Gambaran kekuatan antara kedua belah pihak. |
Meletusnya perang di Sabah Malaysia, antara pejuang Kesultanan Sulu
yang dimotori oleh para pejuang veteran Bangsamoro dari MNLF/MILF dan
suku Tausaq, melawan tentara Malaysia (ATM). Secara tidak langsung telah
menyebabkan tensi ketegangan di kawasan Asean meninggi. Perang tersebut
awalnya dipicu oleh pendudukan yang dilakukan ratusan warga Mindanao
Philipina pada tanggal 4 Februari 2013 lalu di wilayah Sabah bagian
timur. Para penerobos tersebut mengaku sebagai pengikut dari kesultanan
Sulu, bermaksud untuk mengembalikan wilayah Sabah ke pangkuan kesultanan
Sulu, yang selama ini menurut mereka disewa oleh Kerajaan Malaysia,
dengan membawa berbagai dokumentasi autentik menurut versi mereka.
Peperangan yang telah menelan korban
lebih dari 50 orang (menurut versi ATM) tersebut, ibarat gunung es
kebencian yang selama ini terus dijaga untuk tidak pecah. Walaupun
Malaysia di satu sisi dianggap mempunyai hak untuk melakukan apa saja
demi mempertahankan kesatuan wilayahnya, namun aksi tegas tanpa kompromi
yang diperaktekkan Malaysia terhadap pejuang Sulu, seolah telah membuka
borok mereka sendiri. Terutama sekitar perlakuan kasar terhadap
pendatang asing selama ini, yang datang ke Malaysia untuk mencari kerja.
“Sekaranglah saatnya untuk menyumpah
serapah atas kesombongan Malaysia”. Kira-kira begitulah isi hati
orang-orang yang pernah merasa dilecehkan sewaktu berada di negeri
Makmur tersebut. Berbagai forum online, baik dari komunitas India,
Thailand, Kamboja, Bangladesh, Philipina, Indonesia dll. Mereka
rame-rame menghujat Malaysia, atas perlakuan lebay dan di luar batas
kemanusiaan terhadap penerobos Sulu yang jumlahnya hanya segelintir itu.
Mereka dengan bangganya membuka semua
borok negeri jiran tersebut, yang selama ini sangat tertutup rapi.
Walaupun ada yang berusaha untuk mengcounter, namun usaha tersebut
sia-sia belaka, karena cacian dan hujatan yang datang dari berbagai
bangsa dan bahasa seolah menenggelamkan semua usaha counter yang mereka
lakukan.
Di satu segi, peristiwa ini dianggap
sangat berbahaya, karena dapat berpengaruh kepada stabilitas keamanan di
wilayah Asean, yang selama ini dianggap sangat stabil. Namun, di segi
lain sebagian orang beranggapan sangat positif, karena inilah waktu yang
sangat tepat untuk memberikan pelajaran langsung kepada Malaysia, yang
selama ini dianggap terlalu sombong terhadap jirannya.
Hikmah perang Sabah, adalah memberikan
wejangan kepada Malaysia. Bagaimana seharusnya menjadi tetangga yang
baik. Tidak serta merta dengan tingkat capaian ekonomi yang tinggi,
memberikan hak kepadanya untuk berbuat seenaknya kepada bangsa lain.
Aturan bertetangga tetap harus dilakukan dan diterapkan. Yaitu
menghormati tetangga dalam setiap duka dan suka. Berbagi jika memiliki
rezeki yang berlebih. Begitu juga, membantu tetangga yang sedang
mendapat musibah. Serta bergotong royong demi keamanan dan kemakmuran
wilayahnya. Mungkinkah….? let’s wait and see…
Salam.
Sumber : Kompasiana
No comments:
Post a Comment