UEA (Uni Emirat Arab) dan perusahaan pertahanan Amerika Serikat Raytheon tengah berupaya memasarkan rudal 70 mm laser guided (dipandu laser) yang mereka kembangkan pada tahun 2009 sebagai sistem senjata untuk pesawat. Tidak hanya untuk pesawat, sebuah versi baru dari rudal 70mm ini juga dibuat untuk kapal perang kecil. Versi baru ini menggunakan peluncur yang sudah ada sebelumnya yaitu LAU-68, untuk roket 70mm, namun sudah terhubung dengan sistem kontrol tembak yang menempatkan laser pada kapal atau boat memandu rudal 70mm untuk menemukan dan memukul target.
Ditembakkan dari permukaan, rudal 70mm ini memiliki jangkauan sekitar 5 kilometer. Peluncur LAU-68 diisi dengan tujuh rudal 70mm yang total beratnya sekitar 227 kilogram, kecil, dan cukup ringan untuk dipasang pada kapal-kapal kecil. Namun permasalahannya adalah bahwa sudah banyak terdapat model rudal dan autocannon semacam ini di pasaran. Tentu akan sulit menemukan pelanggan.
Dalam dua dekade terakhir, beberapa perusahaan rudal dunia telah berhasil mengkonversi roket 70mm unguided menjadi rudal laser guided. Sebagian besar rudal ini didesain untuk tetap menggunakan sistem kontrol tembak rudal Hellfire. Sangat sulit untuk mendapatkan dana pengembangan proyek semacam. Banyak produsen dan pemerintah yang tidak tertarik untuk mengembangkannya. Lalu mengapa Raytheon tertarik? Tentu saja karena program ini didanai sepenuhnya oleh UEA, dan rudal 70mm yang dihasilkan adalah TALON yang sejak tahun 2010 sudah siap untuk dijual dan selanjutnya dilengkapkan pada helikopter serang AH-64. Namun, satu-satunya pengguna rudal 70mm dari proyek ini adalah UEA sendiri, yaitu untuk AH-64 nya.
Ke pengembang rudal 70mm lain, Lockheed Martin mengembangkan DAGR (Direct Attack Guided Rocket) dengan uang mereka sendiri. Seperti halnya TALON, DAGR kompatibel dengan laser designator yang sudah ada sebelumnya, dan kompatibel dengan pesawat-pesawat yang menggunakan rudal Hellfire. Keuntungan utama dari semua rudal 70 mm ini adalah bahwa berat dan harganya hanya seperempat dari rudal Hellfire. Ini berati AH-64 akan lebih hemat dalam bahan bakar dalam membawanya, dan untuk urusan menghancurkan kapal-kapal kecil, TALON diklaim sebagai senjata yang efektif layaknya Hellfire. Tapi tetap saja sudah ada banyak senjata serupa yang tersedia di pasar saat ini, hanya sedikit negara yang tertarik menggunakannya.
Meskipun kurang diminati, rudal 70mm masih menemukan pelanggannya. Kembali ke tahun 2010, Korps Marinir AS membeli lima puluh kit APKWS II (Advanced Precision Kill Weapons System) untuk pengujian. Yang diikuti pembelian kit untuk mengkonversi 100.000 rudal unguided menjadi rudal laser guided. Tahun lalu, Korps Marinir AS melakukan pembelian ketiganya untuk pembuatan 20.000 rudal APKWS II. Ini menjadi pembelian besar pertama untuk rudal 70mm laser guided, setelah satu dekade upaya penjualan oleh produsen. Korps Marinir AS melengkapi helikopter tempur AH-1W mereka dengan rudal 70mm laser guided, dan pada tahun 2012 heli AH-1WS Korps Marinir AS setidaknya telah menembakkan lebih dari seratus APKWS II di Afghanistan dan diklaim tidak satupun yang meleset dari target.
Serangan teror 11 September 2001 telah memicu beberapa upaya pengembangan senjata baru dan rudal 70mm laser guided. Sekarang ada versi rudal 70mm laser guided udara ke permukan (pesawat) dan permukaan ke permukaan (kapal). Pengembangan rudal 70mm laser guided menjadi begitu lama karena pengembang kesulitan untuk menempatkan laser seeker dan mekanisme kontrol penerbangan dalam satu paket kecil, ringan dan harga sesuai kantong pelanggan. Harga rudal 70mm baru adalah sekitar USD 30.000. Sudah menjadi tipikal senjata ini, beratnya hanya sekitar sepertiga dari bom pintar dan hanya seperempat dari harga rudal Hellfire.
Rudal 70mm laser guided terbilang bisa mengimbangi kemampuan rudal Hellfire, namun tidak memerlukan berat 49 kg dan tidak memerlukan biaya USD 100.000 seperti rudal Hellfire, namun tentu saja masih harus membutuhkan presisi penargetan. Dalam uji coba penembakan APKWS dalam jarak meter dari titik sasaran, rudal 70 mm terbilang cukup baik. Rudal 70mm sangat baik bila dilengkapkan pada UAV, karena beratnya yang ringan, maka kapasitas muatan senjata UAV berlebih, selanjutnya bisa ditambah rudal sejenis atau senjata lain. Peluncurnya dirancang untuk menggantikan si tunggal Hellfire, namun kelebihannya bisa membawa empat rudal, bukan satu seperti Hellfire.
Roket 70mm dikembangkan saat Perang Dunia II, sebagai senjata udara ke udara yang digunakan untuk melawan formasi pesawat pembom berat. Jerman telah mengembangkan roket serupa dan terbilang sukses dengan R4M nya. Tak lama kemudian, Jepang dan Jerman memiliki pesawat pembom berat, sehingga roket 70mm berubah penggunaan menjadi roket udara ke darat. Selama tahun 1950-an roket 70mm hanya digunakan untuk penembakan udara ke udara, namun tampaknya tidak pernah menemui kesuksesan. Di tahun 1960-an, roket 70mm menjadi sangat populer, ketika senjata itu bekerja sangat baik ketika diluncurkan dari beberapa tabung (7 atau 19) yang dipasang pada helikopter. Sedangkan roket lamanya 108-138 mm bisa ditembakkan secara tunggal atau salvo dan membuat helikopter menjadi artileri udara untuk mendukung pasukan di darat. Ada banyak variasi dalam hulu ledak dan motor roketnya. Bahkan, beberapa versi dapat memukul sasaran pada jarak lebih dari 10 kilometer.
Untuk saat ini, pesanan untuk rudal 70mm tidak lagi datang, tidak ada permintaan untuk rudal mini ini, berbeda dengan Hellfire yang terus diminati. Rudal-rudal kecil lain juga dikembangkan, salah satunya adalah Griffin, digunakan AS di Pakistan dan Afghanistan pada UAV dan pesawat tempur sayap tetap seperti AC-130. Si kecil Griffin menjadi rudal alternatif untuk Hellfire II karena beratnya hanya 16 kilogram dengan 5,9 kilogram hulu ledak. Grippin memiliki sayap pop-out dan memiliki jangkauan yang lebih baik yaitu 15 kilometer dari Hellfire yang 8 kilometer.
Dalam dua dekade terakhir, beberapa perusahaan rudal dunia telah berhasil mengkonversi roket 70mm unguided menjadi rudal laser guided. Sebagian besar rudal ini didesain untuk tetap menggunakan sistem kontrol tembak rudal Hellfire. Sangat sulit untuk mendapatkan dana pengembangan proyek semacam. Banyak produsen dan pemerintah yang tidak tertarik untuk mengembangkannya. Lalu mengapa Raytheon tertarik? Tentu saja karena program ini didanai sepenuhnya oleh UEA, dan rudal 70mm yang dihasilkan adalah TALON yang sejak tahun 2010 sudah siap untuk dijual dan selanjutnya dilengkapkan pada helikopter serang AH-64. Namun, satu-satunya pengguna rudal 70mm dari proyek ini adalah UEA sendiri, yaitu untuk AH-64 nya.
Ke pengembang rudal 70mm lain, Lockheed Martin mengembangkan DAGR (Direct Attack Guided Rocket) dengan uang mereka sendiri. Seperti halnya TALON, DAGR kompatibel dengan laser designator yang sudah ada sebelumnya, dan kompatibel dengan pesawat-pesawat yang menggunakan rudal Hellfire. Keuntungan utama dari semua rudal 70 mm ini adalah bahwa berat dan harganya hanya seperempat dari rudal Hellfire. Ini berati AH-64 akan lebih hemat dalam bahan bakar dalam membawanya, dan untuk urusan menghancurkan kapal-kapal kecil, TALON diklaim sebagai senjata yang efektif layaknya Hellfire. Tapi tetap saja sudah ada banyak senjata serupa yang tersedia di pasar saat ini, hanya sedikit negara yang tertarik menggunakannya.
Meskipun kurang diminati, rudal 70mm masih menemukan pelanggannya. Kembali ke tahun 2010, Korps Marinir AS membeli lima puluh kit APKWS II (Advanced Precision Kill Weapons System) untuk pengujian. Yang diikuti pembelian kit untuk mengkonversi 100.000 rudal unguided menjadi rudal laser guided. Tahun lalu, Korps Marinir AS melakukan pembelian ketiganya untuk pembuatan 20.000 rudal APKWS II. Ini menjadi pembelian besar pertama untuk rudal 70mm laser guided, setelah satu dekade upaya penjualan oleh produsen. Korps Marinir AS melengkapi helikopter tempur AH-1W mereka dengan rudal 70mm laser guided, dan pada tahun 2012 heli AH-1WS Korps Marinir AS setidaknya telah menembakkan lebih dari seratus APKWS II di Afghanistan dan diklaim tidak satupun yang meleset dari target.
Serangan teror 11 September 2001 telah memicu beberapa upaya pengembangan senjata baru dan rudal 70mm laser guided. Sekarang ada versi rudal 70mm laser guided udara ke permukan (pesawat) dan permukaan ke permukaan (kapal). Pengembangan rudal 70mm laser guided menjadi begitu lama karena pengembang kesulitan untuk menempatkan laser seeker dan mekanisme kontrol penerbangan dalam satu paket kecil, ringan dan harga sesuai kantong pelanggan. Harga rudal 70mm baru adalah sekitar USD 30.000. Sudah menjadi tipikal senjata ini, beratnya hanya sekitar sepertiga dari bom pintar dan hanya seperempat dari harga rudal Hellfire.
Rudal 70mm laser guided terbilang bisa mengimbangi kemampuan rudal Hellfire, namun tidak memerlukan berat 49 kg dan tidak memerlukan biaya USD 100.000 seperti rudal Hellfire, namun tentu saja masih harus membutuhkan presisi penargetan. Dalam uji coba penembakan APKWS dalam jarak meter dari titik sasaran, rudal 70 mm terbilang cukup baik. Rudal 70mm sangat baik bila dilengkapkan pada UAV, karena beratnya yang ringan, maka kapasitas muatan senjata UAV berlebih, selanjutnya bisa ditambah rudal sejenis atau senjata lain. Peluncurnya dirancang untuk menggantikan si tunggal Hellfire, namun kelebihannya bisa membawa empat rudal, bukan satu seperti Hellfire.
Untuk saat ini, pesanan untuk rudal 70mm tidak lagi datang, tidak ada permintaan untuk rudal mini ini, berbeda dengan Hellfire yang terus diminati.Sebagian besar rudal 70mm laser guided ini pada dasarnya hanya berbobot 13,6 kilogram dengan laser seeker, 2,7 kilogram hulu ledak, dan jangkauan sekitar enam kilometer saat ditembakkan dari udara. Laser designator pada helikopter, atau dengan personel di darat, yang menunjuk pada target dan laser seeker di depan DAGR pada pantulan sinar laser.
Roket 70mm dikembangkan saat Perang Dunia II, sebagai senjata udara ke udara yang digunakan untuk melawan formasi pesawat pembom berat. Jerman telah mengembangkan roket serupa dan terbilang sukses dengan R4M nya. Tak lama kemudian, Jepang dan Jerman memiliki pesawat pembom berat, sehingga roket 70mm berubah penggunaan menjadi roket udara ke darat. Selama tahun 1950-an roket 70mm hanya digunakan untuk penembakan udara ke udara, namun tampaknya tidak pernah menemui kesuksesan. Di tahun 1960-an, roket 70mm menjadi sangat populer, ketika senjata itu bekerja sangat baik ketika diluncurkan dari beberapa tabung (7 atau 19) yang dipasang pada helikopter. Sedangkan roket lamanya 108-138 mm bisa ditembakkan secara tunggal atau salvo dan membuat helikopter menjadi artileri udara untuk mendukung pasukan di darat. Ada banyak variasi dalam hulu ledak dan motor roketnya. Bahkan, beberapa versi dapat memukul sasaran pada jarak lebih dari 10 kilometer.
Untuk saat ini, pesanan untuk rudal 70mm tidak lagi datang, tidak ada permintaan untuk rudal mini ini, berbeda dengan Hellfire yang terus diminati. Rudal-rudal kecil lain juga dikembangkan, salah satunya adalah Griffin, digunakan AS di Pakistan dan Afghanistan pada UAV dan pesawat tempur sayap tetap seperti AC-130. Si kecil Griffin menjadi rudal alternatif untuk Hellfire II karena beratnya hanya 16 kilogram dengan 5,9 kilogram hulu ledak. Grippin memiliki sayap pop-out dan memiliki jangkauan yang lebih baik yaitu 15 kilometer dari Hellfire yang 8 kilometer.
No comments:
Post a Comment