Tentara Nasional
Indonesia (TNI) tengah giat-giatnya memodernisasi persenjataan yang
dimilikinya atau biasa disebut alat utama sistem senjata (Alutsista).
Diharapkan, beberapa tahun ke depan Alutsista TNI akan semakin lengkap
dan modern.
Namun,
kebanyakan Alutsista TNI masih berasal dari luar negeri alias bukan
buatan bangsa sendiri. Salah satu Alutsista yang baru saja disetujui
pembeliannya adalah Tank Leopark Ri dan A24 asal Belanda. Tank canggih
itu rencananya akan didatangkan ke Indonesia mulai tahun ini.
Tank
Leopard Ri dibanderol dengan harga USD 1,7 juta atau sekitar Rp 16,4
miliar per unit. Kabarnya, Indonesia memesan 61 tank Leopard Ri dan 42
Leopard 2A4 seharga USD 700 ribu atau Rp 6,7 miliar per unit.
Militer
yang kuat memang menjadi sebuah syarat mutlak sebuah negara. Sebab,
selain berfungsi untuk menjaga wilayah perbatasan dan menangkal serangan
dari luar, militer yang kuat juga dapat menjadi nilai lebih sebuah
negara di mata negara lain.
Namun,
hal itu akan semakin lengkap jika Alutsista yang digunakan berasal dari
hasil buatan sendiri, bukan hasil impor. Meski belum bisa memproduksi
seluruh Alutsista yang diperlukan TNI, Indonesia nyatanya telah mampu
menciptakan sejumlah senjata tempur.
Bahkan, Alutsista yang diciptakan
putra-putri terbaik Tanah Air itu telah diminati oleh sejumlah negara
di dunia. Berikut enam Alutsista produksi dalam negeri yang diekspor
keluar negeri.
1. 260 Kepala roket 'Smoke Warhead' diekspor ke Cile
Salah
besar jika Anda memandang sebelah mata senjata produksi dalam negeri.
Sebab, senjata yang dihasilkan putra putri terbaik bangsa nyatanya
dilirik oleh negara asing.
Rencananya,
akhir Maret ini 260 unit kepala roket jenis smoke warhead segera
diekspor ke Cile. Alutsista itu merupakan buatan PT Sari Bahari dari
Malang, Jawa Timur.
Kualitas
Smoke Warhead diakui mengalahkan produk serupa buatan pabrikan sejumlah
negara maju, di antaranya; Amerika Serikat dan Rusia. Smoke Warhead
adalah kepala roket dengan diameter 70 mm dan cocok dipasangkan dengan
roket pasangan pesawat seperti Super Tucano.
Smoke
Warhead akan memberikan informasi kepada pilot soal posisi jatuh roket
dengan cara mengeluarkan asap selama dua menit saat roket jatuh ke
tanah. Smoke Warhead telah diproduksi sejak tahun 2000. Hingga kini,
sudah lebih dari 3.000 Smoke Warhead yang dipesan TNI.
2. Pesawat CN 235-MPA diekspor ke Korsel
Pesawat
CN 235 jenis Maritime Patrol Aircraft (MPA) produksi PT Dirgantara
Indonesia menjadi salah satu Alutsista yang diminati negara lain.
Pada
2011-2012 lalu, PT DI memenuhi permintaan Korea Selatan yang memesan
empat pesawat itu melalui kontrak yang ditandatangani pada 2008 dengan
nilai total USD 94,5 juta. Pesawat yang merupakan modifikasi dari CN-235
itu, cocok untuk melakukan patroli perairan di samping bisa difungsikan
untuk angkutan personel.
Di tahun yang sama, PT DI juga mengekspor pesawat CN 235 jenis pesawat angkut militer VIP, ke Senegal, Afrika.
CN-235
MPA Versi Patroli Maritim, dilengkapi dengan sistem navigasi,
komunikasi dan misi (mulai mendekati fase operasional dan hadir dalam
Singapore Airshow 2008). Pada Desember 2009 diumumkan bahwa TNI AL
membeli 3 unit CN-235 MPA sebagai bagian dari rencana memiliki 6 buah
pesawat MPA sampai tahun 2014.
CN-235
MPA menggunakan sistem Thales AMASCOS, radar pencari Thales/EADS Ocean
Master Mk II, penjejak panas (thermal imaging) dari Thales, Elettronica
ALR 733 radar warning receiver, dan CAE's AN/ASQ-508 magnetic anomaly
detection system. Pesawat ini juga akan mengakomodasi Rudal Exocet MBDA
AM-39 atau torpedo ringan Raytheon Mk 46.
3. Fast Patrol Boat diekspor ke Timor Leste
Putra
putri terbaik bangsa di PT PAL telah berhasil membuat kapal perang
jenis patroli cepat (Fast Patrol Boat). Rupanya, Alutsista buatan dalam
negeri itu telah membuat negara tetangga, Timor Leste, kepincut.
Pada
2011 lalu, Pemerintah Timor Leste memutuskan memesan dua kapal patroli
cepat senilai USD 40 juta. Kapal tersebut akan digunakan untuk
melindungi wilayah teritorial Timor Leste.
Konstruksi
lambung dan anjungan kapal yang dibuat dari bahan alumunium mampu
menahan gelombang tinggi dan lebih lincah saat bermanuver. Kapal patroli
cepat ini mempunyai kecepatan maksimum 30 Knot, walaupun saat official
trial bisa mencapai 33 Knot.
Kapal
ini memiliki dua baling-baling dan dilengkapi Radar NavNet yang mampu
mengintegrasikan data-data peralatan sistim navigasi dan komunikasi
seperti echo sounder, speed log dan GPS ke dalam peta elektronik dan
sistem radar.
4. Peluru buatan PT Pindad diminati Singapura hingga AS
PT
Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) selama ini memasok kebutuhan
peluru TNI-Polri. Peluru buatan Pindad antara lain berkaliber 5,56 mm,
7,62 mm dan 9 mm.
Namun,
selain untuk TNI-Polri, peluru yang dihasilkan PT Pindad juga diekspor
keluar negeri. Peluru-peluru tersebut dikirim ke Singapura, Filipina,
Bangladesh, hingga ke Amerika Serikat (AS).
Untuk
Singapura, sudah beberapa tahun belakangan negara singa putih itu telah
memesan 10 juta peluru. Sementara, pada 2009 lalu, satu juta peluru
telah diekspor ke AS dengan nilai transaksinya mencapai USD 200.000.
Peluru
buatan Pindad tersebut tentu bukan sembarangan. Sebab, produk dalam
negeri itu telah melalui uji kelayakan badan internasional, seperti
semua produk Divisi Amunisi yang telah lulus pengujian standar NATO.
Demikian juga telah mendapatkan sertifikat ISO 9001 dari SGS
Yearsly-International Certification Services Ltd, Inggris pada tahun
1994.
5. Panser Anoa diekspor ke Oman dan Malaysia
Panser
Anoa buatan PT Pindad menjadi salah satu Alutsista yang paling laris
dijual. Pada tahun 2008, TNI memesan 154 buah Panser Anoa berbagai tipe.
Untuk tahun 2011 TNI memesan 11 Panser Anoa tipe APC dan tahun 2012 TNI
memesan 61 unit.
Tak
hanya dalam negeri, Panser Anoa juga diminati negara asing. Untuk
Panser jenis Anoa 6x6 juga dipesan oleh Kerajaan Oman. Malaysia juga
memesan hingga 32 unit panser Anoa. Panser bermesin Renault ini memang
sudah teruji di negara-negara gurun seperti Libanon saat digunakan oleh
pasukan perdamaian PBB.
Kualitasnya
sesuai dengan standar NATO pada level III atau level yang tingkat
ketahanannya terhadap serangan sudah lebih baik dari level II yang
diproduksi di China dan India.
Belum
lama ini, Pindad mengeluarkan Panser Anoa jenis baru. Anoa spesies baru
ini mengusung Kanon kaliber 20 mm dan berjenis berjenis IFV (Infantry
Fighting Vehicle). Panser ini didesain untuk mengantisipasi kebutuhan
Batalyon Infantri Mekanis.
Dengan demikian, Panser Kanon 90
mm nantinya dikonsentrasikan untuk Batalyon Kavaleri, sementara Panser
Kanon 20 mm untuk batalyon. Selain mengusung senjata utama kaliber 20
mm, Panser jenis ini juga mampu menyandang senapan mesin sedang kaliber
7,62 mm dan mampu menampung lima orang, yang terdiri dari tiga kru
Ranpur dan dua personel pasukan.
6. Senapan Pindad diminati Singapura hingga Afrika
Selain
Panser Anoa, sejumlah senjata buatan Pindad juga banyak dipesan oleh
negara luar. PT Pindad mampu memproduksi berbagai jenis senjata antara
lain; jenis senapan serbu (SSI-VI, SS2-V2, SS1-V3, SS1-V5), Senapan
sniper (SPR-1) pistol (P-1, P-2), revolver (R1-V1, R1-V2, RG-1 (tiper
A), RG-1 (tipe c), senapan sabhara/polisi (Sabhara V1 and Sabhara V2),
senjata penjaga hutan, pistol profesional magnum, peluncur granat, dan
pelindung tubuh (personal body protection).
Produk-produk
yang dihasilkan itu banyak dipesan oleh negara-negara di luar negeri.
Di antaranya adalah sebuah jaringan supermarket khusus olahraga berburu,
camping, dan memancing bernama Cabelas’s, yang merupakan pembeli
terbesar produk-produk buatan Pindad.
Senapan
serbu SS-2 merupakan produk langganan negara-negara Afrika seperti
Zimbabwe, Mozambik, dan Nigeria. Selain itu, Thailand dan Singapura juga
kerap memesan senjata tersebut.
Sumber : Merdeka
No comments:
Post a Comment