Berbicara tentang memilih pertahanan udara jarak menengah, beberapa
negara umumnya membandingkan antara S-300 Rusia dengan HQ-9 China.
Hal ini terjadi juga dengan Turki. Amerika Serikat dan negara Eropa yang selama ini menjadi pemenang dalam kontrak pengadaan persenjataan ke Anggota NATO Turki, kini mendapatkan lawan yang baru, yakni Rusia dan China.
Pertarungannya adalah Patriot Advanced Capability-3 (PAC-3), Aster 30 dari Eurosam Italia-Perancis, S300 dari Rosoboronexport Rusia serta HQ-9 China Precision Machinery Export-Import Corp. Turki pun mulai menghitung untuk membeli S-300 atau HQ-9.
Hal ini terjadi juga dengan Turki. Amerika Serikat dan negara Eropa yang selama ini menjadi pemenang dalam kontrak pengadaan persenjataan ke Anggota NATO Turki, kini mendapatkan lawan yang baru, yakni Rusia dan China.
Pertarungannya adalah Patriot Advanced Capability-3 (PAC-3), Aster 30 dari Eurosam Italia-Perancis, S300 dari Rosoboronexport Rusia serta HQ-9 China Precision Machinery Export-Import Corp. Turki pun mulai menghitung untuk membeli S-300 atau HQ-9.
Turki menyatakan minatnya untuk memakai HQ-9 China, meskipun alat
pertahanan udara ini tidak compatibel dengan sistem pertahanan udara
NATO yang ada di Turki. Deal tersebut tampaknya akan tercapai jika ada
win-win solution diantara China dan Turki.
Pemerintah Turki menyatakan proposal yang diajukan China memuaskan
secara teknologi, mengijinkan transfer teknologi dan lebih murah
harganya dari rival lainnya: AS, Rusia dan Italia_perancis (Aster 30).
Kini keputusan apakah Turki akan mengambil rudal pertahanan HQ, tinggal
menunggu persetujuan dari Menteri Pertahanan Turki Ismet Yilmaz dan
Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan.
Turki menyiapkan dana sebesar 4 miliar USD, untuk program rudal
pertahanan darat ke udara, meliputi; radar, launcher dan rudal
penyergap. Sebagai anggota NATO yang dilengkapi dengan rudal Patriot AS,
Turki diminta sekutunya untuk menyingkirkan bidding dari China dan
Rusia dari proyek pertahanan udara mereka, karena keduanya memiliki
sistem yang berbeda. Namun Turki mengabaikan peringatan tersebut dan
telah mendeklarasikan ke publik bahwa mereka berniat mengadopsi Sistem
Pertahanan udara HQ-9 China.
Menurut Politisi Turki, Emre Kizikaya, proposal yang diajukan China
akan membantu negara mereka membangun program air defence buatan Turki.
“System Patriot PAC3 memiliki jangkauan yang lebih pendek untuk
membangun tameng pertahanan udara. Masalah utama adalah Amerika tidak
mau berbagi know how dan software code dari rudal Patriot”, ujar Emre.
Namun NATO mengingatkan Turki untuk tidak mengintegrasikan sistem
China-Turki ke dalam sistem peringatan dini Turki yang ada saat ini,
yang peralatannya didominasi aset NATO.
HQ-9 diduga merupakan roket single stage yang sebagian disainnya
mengacu kepada S-300 Rusia namun sistem elektroniknya meniru Rudal
Patriot AS (Teknologi SJ-231, Lockheed’s Patriot’s Track-via-Missile
-TvM). Jangkauan HQ-9 sekitar 90 sampai 125 km, dengan maximum altitude
engagement 18 km, sementara S-300 Rusia 30 km. Adanya TvM active radar
homing guidance membuat HQ-9 memiliki kemampuan anti rudal balistik
terbatas 125 km, juga sebagai anti-pesawat tempur tradisional
(non-stealth).
Sumber : JKGR
No comments:
Post a Comment