Senapan serbu SS2 produksi PT PINDAD telah mengantarkan TNI AD meraih berbagai tropi kejuaraan menembak militer di luar negeri. (Foto: Berita HanKam)
4 Oktober 2012, Jakarta: Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal (TNI) Pramono Edhie Wibowo mengatakan bahwa anggaran belanja AD untuk pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) merupakan yang paling kecil di antara matra TNI yang lain.
"Anggaran alutsista AD paling kecil daripada AL atau AU, tapi itu tidak boleh membuat kecil hati. Justru bagaimana caranya supaya semaksimal mungkin digunakan," kata Edhie Wibowo di Jakarta, Kamis.
Jumlah anggaran untuk AD senilai Rp14 triliun, lebih kecil dari dua matra TNI yang bernilai Rp20 triliun dan Rp22 triliun, lanjutnya.
Dengan anggaran tersebut, TNI AD berencana untuk memperkuat dan memperbaharui alutsista, dengan membeli sejumlah peralatan persenjataan baru.
TNI AD Bangga Pakai Alutsista Dalam Negeri
Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), matra Angkatan Darat (AD) khususnya, bangga menggunakan peralatan dan perlengkapan senjata buatan dalam negeri, kata Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Pramono Edhie Wibowo di Jakarta, Kamis.
"...alat-alat yang diproduksi dalam negeri, itu harus kita gunakan," tegas Kasad.
Meskipun demikian, sempat ada perasaan tidak percaya diri dalam diri para prajurit ketika menggunakan senjata produksi PT Pindad.
Dia bercerita pernah bertemu dengan salah seorang prajurit yang secara terus terang lebih memilih menggunakan senjata lama buatan asing daripada senjata baru buatan PT Pindad.
"Dalam hal itu, si prajurit tidak bisa disalahkan karena dia memang terbiasa dengan senjata produk asing. Namun, ada juga beberapa prajurit yang mau menggunakan senjata produksi dalam negeri, tetapi harus disesuaikan dengan senjata asing yang sudah dimilki," jelasnya.
Kebanggaan para tentara AD dalam menggunakan senjata buatan dalam negeri muncul saat perlengkapan pertahanan itu berperan penting dalam sebuah kejuaraan tingkat ASEAN.
Ketika prajurit AD untuk pertama kalinya menggunakan senjata buatan PT Pindad di perlombaan menembak se-ASEAN, TNI AD berhasil membawa pulang sembilan dari 15 trofi yang diperebutkan di ajang tersebut.
"Hal itu belum pernah diraih oleh negara mana pun. Oleh karena itu, di sini saya ingin menegaskan bahwa sebetulnya jika kita mau mengoreksi diri, kita pasti bisa," katanya.
Sejak saat itu, TNI AD menggunakan senjata ringan produksi dalam negeri.
Namun, untuk alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang berat, seperti tank, TNI AD masih membelinya dari pihak asing.
Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan membeli 103 unit tank Leopard, 50 unit tank Marder dan 10 unit tank pendukung guna memperkuat sistem alutsista pertahanan Indonesia.
Salah satu dari peralatan persenjataan yang dibeli TNI AD dari pihak asing adalah tank Leopard yang akan tiba di tanah air sebanyak 44 unit pada November.
Sumber: ANTARA News
4 Oktober 2012, Jakarta: Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal (TNI) Pramono Edhie Wibowo mengatakan bahwa anggaran belanja AD untuk pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) merupakan yang paling kecil di antara matra TNI yang lain.
"Anggaran alutsista AD paling kecil daripada AL atau AU, tapi itu tidak boleh membuat kecil hati. Justru bagaimana caranya supaya semaksimal mungkin digunakan," kata Edhie Wibowo di Jakarta, Kamis.
Jumlah anggaran untuk AD senilai Rp14 triliun, lebih kecil dari dua matra TNI yang bernilai Rp20 triliun dan Rp22 triliun, lanjutnya.
Dengan anggaran tersebut, TNI AD berencana untuk memperkuat dan memperbaharui alutsista, dengan membeli sejumlah peralatan persenjataan baru.
TNI AD Bangga Pakai Alutsista Dalam Negeri
Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), matra Angkatan Darat (AD) khususnya, bangga menggunakan peralatan dan perlengkapan senjata buatan dalam negeri, kata Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Pramono Edhie Wibowo di Jakarta, Kamis.
"...alat-alat yang diproduksi dalam negeri, itu harus kita gunakan," tegas Kasad.
Meskipun demikian, sempat ada perasaan tidak percaya diri dalam diri para prajurit ketika menggunakan senjata produksi PT Pindad.
Dia bercerita pernah bertemu dengan salah seorang prajurit yang secara terus terang lebih memilih menggunakan senjata lama buatan asing daripada senjata baru buatan PT Pindad.
"Dalam hal itu, si prajurit tidak bisa disalahkan karena dia memang terbiasa dengan senjata produk asing. Namun, ada juga beberapa prajurit yang mau menggunakan senjata produksi dalam negeri, tetapi harus disesuaikan dengan senjata asing yang sudah dimilki," jelasnya.
Kebanggaan para tentara AD dalam menggunakan senjata buatan dalam negeri muncul saat perlengkapan pertahanan itu berperan penting dalam sebuah kejuaraan tingkat ASEAN.
Ketika prajurit AD untuk pertama kalinya menggunakan senjata buatan PT Pindad di perlombaan menembak se-ASEAN, TNI AD berhasil membawa pulang sembilan dari 15 trofi yang diperebutkan di ajang tersebut.
"Hal itu belum pernah diraih oleh negara mana pun. Oleh karena itu, di sini saya ingin menegaskan bahwa sebetulnya jika kita mau mengoreksi diri, kita pasti bisa," katanya.
Sejak saat itu, TNI AD menggunakan senjata ringan produksi dalam negeri.
Namun, untuk alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang berat, seperti tank, TNI AD masih membelinya dari pihak asing.
Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan membeli 103 unit tank Leopard, 50 unit tank Marder dan 10 unit tank pendukung guna memperkuat sistem alutsista pertahanan Indonesia.
Salah satu dari peralatan persenjataan yang dibeli TNI AD dari pihak asing adalah tank Leopard yang akan tiba di tanah air sebanyak 44 unit pada November.
Sumber: ANTARA News
No comments:
Post a Comment