Persaingan
negara-negara Barat ke Timur Tengah terus berlanjut. Sumber-sumber
pemberitaan Amerika mengkonfirmasikan upaya baru Washington menjual
miliaran dolar senjata ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Menurut AFP
mengutip dari Pentagon, menjelang lawatan pertama Chuck Hagel, Menteri
Pertahanan Amerika ke Timur Tengah setelah memegang jabatan ini,
Washington pada hari Jumat (19/4), mengungkap adanya program penjualan
senjata senilai 10 miliar dolar ke negara-negara minyak Timur Tengah
seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Senjata yang bakal dijual
termasuk beragam rudal, pesawat tempur dan pesawat pembawa bahan bakar.
| |
Menurut
para pejabat Pentagon, Chuck Hagel sejak Ahad hari ini memulai lawatan
sepekannya ke Timur Tengah. Pasca pertemuannya dengan para pejabat rezim
Zionis Israel, Menhan Hagel akan bertemu dengan para pejabat Arab Saudi
dan Uni Emirat Arab untuk membicarakan masalah penjualan senjata.
Setelah itu, Chuck Hagel akan bertolak ke Yordania dan Mesir.
Sekalipun kontrak penjualan senjata Amerika dengan UEA belum final, tapi dikatakan bahwa Menhan AS dalam lawatannya ke UEA akan menuntaskan penjualan 26 pesawat tempur F-16 dan sejumlah rudal pintar anti udara dengan negara ini senilai 5 miliar dolar. Hagel juga akan menandatangani kontrak yang sama dengan para pejabat kementerian pertahanan Arab Saudi. Lawatan pertama menteri pertahanan AS ke Timur Tengah dengan tujuan menjual senjata ke negara-negara kawasan dilakukan saat kepala staf militer Inggris pekan lalu melawat kawasan dengan tujuan yang sama. Jenderal David Richards, Sabtu lalu setelah tiba di Riyadh bertemu dengan Khalid bin Sultan bin Abdul Aziz, Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi dan membicarakan hubunan militer dua negara dan perspektif kerjasama kedua negara. Kunjungan para pejabat militer senior Amerika dan Inggris ke negara-negara Arab di Teluk Persia dengan tujuan menjual senjata ke negara-negara dilakukan setelah terlebih dahulu pejabat militer Perancis dan Jerman beberapa bulan lalu untuk menjual senjatanya. Berdasarkan laporan media-media Barat, Arab Saudi sendiri dalam beberapa tahun lalu telah menandantangani sejumlah kontrak dengan perusahaan-perusahaan Barat, termasuk Amerika senilai lebih dari 60 miliar dolar untuk membeli persenjataan. Sementara berdasarkan data internal, kebanyakan warga Saudi hidup dalam kondisi ekonomi yang memprihatinkan dan menderita akibat pengangguran dan tidak memiliki rumah. Sejatinya, Arab Saudi tanpa ada ancaman dari pihak asing, di tahun-tahun terakhir telah membeli senjata seharga puluhan miliar dolar. Selain Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Bahrain selama tiga tahun lalu telah menandatangani kontrak militer senilai lebih dari 30 miliar dolar dengan Amerika, Inggris, Perancis dan Jerman. Sekalipun demikian, dapat dikatakan bahwa negara-negara Arab yang bertumpu pada minyak tanpa dapat memanfaatkannya, tapi mereka terus membeli senjata dari Barat, sehingga negara mereka menjadi gudang senjata negara-negara Barat. Sebagian pengamat politik percaya bahwa pembelian senjata dari Barat pada intinya hanya cara untuk menyelamatkan ekonomi Barat yang diterpa krisis dan mencegah kebangkrutan perusahaan senjata mereka. Dalam kondisi ketika seluruh negara Eropa dan Amerika tengah menghadapi resesi ekonomi yang semakin meningkat, persaingan baru telah dimulai antara Amerika dan Inggris, bahkan Perancis untuk menjual senjata lebih banyak. Jangan lupa juga bahwa negara-negara Barat berusaha menggambarkan kondisi tidak aman dengan menyebarkan isu Iranphobia di Teluk Persia agar dapat menjual senjata lebih banyak. Dengan demikian, mereka berharap dolar yang mereka bayarkan kepada negara-negara Arab dapat kembali lagi ke negara mereka. (TGR/IRIB Indonesia) |
Wednesday, April 24, 2013
Babak Baru Persaingan Barat Menjual Senjata di Timur Tengah
Label:
alutsista,
militer,
timur tengah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment