Oleh: Teddy Hambrata Azmir
Inti dari penulisan artikel ini adalah untuk memberikan gambaran serta pemahaman yang baik mengenai peran, surveillance dan reconnaissance bagi
keberhasilan sebuah kekuatan udara dan luar angkasa dimana berbagai
macam karakteristik, definisi dan beberapa faktor- faktor yang
menentukan keunggulan dan kelemahan dari Air and Space Power itu sendiri dimana seperti yang pernah dikatakan oleh Sir Winston Churchill bahwa Air Power adalah
satu-satunya kekuatan militer yang paling sulit diprediksi
pergerakkannya sehingga memiliki beberapa keuntungan dalam hal fire power maupun force protection dari pihak sendiri dan merugikan banyak bagi pihak musuh yang terlambat mengantisipasinya.
Surveillance dan reconnaissance ini
menjadi amat penting perannya bagi keberhasilan sebuah serangan udara
maupun pertahanan udara dalam rangka memprediksi segala kemungkinan
serta menentukan cara bertindak yang terbaik dalam sebuah operasi
udara. Surveillance dan reconnaissance juga sangat berfungsi menutupi kelemahan-kelemahan dan mendukung keunggulan yang terdapat dalam sebuah Air and Space Power, karena
dalam unsur kekuatan udara membutuhkan adaptasi tubuh manusia yang baik
dan tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama, maupun segi mental
yang mampu bertahan hidup diluar habitat manusia sehingga ketepatan
informasi sasaran adalah prioritas tertinggi dikarenakan daya jangkau senantiasa berkaitan dengan waktu dan kecepatan.
“The potential of aircraft was not recognised immediately. Their initial use was confined to observation…until one day, the full advantage of applying force from the air was realised, and the rest was history. So too with the business of space”. - General Estes, former Commander-in-Chief, USAF Space Command,1996 – 1998 –
Jelas sekali dalam penggalan kalimat bijak di atas oleh seorang mantan Panglima USAF Space Command, bahwa tidak ada satu pun serangan udara yang mampu memenangkan pertempuran tanpa diawali oleh observasi melalui surveillance dan reconnaissance. Surveillance dan reconnaissance yang
dalam bahasa Indonesia dimaksud dengan pengamatan dan pengintaian
tersebut adalah bagian dari perang informasi yang terintegerasi dengan
sebuah Air and Space Power dimana kegiatan pengamatan dan
pengintaian terhadap posisi maupun kegiatan musuh akan lebih sedikit
resiko jika melalui kekuatan udara.
Pengamatan dan pengintaian juga merupakan sebuah wujud peran penting sebuah Air and Space Power dalam menyediakan data-data intelijen untuk memberikan situation awareness, contohnya, ketika seorang pilot pesawat tempur yang menerima update data secara terus-menerus dari pesawat Airborne Early Warning and Control (AEW
& C) melalui jaringan yang dapat membuat keputusan taktis sendiri
dengan memanfaatkan kiriman gambar situasional dari pesawat AEW & C
yang terintegerasi data link dengan pesawat tempur yang dimaksud sehingga mempermudah pilot dalam melakukan searching/find sebelum dia melakukan fixing sasaran serta mengakuisisi untuk kemudian dihancurkan dengan tepat sasaran dan tepat waktu[1]
Bagi seorang Komandan ditingkat operasional, surveillance dan reconnaissance juga
sangat mengambil peran yang sangat besar untuk memberikan sebuah
perspektif yang jelas dengan sebuah gambaran tentang medan pertempuran
maupun theater dengan sebuah ruang komando dan kendali yang terintegerasi dengan peralatan surveillance dan reconnaissance yang terhubung oleh satelit militer maupun video secara langsung melalui pesawat tanpa awak yang biasa diistilahkan dengan unmanned aireal vehicles (UAV).
Dengan memiliki keuntungan sebuah sudut pandang yang tinggi dari
angkasa sehingga pandangan dan hasil tampilan pada layar, komandan pun
menjadi sangat efektif dalam memberikan keputusan-keputusan cara
bertindak yang terbaik. Dengan surveillance dan reconnaissance maka
tersedialah data dan infromasi intelijen yang dibutuhkan pada semua
tingkat komando untuk mengarahkan, mengumpulkan, mengolah dan
menyebarkan informasi untuk sebuah keputusan, semua itu sangat
memungkinkan karena teknologi yang berkembang saat ini telah mampu
memiliki resolusi sensor yang cukup untuk menemukan dan mengidentifikasi
target sangat kecil walaupun pengamatan dan pengintaian dilakukan dari
atas pesawat berawak maupun tanpa awak, dengan sistem surveillance dan reconnaissance
tersebut juga dapat dilakukan pemetaan medan operasi, infrastruktur
yang dimiliki musuh, bahkan dapat pula memonitor pola perubahan dan
perilaku yang dilakukan lawan, selain itu juga dapat secara rutin
memberikan data tentang cuaca di medan pertempuran maupun menembus cuaca
buruk dan mengatasi teknik penyembunyian. Sensor juga dapat mencegat
komunikasi dari sinyal lain, membantu membangun kecerdasan yang
komprehensif dan koheren[2].
Tantangannya adalah, bagaimana kekuatan udara yang dimiliki Indonesia saat ini dapat memberikan situation awareness seperti
beberapa contoh pada paragraf sebelumnya melalui eksploitasi teknologi
tinggi yang dapat mengintegerasikan teknologi intelijen dengan Air and Space Power melalui air surveillance dan reconnaissance terutama dari segi human intelligence yang
selalu dianggap sulit dilakukan melalui udara, namun kenyataannya
teknologi yang berkembang saat ini sudah memungkinkan hal tersebut
dilakukan. Pada masa lampau sebelum teknologi ini muncul memang dianggap
sebagai keterbatasan field of view, namun paradigma scan-cue-focus telah mampu mengatasi keterbatasan tersebut dengan menggunakan wide area sensor dengan resolusi yang cukup baik. Termasuk dapat digunakan pada pesawat jet berawak sehingga memungkinkan dilakukannya arm recce atau pengintaian yang dikombinasikan dengan penghancuran jika memungkinkan disesuaikan dengan posisi pasukan darat.
Dengan demikian, surveillance dan reconnaissance terbukti dapat menghubungkan beberapa fungsi air battlespace sehingga memungkinkan kekuatan tempur untuk mengelola informasi yang dikumpulkan untuk hasil terbaik. Termasuk di dalam surveillance dan reconnaissance adalah
intelijen, yakni, sebuah produk yang dihasilkan dari pengumpulan,
pengolahan, integrasi, analisis,evaluasi dan interpretasi informasi yang
tersedia. Intelijen yang baik menyediakan data yang akurat, relevan,
tepat waktu dan prediktif untuk mendukung operasi. Sehingga semakin
jelas bahwa Surveillance adalah pengamatan berkelanjutan dan
sistematis dari udara, permukaan atau bawah permukaan dengan cara
visual, aural, elektronik, fotografi atau cara lain. Air surveillance dapat memanfaatkan ketinggian untuk mendeteksi aktivitas lawan dalam jarak jauh. Sedangkan reconnaissance akan melengkapi surveillance
dengan menggunakan pengamatan visual, atau metode deteksi lainnya,
selain itu juga untuk mendapatkan informasi spesifik tentang kegiatan
dan sumber daya musuh atau yang berpotensi menjadi musuh. Reconnaissance juga dapat mengamankan data tentang meteorologi, karakteristik hidrografi atau geografis dari wilayah operasi[3].
Referensi:
1.. AP 3000. British Air And Space Power Doctrine. 4th Ed. Hal 46-49.
2. Kopp, Carlo. 2005.Understanding Network Centric Warfare. http://www.ausairpower.net/TE-NCW-JanFeb-05.html.
[1] Kopp, Carlo. 2005.Understanding Network Centric Warfare. http://www.ausairpower.net/TE-NCW-JanFeb-05.html.
[2] AP 3000. British Air And Space Power Doctrine. 4th Ed. Hal 46.
[3] Ibid Hal 49.
No comments:
Post a Comment