Minimum Essential Force (MEF) atau
kekuatan pokok minimum TNI menjadi salah satu poin penting dalam hal
pertahanan negara menuju era global. Persoalan yang tidak kalah penting
adalah peningkatan kemampuan industri militer dalam negeri, seperti
LAPAN, Pindad, PT PAL, PT DI, BPPT, PT Dahana, dan sebagainya.
“Kapasitas alutsista yang modern dan memadai tentu akan meningkatkan
pamor dan menambah rasa percaya diri bangsa kita di tengah-tengah
dinamika hubungan antarnegara yang terjadi,” ujar Direktur Utama PT PAL,
Muhammad Firmansyah Arifin, kepada JMOL di Surabaya, Rabu (18/6).
Menurut Firmansyah, peningkatan kualitas dan kuantitas alutsista yang
dimiliki Indonesia menjadi sangat penting, mengingat Indonesia memiliki
lautan yang sangat potensial dan strategis. Alutsista memadai akan
sangat berguna apabila suatu ketika terjadi ancaman di wilayah perairan
Indonesia, seperti yang terjadi di wilayah Ambalat.
Seperti diketahui, TNI AL terus berupaya meningkatkan teknologi dan
kuantitas alutsista yang dimiliki. Keinginan kuat TNI AL meningkatkan
alutsistanya diwujudkan dengan menjalin kerja sama yang erat dengan
industri militer dalam negeri. Salah satunya, PT Penataran Angkatan Laut
(PT PAL) di Surabaya.
PT PAL memahami tantangan yang dihadapi TNI AL dan berkomitmen kuat
senantiasa mendukung sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam rangka
pertahanan negara.
“PT PAL senantiasa mendukung kebutuhan TNI AL, dengan berusaha
memenuhi setiap pesanan yang diberikan kepada kami,” kata Firmansyah.
Ia menjelaskan, beberapa alutsisita yang dipesan TNI AL kepada PT PAL
antara lain LPD 125-KRI Banjarmasin, Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR),
Fast Patrol Boat 28 M, Fast Patrol Boat 57 M, serta KCR 60 M KRI
Sampari. PT PAL saat ini sedang dalam proses perencanaan pembuatan kapal
selam pesanan TNI AL.
Alih Teknologi
Di sisi lain, harus diakui bahwa tidak semua komponen kapal dapat
dipenuhi oleh industri dalam negeri. Untuk kapal perang, sekitar 60
persen komponennya dibuat di dalam negeri. Sedang sisanya diimpor dari
berbagai negara. Untuk kapal niaga, komponen yang mampu diproduksi dalam
negeri sebesar 70 persen.
Untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi, PT PAL sering
kali melakukan proses alih teknologi. Upaya yang dilakukan PT PAL dalam
rangka alih teknologi tersebut utamanya dalam menyiapkan kualitas SDM
yang andal. SDM yang disiapkan melalui proses seleksi yang ketat,
kemudian training peningkatan kemampuan teknis maupun mentalitas.
Alutsista yang dibutuhkan di masa depan tentu harus dikembangkan melalui perencanaan yang matang dan strategis.
“Kemenhan saat ini sedang membuat pemetaan untuk kebutuhan alutsista,
baik dari jumlah maupun teknologi yang dibutuhkan, serta kapasitas
galangan kapal. Dari pemetaan ini akan dapat dilihat perbandingan antara
perencanaan dan pemenuhannya. Untuk itulah pemetaan dibutuhkan,”
pungkasnya.
Sumber : Jurnalmaritim
No comments:
Post a Comment