Pada masa lalu, Rusia sudah mengembangkan rudal balistik antar-benua RT-23 (SS-24 Scalpel) yang dipasang pada kereta api |
Institut Teknologi Thermal Moskow Rusia, telah memulai program riset dan
pengembangan untuk membangun sistem baru kereta api rudal balistik
antar-benua (ICBM), kata wakil Menteri Pertahanan Yury Borisov. Program
ini masih dalam tahap awal, katanya, menambahkan bahwa anggaran yang
diperlukan untuk membangunnya masih didiskusikan. Dia juga tidak memberi
batas waktu untuk program kereta api rudal tersebut.
Institut Teknologi Thermal Moskow adalah insititut yang juga mengembangkan sistem rudal balistik Bulava (berbasis kapal selam) dan Topol dan Yars (berbasis darat).
Sistem prototipe dari kereta api rudal ini akan selesai pada tahun 2020, ujar seorang pejabat industri pertahanan Rusia mengatakan kepada RIA Novosti pada bulan Desember lalu. Rudal ICBM baru nantinya juga akan berbobot setengah dari rudal ICBM yang digunakan pada era Uni Soviet. Dengan bobot yang ringan, memungkinkan rudal-rudal itu muat ke dalam satu kereta rel, ia menambahkan.
Sistem awal dari kereta rel ini mengangkut rudal SS-24 Scalpel yang mana memiliki bobot 104 ton, dan dibutuhkan hingga tiga lokomotif untuk membawanya, begitu berat sehingga merusak rel kereta. Peluncur-peluncur rudal yang diangkut dengan sistem kereta rel ini membuat mereka sulit untuk ditemukan ketimbang peluncur stasioner, mempersulit musuh untuk menyerang balik.
Militer Soviet menggunakan rudal jarak jauh dengan kereta rel pertama kali pada tahun 1987, dan setidaknya sudah ada 12 pada tahun 1991. Rudal kereta rel kemudian dihapus dari angkatan bersenjata pada tahun 2002 dan basis terakhir dibongkar pada tahun 2007 dibawah perjanjian pengurangan senjata "START II" dengan Amerika Serikat.
Namun, revisi perjanjian selanjutnya, START III yang disepakati pada tahun 2010, tidak melarang penggunakan ICBM yang bergerak di atas rel.
Alexander Konovalov, seorang analis militer Rusia, mengatakan pada tahun lalu bahwa program ini akan kembali pada konsep kereta rel Soviet yang rumit, meskipun dalam bentuk yang sudah dirubah, sebuah ide buruk, dan kereta rel rudal sudah ketinggalan zaman.
Institut Teknologi Thermal Moskow adalah insititut yang juga mengembangkan sistem rudal balistik Bulava (berbasis kapal selam) dan Topol dan Yars (berbasis darat).
Sistem prototipe dari kereta api rudal ini akan selesai pada tahun 2020, ujar seorang pejabat industri pertahanan Rusia mengatakan kepada RIA Novosti pada bulan Desember lalu. Rudal ICBM baru nantinya juga akan berbobot setengah dari rudal ICBM yang digunakan pada era Uni Soviet. Dengan bobot yang ringan, memungkinkan rudal-rudal itu muat ke dalam satu kereta rel, ia menambahkan.
Sistem awal dari kereta rel ini mengangkut rudal SS-24 Scalpel yang mana memiliki bobot 104 ton, dan dibutuhkan hingga tiga lokomotif untuk membawanya, begitu berat sehingga merusak rel kereta. Peluncur-peluncur rudal yang diangkut dengan sistem kereta rel ini membuat mereka sulit untuk ditemukan ketimbang peluncur stasioner, mempersulit musuh untuk menyerang balik.
Militer Soviet menggunakan rudal jarak jauh dengan kereta rel pertama kali pada tahun 1987, dan setidaknya sudah ada 12 pada tahun 1991. Rudal kereta rel kemudian dihapus dari angkatan bersenjata pada tahun 2002 dan basis terakhir dibongkar pada tahun 2007 dibawah perjanjian pengurangan senjata "START II" dengan Amerika Serikat.
Namun, revisi perjanjian selanjutnya, START III yang disepakati pada tahun 2010, tidak melarang penggunakan ICBM yang bergerak di atas rel.
Alexander Konovalov, seorang analis militer Rusia, mengatakan pada tahun lalu bahwa program ini akan kembali pada konsep kereta rel Soviet yang rumit, meskipun dalam bentuk yang sudah dirubah, sebuah ide buruk, dan kereta rel rudal sudah ketinggalan zaman.
Kredit foto : weapons.nnm.ru
No comments:
Post a Comment