Terjawab sudah, pesawat tanpa awak / UAV jenis apa yang menjaga
perbatasan Indonesia dan Malaysia di Kalimantan, termasuk patroli
hingga ke Kepulauan Natuna. Komandan Lanud Supadio, Pontianak, Kolonel
Penerbang Novyan Samyoga mengatakan, dalam waktu dekat 12 unit pesawat
tanpa awak akan dioperasikan untuk mengawasi perbatasan Kalimantan.
“Pangkalan Udara Supadio Pontianak akan mengoperasikan pesawat tanpa
awak dalam mengawasi wilayah perbatasan udara Indonesia-Malaysia.
Pesawat tanpa awak itu mengawasi seluruh wilayah perbatasan,” kata
Novyan di Sungai Raya, Jumat (19/7).
Rencananya pesawat tanpa awak itu beroperasi pada awal tahun 2014.
UAV ini sangat dibutuhkan karena pengawasan menggunakan tenaga manusia,
dibutuhkan ribuan orang. Bahkan jika menggunakan pesawat biasa, tetap
memiliki keterbatasan dari sisi bahan bakar, sehingga pengawasan
perbatasan tidak maksimal.
“Dengan menggunakan pesawat tanpa awak, bisa mutar-mutar, ambil foto
dan video, lalu pesawat kembali ke Lanud Supadio,” ujar Komandan Lanud
Supadio, Kolonel Penerbang Novyan Samyoga. Menurut Dan Lanud Supadio,
pesawat tanpa awak yang digunakan ada dua jenis, Wulung buatan lokal dan
Heron buatan luar negeri.
“Kami sengaja menggabungkankannya, karena pesawat tanpa awak buatan
Indonesia baru dibuat, sementara buatan luar negeri sudah maju dalam hal
teknologi. Nantinya UAV Indonesia bisa meniru UAV luar negeri sehingga
ke depan pesawat lokal kita semakin bagus,” ujar Dan Lanud.
Pesawat tanpa awak jenis wulung akan dioperasikan sebanyak delapan
unit, sedangkan jenis Heron empat unit. Semua pesawat berkumpul di
Lanud Supadio Pontianak dan dikontrol dari Lanud Supadio.
Selama ini kita masih ragu ragu tentang UAV jenis apa yang akan datang di tahun 2013/204. Jika yang datang UAV Searcher MK II,
maka bisa dikatakan agak ketinggalan jaman, karena UAV ini telah lama
digunakan Singapura dan kini diganti dengan jenis Heron. Keraguan itu
terjawab sudah.
Dengan adanya UAV Heron di TNI AU,
kemampuan intelligen udara dari Indonesia akan lebih powerfull. Uav
Heron mampu terbang selama 50 jam dengan ketinggian 10 km dan
menghasilkan gambar yang full clour. UAV ini terbang dengan kecepatan
maksimal 200 km/jam dengan jarak tempuh sekitar 400 km. UAV Heron bisa
diprogram untuk terbang secara otomatis dari take off hingga landing
atau manual, atau kombinasi dari keduanya.
Heron dapat secara otomatis
kembali dan mendarat ke pangkalan, jika mengalami putus komunikasi
dengan station kendali di darat. UAV ini memiliki kemampuan take off
secara full otomatis dan bisa terbang di segala cuaca.
Selain dapat
mengusung berbagai jenis sensor UAV ini dapat digunakan sebagai pemandu/
penjejak target serangan artileri atau roket. Sensor berkomunikasi
dengan stasion pengendali darat secara real time, baik menggunakan
direct line of data link atau melalui relay satelit.
Sumber : JKGR
No comments:
Post a Comment