"Hal ini akan menumbuhkan rasa kebanggaan sekaligus sebagai tantangan dalam upaya menyusun kekuatan TNI Angkatan Udara," kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Imam Sufaat pada pembukaan Rapat Kerja Teknis Logistik yang dihadiri seluruh jajaran logistik TNI Angkatan Udara di Mabesau, Cilangkap, Rabu.
Namun demikian, kata Kasau, "The First Class Air Force" yang dicita-citakan tidak akan dapat dicapai hanya dengan pengadaan alutsista baru, tanpa kemauan kuat yang dilandasi dengan profesionalisme dan pembinaan logistik yang tepat.
Oleh karena itu, Kasau menekankan kepada seluruh personel jajaran logistik agar mengedepankan kejujuran dalam melaksanakan tugasnya sehingga tidak menyalahi aturan maupun ketentuan yang telah ditetapkan.
"Personel logistik harus mampu mengoperasikan dan merawat semua alutsista dengan manajemen yang lebih baik serta memperhatikan norma dan aturan yang berlaku dalam penyelenggaraan logistik terutama dalam pengadaan barang dan pemeliharaan," kata Imam.
Di tempat terpisah, Komandan Pangkalan Udara Iswahjudi Marsekal Pertama TNI M Syaugi dalam menerima kunjungan wartawan di Lanud Iswahjudi, Madiun, Rabu, mengatakan sejumlah pesawat tempur yang berada di lanud tersebut berusia cukup tua, seperti pesawat tempur Hawk MK-53 dari tahun 1977, F-5 dari tahun 1980, dan pesawat tempur F-16 dari tahun 1989.
"Namun, batas pemakaian pesawat tempur tidak bisa dilihat dari usia, melainkan dilihat dari jam terbang. Walaupun usianya sudah cukup tua, namun jam terbangnya masih ada, maka masih layak pakai," katanya.
Oleh karena itu, ia berharap industri pertahanan dalam negeri bisa memproduksi pesawat tempur karena selama ini Indonesia sangat tergantung pada alutsista produk luar negeri.
"Saya berharap Komisi I DPR juga dapat menyetujui anggaran alutsista TNI agar kita bisa mencapai kemampuan pokok minimum (Minimum Esensial Force/MEF) pada 2025 nanti," katanya.
Sumber : Antara
No comments:
Post a Comment