Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menegaskan keyakinannya bahwa
kekuatan persenjataan Tentara Nasional Indonesia akan melebihi target
30% kekuatan pokok minimum (minimum essential forces). Pemerintah
mempunyai agenda untuk memperkuat alustsista TNI mencapai MEF pada 2024.
Hal itu disampaikan Purnomo saat menyerahkan empat pesawat latih ke Markas Besar (Mabes) TNI Angkatan Udara (AU). Acara serah terima itu berlangsung di hanggar Skuadron Pendidikan 101 Landasan Udara (Lanud) Adisutjipto Yogyakarta, Jumat (20/9). “Lima tahun pertama (hingga 2014), cita-cita pemerintah kekuatan alutsista mencapai 30%, kita yakin melebihi MEF,” ujar Purnomo.
Ia mencontohkan, untuk kekuatan udara, akan segera datang ke Indonesia, beberapa persenjataan tempur. Misalkan, enam pesawat Sukhoi SU-30 dan SU-27, Kamis (26/9), sehingga melengkapi menjadi satu squadron Sukhoi. Kemudian, menerima kembali CN-295, pesawat angkut ringan pengganti Fokker-27, juga akan mendapatkan satu squadron penuh.
Selain itu, juga akan datang P-50, pesawat tempur ringan juga satu squadron. “P-50 ini saya sebut sebagai baby F-16, juga full satu squadron,” ujarnya. Kemudian, lanjut Purnomo, penambahan pesawat hercules dari hibah australia sembilan unit, akan hadir tahun depan. “Kita berharap, agenda ini terus dilanjutkan. Hingga 2024 nanti, kita akan menjadi first class air forces,” tegasnya.
Namun, lanjut Purnomo, tak hanya dari persenjataan saja yang perlu dibenahi, kemampuan prajurit juga harus ditingkatkan. Termasuk untuk para pilot yang ada sekarang, atau pilot masa depan. Purnomo menjelaskan, kehadiran pesawat latih Grob G120 TP-A buatan perusahaan Aircratf asal Jerman, juga dalam upaya untuk membangun kekuatan tempur yang disegani.
“Dengan kehadiran dan telah diserahkannya empat pesawat latih Grob tersebut, diharapkan akan dapat meningkatkan kuaitas penerbang yang dihasilkan TNI AU,” kata Purnomo.
Pesawat Grob G-120 TP-A tersebut telah dipesan pada 2011 lalu, dari perusahaan Grob Aircraft, Jerman. Akan menggantikan pesawat latih mula AS-202 Barvo dan pesawat latih dasar T-34C. Dalam kontrak senilai USD 72 juta sebanyak 18 unit, pembelian pesawat tersebut juga termasuk Initial Logistic Support, berupa suku cadang dan peralatan, pelatihan bagi pengajar dan pelatihan pemeiliharaan.
Berdasarkan kontrak, pengiriman 14 unit sisanya akan dikirim secara bertahap, rencananya enam unit akan dikirimkan Oktober 2013, empat unit pada Desember 2013 dan empat unit terakhir pada Februari 2014.
Kelebihan pesawat yaitu kecepatan maksimumnya 439 Km/jam atau 237 knot. Pesawat bermesin turbo prop menggunakan mesin Roll Roys tipe 250-B17F dengan lima bilah baling-baling. Sebelum memutuskan mendatangkan pesawat tersebut, TNI AU melakukan pengkajian komprehensif. Mereka butuh pesawat latih yang dapat digunakan untuk jangka waktu lama.
Model sayap rendah (low wing) dan cantilever meningkatkan kelincahan pesawat berpadu dengan daya mesin putar mesin yang tinggi. Tangki bahan bakar diletakkan di dalam kedua sayap sebanyak 360 liter cukup untuk penerbangan selama lima jam dan cadangan 45 menit.
Pesawat ini dapat dioperasikan dalam suhu -20 derajat celcius dan maksimal 72 derajat celcius. Pesawat pun dilengkapi sistem evaluasi penerbangan menggunakan SD Card Recorder. Nantinya, rekaman dapat diunduh ke komputer jinjing sebagai bahan evaluasi.
Hal itu disampaikan Purnomo saat menyerahkan empat pesawat latih ke Markas Besar (Mabes) TNI Angkatan Udara (AU). Acara serah terima itu berlangsung di hanggar Skuadron Pendidikan 101 Landasan Udara (Lanud) Adisutjipto Yogyakarta, Jumat (20/9). “Lima tahun pertama (hingga 2014), cita-cita pemerintah kekuatan alutsista mencapai 30%, kita yakin melebihi MEF,” ujar Purnomo.
Ia mencontohkan, untuk kekuatan udara, akan segera datang ke Indonesia, beberapa persenjataan tempur. Misalkan, enam pesawat Sukhoi SU-30 dan SU-27, Kamis (26/9), sehingga melengkapi menjadi satu squadron Sukhoi. Kemudian, menerima kembali CN-295, pesawat angkut ringan pengganti Fokker-27, juga akan mendapatkan satu squadron penuh.
Selain itu, juga akan datang P-50, pesawat tempur ringan juga satu squadron. “P-50 ini saya sebut sebagai baby F-16, juga full satu squadron,” ujarnya. Kemudian, lanjut Purnomo, penambahan pesawat hercules dari hibah australia sembilan unit, akan hadir tahun depan. “Kita berharap, agenda ini terus dilanjutkan. Hingga 2024 nanti, kita akan menjadi first class air forces,” tegasnya.
Namun, lanjut Purnomo, tak hanya dari persenjataan saja yang perlu dibenahi, kemampuan prajurit juga harus ditingkatkan. Termasuk untuk para pilot yang ada sekarang, atau pilot masa depan. Purnomo menjelaskan, kehadiran pesawat latih Grob G120 TP-A buatan perusahaan Aircratf asal Jerman, juga dalam upaya untuk membangun kekuatan tempur yang disegani.
“Dengan kehadiran dan telah diserahkannya empat pesawat latih Grob tersebut, diharapkan akan dapat meningkatkan kuaitas penerbang yang dihasilkan TNI AU,” kata Purnomo.
Pesawat Grob G-120 TP-A tersebut telah dipesan pada 2011 lalu, dari perusahaan Grob Aircraft, Jerman. Akan menggantikan pesawat latih mula AS-202 Barvo dan pesawat latih dasar T-34C. Dalam kontrak senilai USD 72 juta sebanyak 18 unit, pembelian pesawat tersebut juga termasuk Initial Logistic Support, berupa suku cadang dan peralatan, pelatihan bagi pengajar dan pelatihan pemeiliharaan.
Berdasarkan kontrak, pengiriman 14 unit sisanya akan dikirim secara bertahap, rencananya enam unit akan dikirimkan Oktober 2013, empat unit pada Desember 2013 dan empat unit terakhir pada Februari 2014.
Kelebihan pesawat yaitu kecepatan maksimumnya 439 Km/jam atau 237 knot. Pesawat bermesin turbo prop menggunakan mesin Roll Roys tipe 250-B17F dengan lima bilah baling-baling. Sebelum memutuskan mendatangkan pesawat tersebut, TNI AU melakukan pengkajian komprehensif. Mereka butuh pesawat latih yang dapat digunakan untuk jangka waktu lama.
Model sayap rendah (low wing) dan cantilever meningkatkan kelincahan pesawat berpadu dengan daya mesin putar mesin yang tinggi. Tangki bahan bakar diletakkan di dalam kedua sayap sebanyak 360 liter cukup untuk penerbangan selama lima jam dan cadangan 45 menit.
Pesawat ini dapat dioperasikan dalam suhu -20 derajat celcius dan maksimal 72 derajat celcius. Pesawat pun dilengkapi sistem evaluasi penerbangan menggunakan SD Card Recorder. Nantinya, rekaman dapat diunduh ke komputer jinjing sebagai bahan evaluasi.
No comments:
Post a Comment