Hubungan baik Indonesia dengan Korea Utara dan Korea Selatan semestinya bisa menjadi modal besar terhadap peran luar negeri Indonesia.
Pakar kebijakan politik dan hubungan luar negeri, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dewi Fortuna Anwar mengatakan, setidaknya Indonesia dapat menjadi fasilitator.
Menurut dia, Jakarta memiliki kerja sama perdagangan yang erat dengan Seoul. Di sisi lain, rezim di Pyongyang menganggap Jakarta adalah salah satu negara sahabat terbaik.
''Indonesia perlu dan bisa terlibat mendamaikan suasana,'' kata Dewi, saat dihubungi, Rabu (3/4).
Krisis di semenanjung Korea semakin memanas pascapernyataan perang dari Korut, Sabtu (30/3) lalu.
Dua bangsa serumpun ini terancam akan kembali memasuki arena mematikan setelah sekian lama cukup tentram di bawah pakta gencatan senjata 1953.
Banyak negara akan terlibat dalam ancaman perang kali ini. Beberapa negara besar seperti Amerika Serikat (AS) tentu ambil bagian. Bukan asal ikut-ikutan, AS juga menjadi sasaran utama serangan Korut kali ini.
AS dan Korsel adalah komandan utama pemberian sanksi bagi Korut di PBB, Januari lalu. Sanksi tersebut membuat Pemerintahan Kim Jong-un itu geram.
Menurut Dewi, ancaman Korut kali ini tidak biasa dan sulit ditebak. Internasional sebenarnya berharap banyak regenerasi kepimimpinan di Korut dapat menentramkan semenanjung.
Harapan itu melihat latar belakang Jong-un yang berpendidikan asing. Jong-un adalah salah satu mahasiswa modern di kawasan Asia Timur yang dapat bersosialisasi dengan ritme kekinian.
Pemimpin kelahiran 1984 ini merupakan alumnus universitas ternama di Swiss. Akan tetapi latar belakang ini juga yang membuat Korut semakin nekat.
Kondisi Semenanjung Korea Pengaruhi Kawasan
JAKARTA -- Meski tak berpengaruh langsung terhadap kondisi diplomatik Indonesia, tetapi ketegangan di semenanjung Korea diyakini berpengaruh pada kondisi di kawasan. Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, mengatakan kondisi kawasan menjadi tidak stabil.
“Pengaruhnya terhadap kawasan ini, ya kawasan Asia Timur kan sekarang kondisinya tidak menentu karena semakin meningkatnya ketegangan di semenanjung Korea,” katanya saat ditemui di Kantor Presiden, Kamis (4/4). Pemerintah Indonesia, lanjutnya, menekankan agar situasi tersebut bisa segera dipulihkan kalau perlu distabilkan kembali.
Indonesia terus ikut mengikuti dengan penuh keprihatinan perkembangan di semenanjung korea yang semakin menunjukkan gejala peningkatan ketegangan. “Pemerintah Indonesia selama ini mengikuti dengan penuh keprihatinan. Harapan kita, semua pihak yang terkait dapat menunjukkan sikap yang menahan diri dan jika memungkinkan terjalinnya komunikasi diplomatik dan dialog agar situasi bisa dipelihara secara kondusif,” katanya.
Marty menyampaikan, pada pekan depan, saat adanya pertemuan dengan menteri luar negeri se-Asean, kondisi di semenanjung Korea pasti akan dibahas. “Saya kira itu pasti,” katanya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun sempat memberikan pandangannya terkait kondisi di semenanjung Korea pada saat menerima kunjungan kehormatan Menlu Australia, Bob Carr, dan Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith kemarin.
Korea Utara menyatakan segera mengoperasikan kembali reaktor untuk menghasilkan plutonium. Negara tersebut mengumumkan mereka akan menghidupkan kembali riset Yongbyon berkapasitas lima megawatt. Reaktor ini ditujukan untuk menghasilkan plutonium. langkah itu dilakukan dalam menyikapi sanksi PBB untuk melakukan uji coba nuklir ketiga pada Februari. Negara ini juga "panas" setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan latihan militer bersama yang dinilai sebagai bentuk "permusuhan"
Sumber : REPUBLIKA
No comments:
Post a Comment