Rasa gembira menaungi Skadron Udara 400 (Anti Kapal Selam) TNI AL.
Pasalnya sebagian rekan mereka tengah berada di Prancis untuk menguji
coba dan memilih spesifikasi Helikopter Anti Kapal Selam (AKS) Panther
AS-565 MB yang sedang dibeli Kementerian Pertahanan. Gembira karena ada
alutsista baru yang segera menemani helikopter AS332 Super Puma, Bell
412EP dan BO-105c, milik Skadron 400. Gembira karena kapal perang mereka
akan semakin gahar dan diperhitungkan lawan.
Helikopter AS 565 MB merupakan multi purpose: naval version, serach
and rescue, berbasiskan AS 365 N3 (maritime patrol and surveillance
platform).
AS 565 MB, bisa digunakan untuk misi: fire support, Anti-Submarine
(ASW) dan Anti-Surface Warfare (ASuW), yang bisa dipersenjatai dengan:
AS15TT anti-ship missiles, searchlight, Magnetic Anomaly Detector (MAD),
dipping sonar, search radar, anti-tank missiles, gun pods, rockets,
torpedo dan lain sebagainya. Panther juga dijual oleh Eurocopter ke
Amerika Serikat untuk United States Coast Guard (USCG) sebagai HH-65
Dolphin.
Dari 11 helikopter yang dibeli TNI AL, tidak semuanya untuk AKS,
namun ada juga versi AKPA dan versi Intai Taktis. Helikopter Panther
AS-565 MBe yang dibeli seharga 23 USD/unit ini, sedang disiapkan oleh
Skadron 400 TNI AU dan pihak Prancis, untuk mendapatkan spesifikasi yang
terbaik, bagi Indonesia.
Untuk misi operasi Naval, AS565MB bisa dikatakan nyaris sempurna:
senyap, biaya perawatan murah, multi purpose untuk: surveillance kapal
permukaan, Anti-Surface unit Warfare (ASuW) dan Anti-Submarine Warfare
(ASW).
Anti Kapal Permukaan
Dengan durasi terbang selama 4 jam, AS565MB masuk kedalam kelas helikopter medium. Helikopter ini dapat melakukan misi Over-the-Horizon Targeting (OTHT) dengan membawa rudal jarak jauh, sehingga efektif sebagai anti-surface warfare (ASUW).
Apalagi
jika helikopter ini didukung oleh rudal generasi baru seperti MBDA’s
Future Anti Ship Guided Weapon (FASGW), maka AS565MB dapat melakukan
pencarian, memilah sasaran, serta membayangi atau menyerang sasaran dari
balik lengkung bumi (OTHT) secara presisi, tanpa mampu dideteksi oleh
kapal musuh. Kapal musuh akan terkendala oleh pola lengkung bumi (OTHT).
Ketahanan terbang helikopter ini mencapai waktu 4 jam dengan kecepatan
medium (14o km/jam) atau terbang dengan mode OTHT.
Anti Kapal Selam
Sonar yang dipasang di badan kapal laut memiliki kemampuan deteksi yang terbatas, akibat gangguan temperatur maupun tingkat keasinan permukaan air. Daya endusnya sekitar 18 km, untuk melacak kapal selam. Perbedaan permukaan air laut membuat posisi kapal berubah-ubah yang menghasilkan suara dan kecepatan kapal yang berubah-ubah, sehingga mempengaruhi daya endus sonar kapal.
Jangkauan
yang terbatas ini bisa tangani lewat helikopter seperti AS565MB yang
terbang jauh dan memiliki variable-depth and towed sonar arrays untuk
menyelidiki setiap layer, sehingga daya deteksi bisa berkembang jauh
mencapai 185 km dan mampu mendeteksi lokasi kapal selam musuh dengan
presisi.
Helikopter ini tinggal menunggu agar kapal selam masuk jangkauan
torpedo untuk melakukan penembakan “fire and forget”. Tentu ada pula
kapal selam yang memiliki rudal anti udara, namun umumnya masih jarak
pendek.
Dengan peralatan anti kapal selam yang dibawa oleh helikopter, kapal
teman dapat melakukan pelacakan dengan radius yang lebih jauh terhadap
kapal selam musuh, dibandingkan mendeteksi tanpa menggunakan helikopter.
Mengisi KRI Diponegoro Class.
AS 565MBe mampu melakukan misi Anti Kapal Selam dan Anti Kapal Permukaan selama 4 jam ketika terbang dengan kecepatan 140km/jam. Helikopter ini memiliki kecepatan maksimum +300 km/jam dengan daya jelajah 792 km dengan tanki standar.
Helikopter ASW Panther AS565 MB, akan ditempatkan di KRI Korvet
Diponegoro Sigma Class, untuk memperkuat mata dan telinga kapal tempur
tersebut.
Sejumlah senjata akan melengkapi helikopter Panther TNI AL, antara
lain Torpedo MU 90, Light Anti Ship Missile,maupun canon mounted 20 mm.
Jika
TNI AL menggunakan Panther AS-565 MBe, maka Basarnas Indonesia juga
menggunakan helikopter buatan Eurocopter ini, yakni versi Dauphin yang
versi sipil.
Dari pembelian ini, Indonesia mendapatkan transfer of technology,
yang akan diserap oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Selain TNI AL
dan Basarnas, TNI AD juga membeli helikopter baru buatan Eurocopter
yakni Fennec AS 550. Begitu pula dengan TNI AU yang membeli Eurocopter
EC725 Cougar.
Semua angkatan membeli helikopter baru dari Eurocopter. Dengan
demikian, perawatan helicopter tersebut semakin mudah dan bisa langsung
ditangani di dalam negeri oleh PT DI yang memiliki kemampuan mumpuni,
untuk urusan helikopter.
Kerjasama yang komprehensif antara TNI AD, TNI AL, TNI AU dan
Basarnas dengan Eurocopter, merupakan peluang besar yang harus
dimanfaatkan Indonesia.
Helikopter-helikopter itu dikerjakan secara Co-Production dengan PT
DI. Diharapkan kedepannya PT DI mampu mewujudkan helikopter buatan dalam
negeri, antara lain melanjutkan proyek helikopter Gandiwa atau jenis
lainnya.
Sumber : JKGR
No comments:
Post a Comment