Secara diam diam Markas Besar TNI Cilangkap Jakarta, mengambil kebijakan radikal, dengan menempatkan pasukan pemukul di perbatasan Indonesia – Malaysia. Batalyon Infanteri 413 Bromoro, Lintas Udara Kostrad, didatangkan untuk menggantikan posisi Batalyon 621/Manuntung di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Mereka bertugas menjaga berbatasan RI dengan negara bagian Sabah dan Sarawak, Malaysia Timur.
Yonif 413 Linud Kostrad yang bermarkas di Solo Jawa Tengah, mulai April 2012, bertugas menjaga tiga kabupaten yang berbatasan dengan Malaysia: Kutai Barat, Malinau, dan Nunukan, sepanjang 1.038 km. Dengan masuknya Batalyon Yonif Linud 413 Kostrad, ada 1.300 prajurit diperbatasan Kalimantan Timur mengisi 44 buah pos.
Jika pasukan Kostrad diterjunkan ke sebuah daerah, berarti mereka disiapkan untuk bertempur. Mereka pasukan mandiri, yang tidak membutuhkan pasukan lain, untuk melakukan pertempuran. Dari urusan dapur hingga senjata anti pesawat terbang, semua diurus sendiri.
Malam itu Yonif 413 Bromoro Linud Kostrad, mulai patroli. Satu kompi Kostrad (100 prajurit) berkumpul di Kutai Barat, untuk menyisir perbatasan di wilayah Timur. Memasuki dua jam perjalanan, pasukan dipecah menjadi tiga peleton (33 personil), bergerak ke tiga tempat terpisah. Pasukan yang satu peleton (33 personil) dipecah lagi menjadi tiga regu setelah berpatroli selama empat jam.
Patroli Malam
Pukul tiga pagi, satu regu (11 personil) pasukan beristirahat (tidur sejenak) dan bergerak lagi saat lembayung pagi mulai muncul. Sekitar pukul 8 pagi, mereka tiba dipatok perbatasan Indonesia – Malaysia, Kalimantan Timur. Mereka memeriksa, mencatat kordinat patok perbatasan serta mendokumentasikannya ke dalam foto. Dari 11 anggota Kostrad ini, dua memegang senjata mesin, satu pemegang radio punggung serta dua bertugas sebagai pembuka jalan/ penjejak. Selain menyandang senjata SS pindad, sebagian mereka menyandang granat launcher dengan amunisi tabung pelontar anti personal dan tabung pelontar anti tank, tergantung di pinggang kiri dan kanan.
“Kami tidak membawa RBS 70, karena terlalu berat. Inikan cuma patroli tapi penuh kewaspadaan”, ujar seorang perwira letnan dua. RBS 70 adalah senjata anti pesawat milik Kostrad.
Setelah memeriksa patok patok perbatasan, pasukan ini kembali pulang ke Pos mereka yang baru di Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Pengalaman tempur Yonif Linud 413 Kostrad telah panjang. Mereka terjun ke berbagai medan perang dan konflik bersenjata, antara lain: Kompi Pemburu Satgas Darat di Timor Timur, Satgas Pengamanan Daerah Rawan Aceh, Ambon dan Papua. Mereka juga pernah bertugas sebagai Kontingen Garuda VII di Timur Tengah.
Batalyon 305 Kostrad
Selain di Kalimantan Timur, Pasukan Kostrad ternyata dikirim juga ke perbatasan Kalimantan Barat. Wilayah perbatasan dengan Serawak Malaysia di Kalimantan Barat, dijaga 600 personil Batalyon 305 Lintas Udara Kostrad menggantikan pasukan Batalyon Infanteri 643 Wanara Sakti Sintang. Mereka ditempatkan pada 34 pos pengamanan perbatasan.
Selama ini pasukan yang menjaga perbatasan di Kalimantan Barat, hanya dari tiga batalyon yang ada di bawah Kodam XII/TPR, yakni Batalyon Infanteri 643 Wanara Sakti, Batalyon Infanteri 641 Beruang Hitam di Kota Singkawang, Batalyon Infanteri 642 Kapuas.
Panjang perbatasan Kalimantan Barat dengan Malaysia mencapai 966 kilometer, mulai dari Tanjung Datuk di Kabupaten Sambas, hingga Gunung Cemeru di Kabupaten Kapuas Hulu. Di tempat inilah 600 anggota Yonif 305 Tengkorak Linud Kostrad (Kerawang -Jawa Barat), bertugas menjaga perbatasan.
Pasukan Yonif 305 Linud Kostrad memiliki segudang pengalaman. Mereka baru saja pulang dari Lebanon sebagai pasukan Garuda XXIII-A ” 2006-2007. Jadi tidak main-main. Kini pasukan yang disimpan di perbatasan Malaysia, pasukan berkualitas nomer satu. Yonif 305 Linud Kostrad pernah beroperasi di Kamboja “Garuda XII-A s/d C “, Operasi Pengamanan Papua 1996, Penumpasan Aceh Merdeka, Operasi Seroja, Penumpasan PGRS PARAKU Kalbar, Penumpasan G30S PKI, Operasi Dwikora, PRRI/Permesta dan Penumpasan DI/TII. Untuk urusan perang, mereka sudah kenyang.
Kodam XII/Tanjungpura bermarkas di Pontianak mencakup dua provinsi yakni Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Sedangkan Kodam VI/Mulawarman menjaga wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa garis perbatasan dengan Malaysia di sepanjang Kalimantan Timur dan Barat, kini dijaga Kostrad ?. Satu. Anda tidak bisa main main atau mencoba adu kekuatan dengan pasukan baret hijau ini. Mereka sangat menyukai perang yang berlarut yang meneror dan menguras psikologi lawan.
Kostrad sedang mengenali medan Kalimantan Timur dan Barat, sehingga jika terjadi pertempuran, mereka tahu persis harus berbuat apa. Kalau sudah begini, pasti ada pasukan clandestine berpakaian preman yang akan memetakan garis pertahanan lawan, termasuk pos komando, logistik dan geografis. Jika sedang menggunakan pakaian militer, ada badge kuning melengkung di baju lengan atas mereka bertuliskan “Clandestine”.
Marinir Bergabung
Let’s Rock and Roll. Pasukan TNI AL tidak mau ketinggalan untuk berpartisipasi, bahu membahu menjaga perbatasan dengan temannya di Kostrad. Sebanyak 130 prajurit petarung Batalyon Infanteri-5 Marinir bertugas sebagai Satgas Ambalat XIV/2012.
Tugas yang disampaikan Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) Tommy Basari Natanegara kepada mereka sangat jelas. “Amati dan waspadai gerakan pasukan Malaysia di Pulau Sebatik Utara, serta pertahankan garis paralel perbatasan di Pulau Sebatik”, ujar Dan Pasmar-1.
“Laksanakan penyiapan unsur perlawanan wilayah bersama satuan samping, waspadai pergerakan kekuatan Malaysia di sekitar Pulau Sebatik dan Pulau Nunukan,” tambah Komandan Gugus Tempur Laut Wilayah Timur, Laksamana Pertama TNI Arie Soedewo SE.
Pada 2013 mendatang, penjagaan perbatasan akan lebih ketat lagi. TNI akan mulai mengaktifkan tank-tank Leopard, heli tempur Super Cobra, serta UCAV/Drone Heron TP. (Jkgr).