Indonesia seperti Reog, Tari Pendet, Batik, Rendang, Gong, Tari Serimpi,
Tari Saman, Masakan Padang, bahasa Melayu, Candi Borobudur, Rasa
Sayange, monyet, orangutan, telah menyebabkan ketidaksukaan warga
Indonesia terhadap Malaysia.
Keempat, penyerobotan ribuan kilometer
wilayah Indonesia di sepadan Sarawak dan Sabah dengan Indonesia dengan
praktek pembukaan perkebunan sawit dan perusahaan timber yang menggeser
batas patok wilayah Indonesia-Sabah dan Indonesia-Sarawak yang dilakukan
kerajaan Kuala Lumpur.
Kelima, direbutnya Sipadan dan Ligitan dari Indonesia yang menimbulkan luka paling dalam bangsa Indonesia.
Pemerintahan Indonesia masa depan akan
beraliansi dengan China dan Russia sebagai kekuatan baru dunia yang akan
menciptakan kekuatan berimbang. Perlakuan seronok pemerintah Malaysia
terhadap Indonesia menjadi semakin meningkatkan sentiment negatif
Indonesia terhadap Malaysia.
Ketika itu maka perang antara Malaysia
dan Indonesia tidak terelakkan karena Indonesia menuntut hak-haknya
setelah diperlakukan buruk oleh Malaysia. Satu-satunya ketakutan
Indonesia melawan Malaysia saat ini adalah Inggris dan Australia ada di
belakang Malaysia.
Namun setelah keruntuhan dan lepasnya
Sabah dan Sarawak dari Malaysia maka terjadi perimbangan kekuatan dan
saat itulah Indonesia akan melancarkan serangan. Inggris sendiri
sekarang mengarah menjadi bangsa kerdil akibat krisis ekonomi di Eropa.
Sementara aliansi Indonesia-China-Russia-Korea Utara akan menguatkan
posisi Indonesia di mata bangsa-bangsa regional Asia Tenggara.
Sumber : Kompasiana
No comments:
Post a Comment