UAV Heron TP, 28 Agustus 2012. 
 | 
Terjawab sudah, pesawat tanpa awak / UAV jenis apa  yang menjaga 
perbatasan Indonesia dan Malaysia di Kalimantan, termasuk patroli  
hingga ke Kepulauan Natuna. Komandan Lanud Supadio, Pontianak, Kolonel 
Penerbang  Novyan Samyoga mengatakan, dalam waktu dekat 12 unit pesawat 
tanpa awak akan dioperasikan untuk mengawasi perbatasan Kalimantan.
“Pangkalan Udara Supadio Pontianak akan mengoperasikan pesawat tanpa 
awak dalam mengawasi wilayah perbatasan udara Indonesia-Malaysia.  
Pesawat tanpa awak itu mengawasi seluruh wilayah perbatasan,” kata 
Novyan di Sungai Raya, Jumat (19/7).
Rencananya pesawat tanpa awak itu beroperasi pada awal tahun 2014. 
UAV ini sangat dibutuhkan karena pengawasan menggunakan tenaga manusia, 
dibutuhkan ribuan orang. Bahkan jika menggunakan pesawat biasa, tetap 
memiliki keterbatasan dari sisi bahan bakar, sehingga pengawasan  
perbatasan tidak maksimal.
UAV Heron 1, 13 Agustus 2003. 
 | 
“Dengan menggunakan pesawat tanpa awak, bisa mutar-mutar, ambil foto 
dan video, lalu pesawat kembali ke Lanud Supadio,” ujar Komandan Lanud 
Supadio, Kolonel Penerbang  Novyan Samyoga.  Menurut Dan Lanud Supadio, 
pesawat tanpa awak yang digunakan ada dua jenis, Wulung buatan lokal dan
 Heron buatan luar negeri.
“Kami sengaja menggabungkankannya, karena pesawat tanpa awak buatan 
Indonesia baru dibuat, sementara buatan luar negeri sudah maju dalam hal
 teknologi. Nantinya UAV Indonesia bisa meniru UAV luar negeri sehingga 
ke depan pesawat lokal kita semakin bagus,” ujar Dan Lanud.
Pesawat tanpa awak jenis wulung akan dioperasikan sebanyak delapan 
unit, sedangkan jenis Heron  empat unit.  Semua pesawat berkumpul di 
Lanud Supadio Pontianak dan dikontrol dari Lanud Supadio.
Perbandingan UAV Searcher dan Heron Singapura. 
 | 
UAV Heron Australia saat operasi di Afghanistan. 
 | 
Selama ini kita masih ragu ragu tentang UAV  jenis apa yang akan datang di tahun 2013/204. Jika yang datang UAV Searcher MK II,
 maka bisa dikatakan agak ketinggalan jaman, karena UAV ini telah lama 
digunakan  Singapura dan kini diganti dengan jenis Heron. Keraguan itu 
terjawab sudah.
Dengan adanya  UAV Heron di TNI AU,
 kemampuan intelligen udara dari Indonesia akan lebih powerfull. Uav 
Heron mampu terbang selama 50 jam dengan ketinggian 10 km dan 
menghasilkan gambar yang full clour. UAV ini terbang dengan kecepatan 
maksimal 200 km/jam dengan jarak tempuh sekitar 400 km. UAV Heron bisa 
diprogram untuk terbang secara otomatis dari take off hingga landing  
atau manual, atau kombinasi dari keduanya. 
Heron dapat secara otomatis 
kembali dan mendarat ke pangkalan, jika mengalami putus komunikasi 
dengan station kendali di darat. UAV ini memiliki kemampuan take off 
secara full otomatis dan bisa terbang di segala cuaca. 
Selain dapat 
mengusung berbagai jenis sensor UAV ini dapat digunakan sebagai pemandu/
 penjejak target serangan artileri atau roket. Sensor berkomunikasi 
dengan stasion pengendali darat secara real time, baik menggunakan 
direct  line of  data link atau melalui relay satelit. 
Sumber : JKGR 
No comments:
Post a Comment