Destroyer made in Indonesia
Tahun 2015 Indonesia dipimpin oleh seorang yang lebih tegas dalam
politik LN, hal ini sangat mendukung sebab situasi regional semakin
tidak menentu.
Rivalitas AS dan RRC di kawasan, sengketa wilayah antara RRC dan Jepang
beserta negara-negara yang memiliki claim di LCS, India dan Pakistan
yang buntu sembari menumpuk alutsista matra laut, negara tetangga mungil
yang semakin gahar alutsistanya, berikut dalam hitungan sekian bulan
kedepan Hobart class akan diluncurkan.
Mau tidak mau sang Presiden berpikir keras agar raksasa tidur ini tidak
begitu disepelekan di panggung Pasifik, untuk itu dia memutuskan negeri
tercinta untuk memiliki 5 buah Destroyer mumpuni dengan banderol yang
pas di kantong.
Pengadaan destroyer ini dibangun di dalam negeri oleh beberapa galangan
dengan menggunakan anggaran tahun jamak, seperti lazimnya beberapa
Negara Eropa lain misalnya memiliki hull dan armament khusus untuk AAW
namun kemudian di tambahkan lagi dengan persenjataan dan radar canggih
pada tahun-tahun selanjutnya.
Di trit ini kita coba untuk merinci satu per satu apa-apa saja yang dibutuhkan untuk destroyer ini.
Para suhu, mohon petunjuknya..
1. Lambung:
a. Badan kapal
Lambung bawah : 140 x 30 x 12 (plt)
Superstructure : 50 % dari lambung bawah
Total 8694 ton
Pelat lambung keseluruhan (high tensile marine grade) = Rp. 104 milyar
Biaya pembuatan (Rp 9 juta per ton ) = Rp. 78,246 milyar
Material lain (serat karbon untuk tiang radome, alumunium, tembaga, kuningan) gross Rp. 20 milyar.
b. Mesin
CODOG =
Atau
CODAG =
c. Navigasi =
2. Armament
a. AAW
b. ASuW
Bofors =
Atau
Otomelara =
24 unit VLS
c. ASW
d. CIWS
3. Sensor & Radar
4. Heli
Posisi awal,
Lambung tanpa permesinan = 202,246 milyar
No comments:
Post a Comment