Tuesday, October 30, 2012

Kostrad -Marinir Merapat Ke Perbatasan Malaysia

Kostrad ke Perbatasan - RI Malaysia

Secara diam diam Markas Besar TNI Cilangkap Jakarta, mengambil kebijakan radikal, dengan menempatkan pasukan pemukul di perbatasan Indonesia – Malaysia. Batalyon Infanteri 413 Bromoro, Lintas Udara Kostrad, didatangkan untuk menggantikan posisi Batalyon 621/Manuntung di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Mereka bertugas menjaga berbatasan RI dengan negara bagian Sabah dan Sarawak, Malaysia Timur.
Yonif 413 Linud Kostrad yang bermarkas di Solo Jawa Tengah, mulai April 2012, bertugas menjaga tiga kabupaten yang berbatasan dengan Malaysia: Kutai Barat, Malinau, dan Nunukan, sepanjang 1.038 km. Dengan masuknya Batalyon Yonif Linud 413 Kostrad, ada 1.300 prajurit diperbatasan Kalimantan Timur mengisi 44 buah pos.
Jika pasukan Kostrad diterjunkan ke sebuah daerah, berarti mereka disiapkan untuk bertempur. Mereka pasukan mandiri, yang tidak membutuhkan pasukan lain, untuk melakukan pertempuran. Dari urusan dapur hingga senjata anti pesawat terbang, semua diurus sendiri.
Malam itu Yonif 413 Bromoro Linud Kostrad, mulai patroli. Satu kompi Kostrad (100 prajurit) berkumpul di Kutai Barat, untuk menyisir perbatasan di wilayah Timur. Memasuki dua jam perjalanan, pasukan dipecah menjadi tiga peleton (33 personil), bergerak ke tiga tempat terpisah. Pasukan yang satu peleton (33 personil) dipecah lagi menjadi tiga regu setelah berpatroli selama empat jam.

Patroli 1 Regu Kostrad

Patroli Malam
Pukul tiga pagi, satu regu (11 personil) pasukan beristirahat (tidur sejenak) dan bergerak lagi saat lembayung pagi mulai muncul. Sekitar pukul 8 pagi, mereka tiba dipatok perbatasan Indonesia – Malaysia, Kalimantan Timur. Mereka memeriksa, mencatat kordinat patok perbatasan serta mendokumentasikannya ke dalam foto. Dari 11 anggota Kostrad ini, dua memegang senjata mesin, satu pemegang radio punggung serta dua bertugas sebagai pembuka jalan/ penjejak. Selain menyandang senjata SS pindad, sebagian mereka menyandang granat launcher dengan amunisi tabung pelontar anti personal dan tabung pelontar anti tank, tergantung di pinggang kiri dan kanan.
“Kami tidak membawa RBS 70, karena terlalu berat. Inikan cuma patroli tapi penuh kewaspadaan”, ujar seorang perwira letnan dua. RBS 70 adalah senjata anti pesawat milik Kostrad.
Setelah memeriksa patok patok perbatasan, pasukan ini kembali pulang ke Pos mereka yang baru di Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Pengalaman tempur Yonif Linud 413 Kostrad telah panjang. Mereka terjun ke berbagai medan perang dan konflik bersenjata, antara lain: Kompi Pemburu Satgas Darat di Timor Timur, Satgas Pengamanan Daerah Rawan Aceh, Ambon dan Papua. Mereka juga pernah bertugas sebagai Kontingen Garuda VII di Timur Tengah.
Batalyon 305 Kostrad
Selain di Kalimantan Timur, Pasukan Kostrad ternyata dikirim juga ke perbatasan Kalimantan Barat. Wilayah perbatasan dengan Serawak Malaysia di Kalimantan Barat, dijaga 600 personil Batalyon 305 Lintas Udara Kostrad menggantikan pasukan Batalyon Infanteri 643 Wanara Sakti Sintang. Mereka ditempatkan pada 34 pos pengamanan perbatasan.
Selama ini pasukan yang menjaga perbatasan di Kalimantan Barat, hanya dari tiga batalyon yang ada di bawah Kodam XII/TPR, yakni Batalyon Infanteri 643 Wanara Sakti, Batalyon Infanteri 641 Beruang Hitam di Kota Singkawang, Batalyon Infanteri 642 Kapuas.
Panjang perbatasan Kalimantan Barat dengan Malaysia mencapai 966 kilometer, mulai dari Tanjung Datuk di Kabupaten Sambas, hingga Gunung Cemeru di Kabupaten Kapuas Hulu. Di tempat inilah 600 anggota Yonif 305 Tengkorak Linud Kostrad (Kerawang -Jawa Barat), bertugas menjaga perbatasan.

Kostrad

Pasukan Yonif 305 Linud Kostrad memiliki segudang pengalaman. Mereka baru saja pulang dari Lebanon sebagai pasukan Garuda XXIII-A ” 2006-2007. Jadi tidak main-main. Kini pasukan yang disimpan di perbatasan Malaysia, pasukan berkualitas nomer satu. Yonif 305 Linud Kostrad pernah beroperasi di Kamboja “Garuda XII-A s/d C “, Operasi Pengamanan Papua 1996, Penumpasan Aceh Merdeka, Operasi Seroja, Penumpasan PGRS PARAKU Kalbar, Penumpasan G30S PKI, Operasi Dwikora, PRRI/Permesta dan Penumpasan DI/TII. Untuk urusan perang, mereka sudah kenyang.
Kodam XII/Tanjungpura bermarkas di Pontianak mencakup dua provinsi yakni Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Sedangkan Kodam VI/Mulawarman menjaga wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa garis perbatasan dengan Malaysia di sepanjang Kalimantan Timur dan Barat, kini dijaga Kostrad ?. Satu. Anda tidak bisa main main atau mencoba adu kekuatan dengan pasukan baret hijau ini. Mereka sangat menyukai perang yang berlarut yang meneror dan menguras psikologi lawan.
Kostrad
Kostrad sedang mengenali medan Kalimantan Timur dan Barat, sehingga jika terjadi pertempuran, mereka tahu persis harus berbuat apa. Kalau sudah begini, pasti ada pasukan clandestine berpakaian preman yang akan memetakan garis pertahanan lawan, termasuk pos komando, logistik dan geografis. Jika sedang menggunakan pakaian militer, ada badge kuning melengkung di baju lengan atas mereka bertuliskan “Clandestine”.
Marinir Bergabung

Marinir Taifib

Let’s Rock and Roll. Pasukan TNI AL tidak mau ketinggalan untuk berpartisipasi, bahu membahu menjaga perbatasan dengan temannya di Kostrad. Sebanyak 130 prajurit petarung Batalyon Infanteri-5 Marinir bertugas sebagai Satgas Ambalat XIV/2012.
Tugas yang disampaikan Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) Tommy Basari Natanegara kepada mereka sangat jelas. “Amati dan waspadai gerakan pasukan Malaysia di Pulau Sebatik Utara, serta pertahankan garis paralel perbatasan di Pulau Sebatik”, ujar Dan Pasmar-1.
“Laksanakan penyiapan unsur perlawanan wilayah bersama satuan samping, waspadai pergerakan kekuatan Malaysia di sekitar Pulau Sebatik dan Pulau Nunukan,” tambah Komandan Gugus Tempur Laut Wilayah Timur, Laksamana Pertama TNI Arie Soedewo SE.
Pada 2013 mendatang, penjagaan perbatasan akan lebih ketat lagi. TNI akan mulai mengaktifkan tank-tank Leopard, heli tempur Super Cobra, serta UCAV/Drone Heron TP. (Jkgr).

100 Tank Leopard L2RI pesanan TNI datang mulai tahun ini

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1lxcTXJdjPCroPlOOawYRi86iC6bh7cODnhgxj75J1ZNr_hJWUKkZ7gRao4JWneQkjk9EBW11Ol9y9Qky9X0UR3kU5HTF3RBxuf5v-AFKabwiGzz2VnYVLxDenz6Kqy-tKTMvttwDSa4/s1600/rheinmetalllandsystemeg.jpg
MBT Leopard 2 Revolution
(Foto Rheinmettal)
100 Tank Leopard dari Jerman pesanan TNI akan mulai datang pada tahun ini. Tank tersebut akan datang secara bertahap, selama tiga tahun.

"Rincian saya bulatkan saja, kita akan membeli 100 Tank Leopard yang akan datang secara bertahap dari waktu 2012, 2013, sampai dengan semester pertama 2014. Jumlahnya ini akan bertahap," kata Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia Sjafrie Sjamsoeddin di sela press conferense Indo Defence 2012 Expo & Forum di kantor Kementerian Pertahanan RI, Selasa (30/10).

Pembelian 100 tank Leopard ini, jelas Sjafrie akan menggunakan alokasi pinjaman luar negeri sebesar USD 280 juta.

"Proses politik sudah selesai, proses administrasi sudah selesai, kita sampai kepada proses produksi. Oleh karena itu, ini merupakan bagian dari high level commitee untuk mengecek betul sejauh mana skema produksi, skema pembiayaan dari proses pengadaan tersebut," katanya.

Sjafrie mengatakan, 100 tank Leopard tersebut diproduksi oleh perusahaan Rheinmetall. Rheinmetall sendiri sudah mempunyai sertifikat yang dilegalisasi, dan dilegitimasi oleh pemerintah Jerman untuk membuat tank Leopard.

Meskipun produsen Tank Leopard ada dua, Sjafrie mengatakan, semua administrasi sudah selesai, semua proses legal sudah selesai.

"Itulah hasil dari finalisasi proses pengadaan itu memeberikan satu keputusan bahwa Rheinmetall memenuhi spesifikasi dan operasional requirement yang diperlukan oleh pengguna dan juga sesuai dengan koridor regulasi yang kita miliki, dan diperkuat oleh legalitas dan legitimasi dari negara pembuat," jelasnya.
© Merdeka

Dua Unit Tank Leopard Datang Pekan Ini

Leopard 2 Revolution MBT (photo : Shephard)

TEMPO.CO, Jakarta - Dua unit tank tempur utama Leopard dipastikan datang pada pekan ini. Tank yang didatangkan dari Jerman itu masing-masing terdiri atas satu unit jenis Leopard 2A4 dan satu unit jenis Leopard 2 Revolution.
"Dua tank ini akan datang pada 3 November ini dan rencananya dipamerkan di Indo Defence Expo pada 7-10 November mendatang," kata Pos Hutabarat, Direktur Jenderal Potensi Pertahanan, di Kantor Kementerian Pertahanan, Selasa, 30 Oktober 2012.
Kedatangan Leopard, menurut Pos, akan menutup kedatangan alat utama sistem persenjataan yang sudah memasuki penghujung 2012. "Kemarin Tucano sudah datang, sepertinya setelah ini tidak ada lagi senjata yang akan datang," kata dia.
Wakil Menteri Pertahanan Shafrie Syamsudin menyatakan semua tank yang datang sudah bisa dipakai oleh militer Indonesia. "Semuanya baru, tinggal pakai, tidak perlu lagi upgrade, tidak perlu lagi refurbishment," kata dia.
Dua unit tank Leopard ini merupakan penyerahan tahap pertama. Dengan dana sekitar US$ 287 juta, Indonesia membeli 40 unit Leopard 2A4, 63 unit Leopard 2 Revolution, dan 10 unit tank pendukung Leopard 2, 50 unit medium tank Marder 1A3. "Proses politik sudah selesai, administrasi sudah, tinggal mengecek skema produksi dan pembiayaan," ujar Sjafrie.

PT DI Siapkan Lini Produksi Pesawat Transpor Militer CN 295

Pesawat CN-295 TNI AU (photo : Joseph Tonna)
BANDUNG – PT Dirgantara Indonesia saat ini tengah menyiapkan lini produksi untuk pesawat transport menengah CN 295. Pesawat ini sudah memperkuat jajaran armada TNI AU dab merupakan pengembangan dari CN235.
“Pesawat CN235 dirancang dan mulai terbang pada 1980-an, kini tercatat salah satu jenis pesawat transpor populer dan banyak digunakan di seluruh dunia. CN295 adalah pengembangannya,” kata IP Windu Nugroho, staf senior Divisi Komunikasi PT Dirgantara Indonesia (Persero). Windu mengatakan karena merupakan pengembangan dari CN235 yang dirancang bangun bersama Indonesia dan Spanyol, maka bagi pihaknya rincian pembuatan CN295 di PTDI bukan sesuatu yang memerlukan pengetahuan asing sama sekali.
Windu menjelaskan CN 295 telah memasuki pasar dunia sejak 1996 oleh Airbus Military (konsorsium Eropa dan CASA terlebur di dalamnya), merupakan pesawat yang mempunyai kapasitas dan jangkauan lebih besar serta memiliki tingkat kehandalan dan dukungan operasional yang sama dengan CN 235.
Pesawat CN295 pun mampu membawa beban muatan hingga 9 ton dengan kecepatan terbang normal hingga 260 knot (480 km/jam). Pesawat ini juga mempunyai bentuk yang kokoh, kualitas terbang serta multifungsi yang menawarkan biaya operasinal rendah, termasuk bahan bakar dan pemeliharaan.
Sebagai pesawat generasi baru dari hasil pengembangan CN 235, pesawat CN 295 dengan segala kemampuan serta sistem yang dimilikinya, sangat cocok untuk tugas-tugas yang diemban TNI AU. Desain dan kontruksi yang dibuat menggabungkan kekuatan, ketahanan dan karakteristik operasi militer dengan tingkat keselamatan dan kehandalan tinggi.
Selain itu, kapabilitas STOL (Short Take Off & Landing) membuat CN 295 mampu lepas landas dan mendarat pada landasan paling buruk sekalipun. Dengan muatan penuh, CN 295 bisa lepas landas dari lapangan terbang sepanjang hanya berkisar 600 meter. “Untuk menjadi CN 295, beberapa struktur pesawat yang ada di tubuh CN 235 diperkuat dan dilakukan beberapa perubahan, di antaranya perangkat pendarat, sayap tengah, mesin dan baling-baling, selain badan pesawat diperpanjang tiga meter,” kata Windu.
Kementerian Pertahanan RI membeli sembilan unit CN 295 hasil kerja sama antara PTDI dan Airbus Military ini. Dua unit telah diserahkan pada 4 Oktober 2012 yang dibuat di Spanyol, sedangkan sisanya tujuh unit akan diproduksi di Bandung dengan rencana penyerahan empat unit pada 2013 dan tiga unit pada 2014.
“Guna mendukung program plan tersebut, saat ini kami sedang melakukan beberapa persiapan, di antaranya menyiapkan pencetakan badan pesawat (jig fuselage) untuk yang kelebihan panjang badan tiga meter serta pembangunan pusat lini perakitan,” katanya. Dengan menggunakan manufaktur dan lini perakitan terbaru, PTDI dan Airbus Military berharap dapat mengirimkan pesanan pesawatnya ke customer dalam kurun waktu 12 bulan, atau bahkan lebih cepat.

Monday, October 29, 2012

Pesawat T-50 Pesanan Indonesia Masuki Lini Produksi


Pesawat T-50 pesanan Indonesia yang sedang dirakit oleh KAI (all photos : Viggen)

Pesawat latih lanjut T-50 Golden Eagle pesanan Indonesia telah mulai diproduksi di pabrik Korea Aerospace Industry (KAI) Korea Selatan.Indonesia merupakan negara pertama diluar Korea yang memilih pesawat hasil rancangan KAI-Lockheed Martin ini.

Pada 12 April 2011 Indonesia telah memilih pesawat latih lanjut T-50 Golden Eagle untuk menggantikan pesawat Hawk Mk-53 yang sudah menua. Pada saat itu T-50 berhasil menyingkirkan pesaingnya yaitu Yak-130 buatan Rusia dan L-159B buatan Ceko.


Nilai kontrak senilai 400 juta USD telah ditanda-tangani pada 25 Mei 2011 untuk pengadaan 16 pesawat T-50 atau satu senilai skadron udara. Tipe pesawat yang dipilih Indonesia adalah yang mampu membawa persenjataan, meskipun secara spesifik tidak disebut sebagai T/A-50. Penyerahan pesawat tersebut rencananya akan dilakukan pada tahun 2013.


Pada gambar diatas tampak bodi pesawat dengan nomor TT5003, dalam penomoran standar TNI AU maka berarti pesawat ini akan masuk dalam skadron Tempur Taktis, sedangkan  angka 5003 menunjukkan jenis pesawat T-50 dengan angka urut nomor 3.

Dalam negosiasi jual beli, sempat  muncul beberapa opsi, diantaranya adalah opsi counter-purchase dengan pesawat angkut CN-235 atau reassemble pesawat T-50 ini di PT Dirgantara Indonesia, namun belum jelas opsi mana akhirnya yang dituangkan dalam kontrak

(Defense Studies)

LIKU-LIKU PEMBELIAN LEOPARD MULAI DARI BELANDA SAMPAI KE JERMAN




:Pembelian tank Leopard dilakukan tanpa rekanan. Laporan dari dekat perundingan jual-beli senjata.
Aroma masakan Nusantara menguar dari dalam perahu motor yang temaram. Meski udara luar sangat menusuk, sekitar 2 derajat Celsius, cruise yang siap menyusuri sepotong kanal Amsterdam itu terasa nyaman dengan mesin penghangat. Di meja kecil terhidang nasi, gado-gado, tempe goreng, sate ayam, juga bakwan udang. Kerupuk dan emping melinjo ditempatkan di dalam stoples di meja lain.
Di atas kapal yang romantis, canal cruise dinner Rabu malam 1 Februari 2012 itu membicarakan bisnis peranti militer: jual-beli 80 tank berat Leopard 2A6. Tuan rumahnya Defence Materiel Organization Belanda, yang dipimpin Direktur Pengadaan A.GJ. Van fe Geijn. Tamunya: rombongan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat pimpinan Wakil Kepala Staf Letnan Jendral Budiman.
“Kita akan menyusuri malam di atas kanal,” kata Nicole Hooft, asisten mengurusi logistik militer Belanda itu. Berangkat dari halaman belakang Hotel Hilton, Apollolaan, Amsterdam, perahu menyusuri Reijnier Vinkeleskade, Josef Israelskade, dan memutar kembali di Weesperzijde.
Van de Geijn Dan Budiman duduk di sofa melingkar di bagian anjugan perahu. Disitu ada pula Kapten Rutger Poerlakker (account manager marketing and sales badan logistic militer Belanda), Mayor Jendral Subekti (Asisten Perencanaan Kepala Staf TNI Angkatan Darat) dan Brigadir Jendral Purwadi Mukson (Komandan Pusat Persenjataan Kavaleri TNI).
Satu setengah jam kemudian, perahu tiba kembali di halaman belakang Hilton. Semua terlihat gembira. Sebelum berpisah, sambil menyalami Budiman, Van De Geijn berujar, “Suatu ketika saya akan pergi ke Pare.” Ia mengatakan memiliki kerabat di suatu daerah di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, itu. Semua tertawa.
Makan malam dengan menu Indonesia di atas kanal Amsterdam itu menjadi semacam perayaan atas hasil negosiasi pada petang harinya. Kedua tim membicarakan harga jual-beli tank di business centre Hotel Hilton, tempat rombongan menginap. Tuan rumah, yang berniat melepas sebagian besar peralatan militernya akibat krisis ekonomi Eropa, diwakili Van De Geijn, Kepala Pemasaran dan Penjualan Letnal Kolonel Jo Fick, dan Rutger Poelakker. Pemerintah Indonesia diwakili Direktur Jendral Strategi Pertahanan Mayor Jendral Ediwan Prabowo; Subekti; Atase Pertahanan di Belanda, Kolonel Pnb Julexi Tambayon; dan atase pertahanan di Jerman, Kolonel Fachri Adamy.
Tim dari Jakarta dating dengan perkiraan harga US$ 2,2 juta per unit. Menurut Budiman, angka itu dibuat berdasarkan basis perhitungan ekonomi, termasuk usia tank. Leopard 2A6 merupakan main battle tank alias tank berat buatan Jerman pada 2003. Namanya diambil dari hewan lincah macan tutul. Angkatan bersenjata Belanda memiliki 150 unit yang disimpan di pusat logistik Tweente. Tank itu dideretkan di hangar besar. Semua terlihat bersih.
Tim yang terdiri atas delapan orang, termasuk Letnan Jendral Budiman, memeriksa satu per satu tank Leopard di gudang itu. Mereka memeriksa roda, memanjat bagian kanon, masuk ke ruang penumpang, juga melihat persediaan suku cadangnya.
Semua anggota tim mencoba mengendarai tank di area yang sengaja dibikin bergelombang dan tertutup salju. Kendaraan baja itu enteng saja melewati tanggul setinggi dua meter dalam kecepatan 60 kilometer per jam. “Malah lebih nyaman daripada BMW Seri 5,” kata Duta Besar Indonesia di Belanda, Retno Marsudi, yang juga ikut mencoba tank. Dalam perundingan di Hotel Amsterdam, wakit pemerintah Belanda membukan penawaran US$ 2,5 juta per unit. Budiman, yang memantau negosiasi dari kamarnya, mengintruksikan perundingan untuk berhenti pada harga US$ 1,818 juta. “Kalau harga dapat ditekan, kita bias memperoleh tank lebih banyak,” ia memberi alasan.
Kolonel Fachri Adamy, yang berasal dari Padang, menjadi ujung tombak perundingan. “Ia menggunakan gaya Padangnya untuk menawar,” kata Mayor Jendral Subekti seusai perundingan. Negosiasi ditutup sekitar 18.00 waktu setempat. Ketika kedua tim perunding kemudian makan malam di atas kanal, posisi harga mulai mencapai titik temu. Tuan rumah berhenti di harga US$ 1,9 juta per unit, dan calon pembeli tak menaikkan tawarannya. Pada akhirnya, pemerintah Belanda memberi harga lebih rendah: US$ 1,8 juta per unit.
Selain menginginkan tank tempur, pemerintah sebenernya juga hendak membeli tank jembatan, pengankut tank, dan perangkat bengkel untuk perawatan. Total pembelian diperkirakan sekitar US$ 280 juta atau hampir Rp. 2,8 triliun. Angkatan darat berharap tank-tank bekas Belanda ubu sudah tiba di Tanah Air pada hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia, 5 Oktober 2012.
Dalam usaha mendatangkan tank berat itu ke Tanah Air, Angkatan Darat melakukan negosiasi langsung. Tak terlihat rekanan yang terlibat. Tempo diberi kesempatan mengamati proses ini dari dekat, meski penerbitan tulisan diembargo hingga kontrak jual-beli ditandatangani. Tapi kontrak tersebut ternyata tak pernah diteken karena parlemen Belanda tak menyetujui penjualan peralatan militer ke Indonesia.
Penolakan parlemen itu dimuat di halaman mukan De Telegraaf, koran terbesar di Belanda, pada Rabu, 20 Juni 2012. Di situ ditulis, pemimpin Partai Buruh Diederik Samson menolak kunjungan Duta Besar Retno Marsudi. “Samson bersikap keras terhadap Ibu Duta Besar,” koran itu menulis. Mengutip kebiasaan diplomatik, De Telegraaf menyimpulakan penolakan itu sebagai penghinaan.
Kepada De Telegraaf, Retno Marsudi menanggapi penolakan itu dengan tenang. Ia mengatakan agenda Diederik Samson bisa jadi sangat padat. “Saya bisa menunggu. Saya tidak cepat tersinggung,” katanya. Kunjungan itu dilakukan sehari sebelum parlemen menggelar debat untuk membahas keputusan kabinet untuk menjual tank bekas ke Indonesia. Mayoritas suara di parlemen menentang keputusan itu karena menganggap situasi hak asasi manusia di Indonesia masih buruk.
Pemerintah Belanda kecewa terhadap gagalnya penjualan Leopard ke Indonesia. Padahal uang US$ 250 juta dianggap bisa membantu mengatasi krisis keuangan mereka. Menurut Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, mereka meminta jadwal pembelian diundurkan. “Kami tidak mau. Sebab, kalau diundukan, target selesai 2014 tidak akan tercapai,” kata Sjafrie kepada Tempo.
Di tengah ketidakpastioan pembelian dari Belanda, Markas Besar Angkatan Darat menjalankan skenario kedua : membeli langsung Leopard dari negara pembuatnya, Jerman. Ada dua perusahaan pembuat Leopard di negeri itu, yakni KMW dan Rheinmettal-dua perusahaan pemerintah yang bersaing. Mereka melancarkan berbagai lobi yang, menurut Sjafrie, “Bisa hitam,putih, atau abu-abu.”
Pada juli 2012, Letnan Jendral Budiman membawa anggota tim yang sama ke Jerman. Mereka melakukan negosiasi harga dengan manajemen KMW dan Rheinmettal. Pada akhirnya, Rheinmettal dipilih karena memberi harga lebih rendah dengan tambahan peralatan yang lebih banyak.
Tim kali ini memperoleh ”belanjaann” 61 tank Leopard Revolusioner dengan harga US$ 1,7 juta per unit dan 42 Leopard 2A4 seharga US$ 700 ribu per unit. Ditambah dengan lima tank recovery, tiga tank jembatan, tiga tank zeni, 72 tank Marder bonus 10 gratis, suku cadang lengkap untuk keperluan tiga tahun, amunisi dengan teknologi terbaru, serta dua transporter. Total belanjaan tetepa US$ 280 juta.
Dari sisi perlengkapan, menurut seorang anggota tim, Leopard RI lebih mutakhir dibandingkan 2A6. Tapi jarak tembak Leopard lebih jauh karena menggunakan laras L55-lebih panjang 1,3 meter daripada laras L44 Leopard RI. Ia menyebutkan tank yang dibeli pemerintah bisa diganti dengan laras yang lebih panjang.
Sjafrie mengatakan 44 tank yang siap pakai akan tiba November ini. Selama empat tahun akan dilakukan proses transfer teknologi. “Jadi,” kata dia, “begitu garansi habis, kita sudah bisa servis sendiri.”.
 
 
 
 
 
Sumber : Tempo

KETIKA ALUTSISTA TNI SUDAH TUA




:Persenjataan TNI tidak hanya jauh dari kebutuhan kekuatan minimum, tapi kondisinya juga mengenaskan. Mayoritas senjata berusia 25-40 tahun dan tak sedikit yangngadat ketika digunakan. Akibatnya, tak semua senjata TNI ini siap dipakai saat bertempur.

Majalah Tempo edisi 29 Oktober 2012 menurunkan laporan tentang pengadaan alat tempur TNI. Data Sekolah Staf Komando TNI pada 2005, misalnya, menunjukkan skuadron tempur Angkatan Udara hanya memiliki tingkat kesiapan rata-rata 30 persen. Hampir 30 persen tank dan 48,2 persen meriam milik Angkatan Darat rusak. Sedangkan sebagian besar kapal perang Angkatan Laut sudah berusia di atas 25 tahun.

Kondisi ini kian parah karena nyaris tak ada peremajaan senjata. Bahkan, menurut Ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat Mahfudz Siddiq, sejak reformasi 1998 hingga akhir 2010, nyaris tak ada pengadaan senjata baru. Karena itu, menurut Mahfudz, peremajaan dan modernisasi persenjataan TNI mendesak dilakukan.

Anggaran pertahanan yang cekak dianggap sebagai penyebab. Sejak 2004, bujet militer memang naik dari Rp 21,7 triliun menjadi Rp 72,54 triliun pada 2012. Namun, anggaran itu tak sepenuhnya dipakai untuk pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista). Hanya sekitar Rp 28 triliun alokasi untuk pos ini. Baru pada 2030, menurut Asisten Bidang Kebijakan Komite Kebijakan Industri Pertahanan Said Didu, anggaran pembelian peralatan militer akan menembus Rp 100 triliun per tahun.

Repot Mencari Pengganti ''Simbah''

Jenderal Pramono Edhie Wibowo punya pesan khusus bagi prajurit yang berlatih menggunakan meriam tempur antipesawat udara S-60. Diproduksi Uni Soviet pada 1950, meriam itu masih dipakai Artileri Pertahanan Udara hingga kini. “Tolong simbahmu ini dirawat supaya bisa tetap beroperasi,” kata Kepala Staf Angkatan Darat itu awal bulan ini.

Majalah Tempo edisi Senin 29 Oktober 2012 mengulas soal pengadaan alat sistem utama senjata TNI. Masih banyak "simbah" lain yang dimiliki Angkatan Darat. Senjata-senjata itu bahkan lebih tua daripada sang Jenderal. Misalnya meriam M101A1 105 milimeter buatan 1940--15 tahun sebelum Pramono lahir. Ada pula meriam M-48 76 milimeter buatan 1958. Dua senjata itu dia gunakan ketika berlatih pada saat belajar di Akademi Militer hingga lulus tahun 1980.

Meski uzur, senjata-senjata itu tetap dipakai prajurit. "Simbah-simbah" itu dirawat dengan baik, dan tak jarang dipamerkan pada ulang tahun Tentara Nasional Indonesia. Peluncur roket RL 130 milimeter produksi 1950 yang sempat ngadat bertahun-tahun bahkan bisa menyemburkan amunisi lagi.

Kisah senjata sepuh tidak hanya dimiliki Angkatan Darat. Di Angkatan Udara, banyak pesawat berumur yang tetap dipakai. Dari 234 unit pesawat tempur, hanya separuhnya yang layak terbang. Di antaranya Hawk 200, yang dua pekan lalu jatuh di Siak Hulu, Kampar, Riau.

Persenjataan TNI tidak hanya jauh dari kebutuhan kekuatan minimum, tapi kondisinya pun mengenaskan. Mayoritas berusia 25-40 tahun dan tak sedikit yang ngadat ketika digunakan. Akibatnya, tak semua senjata TNI saat ini siap tempur.

Kondisi ini kian parah karena nyaris tak ada peremajaan senjata. Bahkan, menurut Ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat Mahfudz Siddiq, sejak reformasi 1998 hingga akhir 2010, nyaris tak ada pengadaan senjata baru. Karena itu, menurut Mahfudz, peremajaan dan modernisasi persenjataan TNI mendesak dilakukan.

Anggaran pertahanan yang cekak dianggap sebagai penyebab. Sejak 2004, bujet militer memang naik dari Rp 21,7 triliun menjadi Rp 72,54 triliun pada 2012. Namun, anggaran itu tak sepenuhnya dipakai untuk pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista). Hanya sekitar Rp 28 triliun alokasi untuk pos ini. Baru pada 2030, menurut Asisten Bidang Kebijakan Komite Kebijakan Industri Pertahanan Said Didu, anggaran pembelian peralatan militer akan menembus Rp 100 triliun per tahun.

Mafia pengadaan juga menggerus dana pembelian alat tempur ke luar negeri. Makelar senjata membuat harga berlipat-lipat. Bagaimana para makelar bekerja? Bagaimana pula pemerintah mengurangi peran makelar?




Sumber : Tempo

BERITA FOTO : PROSES PERAKITAN T-50 DI KAI KOREA












 
Pada gambar diatas tampak bodi pesawat dengan nomor TT5003, dalam penomoran standar TNI AU maka berarti pesawat ini akan masuk dalam skadron Tempur Taktis, sedangkan  angka 5003 menunjukkan jenis pesawat T-50 dengan angka urut nomor 3.

Dalam negosiasi jual beli, sempat  muncul beberapa opsi, diantaranya adalah opsi counter-purchase dengan pesawat angkut CN-235 atau reassemble pesawat T-50 ini di PT Dirgantara Indonesia, namun belum jelas opsi mana akhirnya yang dituangkan dalam kontrak
 
 
 
 
 

Sumber : Korearms

DPR : SEJUMLAH PASAL RUU KAMNAS YANG PERLU DIKRITISI




Anggota Dewan dari Fraksi PDIP Tubagus Hasanuddin sudah membaca draf terbaru RUU Keamanan Nasional (Kamnas) yang diserahkan pemerintah ke DPR. Ternyata, masih banyak pasal krusial, walaupun pasal penangkapan dan penyadapan sudah ditiadakan.

Kata Hasanuddin, pasal krusial itu antara lain pasal 14 ayat 1, yang menyebut darurat militer dapat dilakukan bila ada kerusuhan sosial. "Menurut saya, hak ini melampaui ketentuan dan hukum yang ada seperti UU PKS dan UU Darurat," ujar Hasanuddin di sela-sela menghadiri Rapat Paripurna DPR RI, Kamis (25/10).

Pasal berbahaya lainnya pada draf RUU Kamnas itu adalah pasal 17 ayat 4, yang menyebut  ancaman aktual hanya diputuskan oleh Presiden. Ini dapat menimbulkan distorsi kekuasaan di era demokrasi seperti sekarang ini.

Pasal lainnya yaitu pasal 22 ayat 1 bahwa penyelenggaraan kamnas melibatkan peran intelejen di depan. "Ini banyak menimbulkan pertanyaan seperti apa perannya. Di era reformasi, mengatasi masalah-masalah sosial sudah harus dilibatkan intel?" tanya wakil Ketua Komisi I ini.

Lanjut Hasanuddin, pada pasal 30 ayat 2, presiden dapat mengerahkan TNI untuk menanggulangi ancaman bersenjata dalam keadaan tertib sipil. Hal ini, kata Hasanuddin, bertentangan dengan UU Darurat dan UU lainnya.

"Pasal 27 ayat 1, Panglima TNI  dapat membuat kebijakan operasi berdasarkan kebijakan kamnas. Sementara dalam ayat 2-nya Polri hanya melaksanakan fungsi kepolisian saja. Ini bertentangan dengan fungsi TNI dalam UU No 34 tahun 2004," katanya.

Kata Hasanuddin, dalam pasal 32 ayat 2 disebutkan, dalam menghadapi ancaman dapat dikerahkan Komcad. Ini merupakan pasal baru. Dan, dalam pasal 48 ayat 1 (c), komando dan kendali tingkat operasional (di provinsi) adalah panglima/komandan satuan. "Artinya bukan gubernur atau bupati tapi di bawah komando dan kendali komandan militer setempat," ujarnya.




Sumber : Jurnamen

MENHAN KUNJUNGAN KE KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALBAR





Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, Jum’at (26/10). 


Kunjungan ini dalam rangka menghadiri sekaligus menutup rangkaian kegiatan Indonesian Youth Day 2012. Saat dalam perjalanan menuju Sanggau menggunakan Helikopter Bell 412 milik TNI Angkatan Darat, Menhan melalui pantauan udara juga sempat meninjau pos perbatasan Indonesia-Malaysia di Sajingan Besar, Kalimantan Barat. 

Turut serta mendampingi Menhan dalam kesempatan tersebut Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Dirjen Pothan Kemhan) Dr. Ir. Pos M. Hutabarat, M.A.




Sumber : DMC

Saturday, October 27, 2012

Revitalisasi, Belanja Modal PT PAL Rp 549 Miliar

SURABAYA – Mengawali tahun 2013, PT PAL Indonesia (Persero) berniat memperbanyak belanja modal peralatan. Sedikitnya, Rp 75 miliar anggaran diperuntukkan khusus untuk merevitalisasi fasilitas produksi hingga 2014.

“Revitalisasi ini akan terus berjalan, dan belanja modal kami khususkan untuk modernisasi peralatan,” kata Direktur Utama PT PAL Firmansyah Arifin, Kamis (25/10).

Sebelumnya, PT PAL juga telah menginvestasikan biaya revitalisasi fasilitas produksi pada tahun ini senilai Rp 150 miliar. Bahkan, produsen kapal ‘berbendera’ BUMN tersebut mendapat tambahan dana revitalisasi untuk belanja modal seperdua bagian dari penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 648 miliar. “Separuhnya lagi untuk operasional perusahaan,” aku mantan Dirut PT DOK dan Perkapalan Surabaya (DPS) ini.

Dengan demikian, PT PAL yang sempat terseok karena merugi sekitar Rp 1,32 triliun pada tahun lalu itu mengalokasikan biaya revitalisasi untuk belanja modal sebesar Rp 549 miliar. Angka tersebut diperoleh dari rincian investasi senilai Rp 150 miliar pada tahun 2012 yang ditambahkan Rp 75 miliar biaya revitalisasi dalam setahun serta tambahan separuh bagian dari Rp 648 miliar dana PMN.

“Ini langkah awal dan kami optimis. Dukungan pemerintah melalui kucuran dana yang juga berasal dari stakeholder, semakin membangkitkan kami untuk merevitalisasi peralatan produksi,” ujarnya di sela peresmian program revitalisasi fasilitas produksi dan pendukung PT PAL, Rabu (24/10) siang.

Ia juga berkeyakinan, PT PAL bisa kembali menjadi lebih baik dalam hal produksi dan pembangunan kapal baru, produksi rekayasa umum, desain kapal maupun pelayanan perawatan serta perbaikan kapal, off shore maupun on shore. “Kami bertekad untuk memberikan yang terbaik dengan orientasi untuk kepuasan pelanggan,” jaminnya.

Disebutkan, untuk divisi perawatan dan perbaikan, pihaknya akan berusaha memangkas durasi doking kapal separuh dari waktu sebelumnya yang mencapai 3-4 minggu. Pasalnya, masa doking sangat berhubungan erat dengan kepuasan pelanggan dan konsumen yang menggunakan jasa PT PAL. “Bukan hanya cepat, tapi kualitas doking, juga kami perhatikan,” ingatnya.

Dengan pelaksanaan revitalisasi fasilitas produksi dan pendukung ini, PT PAL siap memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh pelanggan yang selama ini telah memberikan kepercayaan. Selain itu, revitalisasi ditubuh PT PAL akan semakin menguatkan sistem kinerja perseroan yang lebih baik.

Seperti diketahui, fasilitas yang ada PT PAL secara keseluruhan akan direvitalisasi dengan modernisasi peralatan canggih. Revitalisasi tersebut dilakukan dari seluruh divisi yang bergerak dalam ruang produksi pabrik pembuat kapal di lingkungan TNI AL tersebut.

Mengutip catatan publikasi PT PAL, sejumlah sarana yang direvitalisasi adalah Divisi Produksi termasuk fasilitas yang ada di Divisi Teknologi. Masing-masing diantaranya Divisi Kapal perang, Divisi Kapal Niaga, Divisi Rekayasa Umum, Divisi Perawatan dan Perbaikan serta Divisi Teknologi.

Militer Indonesia berencana untuk membelanjakan 16,7 milyar dolar AS sampai tahun 2015

Para kadet Akademi Militer Indonesia berbaris dalam suatu upacara kenegaraan. Diharapkan bahwa mereka akan menikmati manfaat dari peningkatan anggaran belanja militer negara ini. [Reuters]

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, yang didukung oleh kepemimpinan militer dan memperoleh dana anggaran sebesar 16,7 milyar dolar AS, akan terus maju dengan rencana tiga tahunnya untuk memperkuat dan melakukan modernisasi persenjataan militer Indonesia.
Indonesia berada dalam perjalanan untuk mempengaruhi percaturan dunia, demikian menurut seorang analis - suatu ambisi yang dapat ditelusuri sejak proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945 dari penjajahan Belanda. Dengan laju pertumbuhan saat ini, Indonesia dapat menjadi salah satu dari lima negara dengan ekonomi terkuat sebelum tahun 2040, demikian ramalan para pejabat.
Sebagai inti dari komunitas Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara [ASEAN] dan negara terbesar di komunitas Asia Tenggara, modernisasi pertahanan Indonesia berkemungkinan untuk menempatkan negara ini sebagai pembelanja militer utama di wilayah tersebut. Dan karena jalur reformasi Indonesia ke arah konsolidasi demokratis, para pengamat mengatakan bahwa kemunculan kekuatan militer negara ini tidak perlu dikhawatirkan akan mengalami destabilisasi.
Pergeseran dramatis kebijakan pertahanan Indonesia muncul setelah kekosongan 10 tahun pembelanjaan militer akibat kekurangan dana, setelah negara tersebut berfokus pada pertumbuhan ekonomi dan usaha perkembangan. Peningkatan pada tahun 2012 menghadirkan 30 persen dari anggaran nasional negara ini. Angkatan Udara dan Laut Indonesia diharapkan menjadi penerima terbesar dari hasil peningkatan anggaran pertahanan ini.
Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa pertumbuhan dalam anggaran pertahanan tersebut dimaksudkan sebagai usaha untuk "memperkuat posisi militer, demi menjamin keberhasilan misi untuk menjaga kedaulatan dan integritas wilayah Indonesia.”
Rencana pengembangan militer tersebut mencakup pembelian kapal penghancur berpeluru kendali, tank, sistem peluncuran roket majemuk, jet tempur, kapal selam dan persenjataan militer lainnya.
Senjata yang dikembangkan secara domestik dan dibeli di luar negeri ini akan didukung teknologi terbaru. Strategi modernisasi ini memiliki harga yang sangat mahal: 2,5 milyar dolar AS untuk 10 frigat ringan yang dikembangkan oleh produsen kapal negara PAL; 2 milyar dolar AS untuk empat kapal selam; dan 6 milyar dolar AS untuk tambahan pesawat jet tempur Sukhoi dan F16.
Anggaran ini juga dimaksudkan untuk meliputi kebutuhan non-senjata yang berhubungan dengan pertahanan nasional, termasuk aktivitas yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit dan pegawai negeri dalam angkatan bersenjata Indonesia.
Anggaran ini akan berfokus pada pembelian produk domestik, demikian kata Yugiantoro. Jika tidak terdapat ketersediaan materi yang diproduksi secara domestik, akan digunakan para produsen asing dengan syarat penggunaan metode produksi gabungan. Dan impor produk asing juga akan dipantau demi memastikan manfaatnya bagi Indonesia.
Komite Tingkat Tinggi [HLC] negara ini akan menyediakan pengawasan guna mengendalikan pemantauan dan laju perluasan sektor pertahanan sampai tahun 2014, demikian ungkap menteri pertahanan.
HLC yang diketuai oleh wakil menteri pertahanan, akan mencakupkan perwakilan dari beberapa divisi pemerintah, termasuk keuangan, perencanaan, audit, dan badan pemerintah khusus yang bertanggung jawab untuk melakukan pembelian barang serta jasa.
“Tujuan utama dari tim pengendali ini adalah mulai dari awal tahap perencanaan seperti halnya juga selama tahap penerapan, untuk memantau keuangan dan pembelian bagi sektor pertahanan ini,” demikian yang dikatakan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.
Angkatan Udara menambahkan 17 skuadron
Pembangunan militer ini mencakup inventaris yang mengesankan. Untuk Angkatan Udara Indonesia: 64 jet tempur Sukhoi; 32 jet tempur F16; 36 pesawat tempur Hawk 100/200; 12 jet tempur F5E; 16 pesawat tempur Super Tucano; 16 pesawat tempur Yak 130; 36 pesawat tanpa awak; dan 64 pesawat transportasi Hercules.
Angkatan Laut menambahkan 3 armada
Tiga armada akan ditambahkan ke Angkatan Laut Indonesia, yang memiliki armada Barat dengan markas besar di Tanjung Pinang, Natuna, dan Belawan. Armada Pusat akan memiliki markas besar di Surabaya, Makassar, dan Tarakan. Armada Timur akan bermarkas besar di Ambon, Merauke, dan Kupang. Kemudian, jumlah prajurit Angkatan Laut yang aktif akan ditingkatkan hingga 60.000, ditugaskan di berbagai markas. Para prajurit ini akan didukung oleh 350 tank BMP 4F; 17 tank amfibi; 320 kendaraan amfibi lapis baja; 800 misil QW3; 40 Grad RM; dan 75 Howitzer. Inventaris tambahan mencakup 32 frigat; 56 corvette; 82 kapal patroli cepat yang dipersenjatai misil; enam kapal selam; dan 48 kapal logistik serta transportasi.
Tambahan angkatan darat termasuk tank dan misil
Angkatan Darat, yang merupakan komponen darat angkatan bersenjata Indonesia, memiliki perkiraan jumlah pasukan sebanyak 180.000, Brigadir Kavaleri, cadangan strategis, dan unit-unit lain yang telah terlibat dalam operasi sejak perjuangan negara ini untuk meraih kemerdekaan.
Peningkatan anggaran ini memberikan inventaris yang berikut: tiga divisi komando strategies; 150 batalyon pasukan serbu; 200 tank perang utama yang akan disebar di Kalimantan dan Nusa Tenggara Barat; 540 kendaraan lapis baja yang dibuat oleh Pindad untuk batalyon infanteri mekanik; 320 kendaraan dengan meriam; 890 meriam dan artileri howitzer; 720 misil NDL; 20 helikopter tempur MI35; 26 helikopter transportasi MI17; 1.300 misil anti-tank; 60 misil anti-pesawat baru; dan 700 misil strategis jenis Pindad-Lapan.

Leopards, Submarines and Sukhois

LATELY, there has been much news about procurement of military weapons and equipment, including Leopard tanks, submarines and Sukhoi fighter aircraft. Happily, Indonesia now has the resources to meet the needs of war and defense equipment.

Lamentably, the procurements have been negatively received by observers, politicians and the man in the street. Criticism against the Leopard tanks procurement questioned the decision not to buy from the Netherlands, but from Germany instead. Others have questioned the usefulness of Leopard tanks in Indonesia.

The planned purchase of submarines from South Korea would, it seems, not benefit Indonesian maritime defense as the submarines have insufficient deterrence effects on neighboring countries.

The acquisition of Russian-made Sukhois and used American F-16 aircraft is criticized due to technical specifications.

The problem is that people are not given correct explanations, and whether the procurements are truly necessary or appropriate is never clarified. There is no clear explanation as to why the country requires advanced war equipment to ensure our sovereignty and defend the country.

At present, we face a variety of challenges as a nation and do not have an overview of our military strategy as a whole.

Armed conflict often occurs as a result of border disputes. The Great Wall of China was built to secure the national border territory. Such a wall is obviously impractical in our case and the effort would make no sense since our borders are mostly at sea anyway.

Sea border areas, therefore, should be our priority, due to their importance in safeguarding the country against intrusion, and thus safeguarding national sovereignty as well as defending our national honor. The archipelagic nature of our country without doubt makes formidable naval power of the utmost importance in the critical sea border areas.

Sea power without the support of air defense (indeed air superiority) is a futile defense system. The areas surrounding the Malacca Strait and those bordering Timor Leste and Australia are considered critical areas.

To talk of national sovereignty and honor in terms of arms procurement, is: We are sovereign if any Indonesian citizen can freely fish within the country’s own waters without fear of obstruction from neighboring countries’ navies, whereas illegal forays into Indonesian waters by foreign fishing vessels have long been a problem.

Regarding our land borders, our country’s land sovereignty is ensured simply if the land border remains static.

On the other hand, Indonesian sovereignty over its own airspace over the Malacca Strait, in the form of Flight Information Region (FIR) management, should be returned to us, and at the very least be put under the tight control of our national aviation authority.

As an archipelagic nation, we need our Army, Navy and Air Force to be strong to protect the honor of the motherland.

It will be easier to explain the necessity to procure tanks, combatant ships and fighter aircraft; to protect the citizens and the country’s territory; to defend land, sea and air space sovereignty, when we accept the necessity of integrated effort from the Army, Navy and Air Force.

Menjaga Asa Militer Indonesia Untuk Menjadi ' Macan Asia "


Jakarta - Lembaga globalfirepower pada 2012 menyatakan Indonesia sebagai negara ke- 18 dalam hal kekuatan militer. Namun,itu lebih karena kekuatan manusianya.

Adapun untuk kondisi alat utama sistem senjata (alutsista), Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga berperingkat Globalfirepower di bawah Indonesia. Dalam sejumlah kesempatan, seperti pada awal Agustus 2012 di Mabes TNI dan diulangi pada saat HUT Ke-67 TNI pada 5 Oktober 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan betapa pentingnya penguatan pertahanan.

“Cita-cita dan semangat untuk tampil sebagai ‘macan asia’, itu masih. Lima tahun mendatang kita akan berubah, memiliki persenjataan, kita punya postur, punya alutsista. Saya minta dukungan rakyat, tidak boleh negara itu lemah dalam pertahanan. Nanti kalau lemah, mohon maaf, juga disepelekan negara-negara lain,” kata Presiden. Karena itu, pemerintah berkomitmen membangun pertahanan.

Alutsista TNI diperkuat melalui program percepatan pembangunan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF). Pembangunan itu semata-mata untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara serta integritas wilayah. Komitmen pemerintah tersebut ditandai dengan terus ditingkatkannya anggaran untuk sektor pertahanan. Pada 2004, anggaran pertahanan hanya Rp 21,7 triliun.

Kemudian meningkat pada 2006 menjadi Rp 28 triliun. Selanjutnya Rp 32,6 triliun pada 2007, Rp 32,8 triliun pada 2008, dan meningkat lagi menjadi Rp 33,67 triliun pada 2009. Sejak itu, anggaran terus bertambah hingga menjadi Rp 42,8 triliun pada 2010, lalu naik menjadi Rp 47,5 triliun pada 2011, dan Rp 64,4 triliun pada tahun ini. Tahun depan, direncanakan naik lagi menjadi Rp 77,7 triliun. Di luar anggaran APBN itu, ada dana khusus untuk percepatan pengadaan alutsista sesuai MEF senilai Rp 156 triliun untuk kurun 2010-2014.

Target 40% MEF
 

MBT Leopard 2 Revolution
Rencana strategis pengadaan alutsista sudah disusun dan mulai dijalankan. Selama 2010-2012 pengadaan berbagai jenis alutsista dilakukan. Butuh proses panjang sebelum pengadaan alutsista benar-benar terealisasi. Pro dan kontra selalu terjadi. Peristiwa yang masih hangat adalah saat pengadaan Leopard, hibah F-16 dari AS, maupun pembelian Sukhoi dari Rusia. Pada 2011 lalu tercatat sejumlah alutsista diterima TNI.

Di antaranya helikopter M1-17 asal Rusia untuk TNI AD dan kapal angkut landing platform dock (LPD) untuk TNI AL. Tahun ini TNI AU menerima empat unit pesawat tempur taktis Super Tucano dari Brasil dan dua unit pesawat angkut ringan CN-295 asal Spanyol (bekerja sama dengan PT DI). TNI AL juga kembali menerima beberapa kapal cepat rudal (KCR).

Tak ketinggalan, TNI AD menerima tank tempur utama (MBT) Leopard, dan tank tempur medium Marder. Menurut Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, hingga semester pertama 2014 akan ada sekitar 45 kegiatan pengadaan alutsista bergerak meliputi TNI AD,AL,AU. “Khusus untuk AU, alutsista bergerak 30%. Ada 14 jenis alutsista yang akan menambah kekuatan TNIAU, yakni pesawat tempur (5 jenis), pesawat angkut (3 jenis), helikopter (2 jenis), pesawat latih (2 jenis), UAV dan lainnya (2 jenis). Ini di luar radar,” sebutnya.

Untuk TNI AD, selain tambahan Leopard dan Marder, akan datang multi launcher rocket system (MLRS) dan meriam 155 mm/caesar. TNI AL di antaranya akan menerima kapal fregat, KCR, dan kapal selam. Dengan kondisi ini, pencapaian dari target MEF 2024 sudah bisa dirasakan cukup signifikan. “Pada akhir kabinet ini, saya yakin tidak hanya 30% untuk mencapai kemampuan pokok minimum, tapi saya yakin bisa mencapai 40%,” Purnomo meyakinkan.

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menuturkan, pemerintah tidak memprioritaskan matra tertentu saja untuk diperkuat dengan menomor duakan matra lain. “Masing-masing sudah punya prioritas, Angkatan Darat punya, Angkatan Laut punya, Angkatan Udara punya. Itu yang kita laksanakan,” katanya. Dia juga yakin pemenuhan MEF bisa lebih cepat dari yang direncanakan.

Artinya, program itu sudah bisa dicapai sebelum 2024. Pengamat militer dari Universitas Indonesia, Andi Widjajanto, menilai pengadaan alutsista yang berlangsung sekarang ini secara umum sudah sesuai rencana strategis (renstra). Andi menilai sekarang ini pemerintah sedang berusaha agar masing-masing angkatan memiliki senjata utama. “Platformnya apa yang perlu ditingkatkan sudah tepat,” katanya.

Sementara itu, gelontoran anggaran sektor pertahanan yang sangat besar dan terus meningkat tiap tahun diharapkan juga berdampak positif bagi kesejahteraan prajurit TNI. Pada akhirnya tidak saja alutsista TNI yang kuat, kesejahteraan prajurit juga meningkat.

Pemerintah meyakinkan bahwa kesejahteraan prajurit akan terus ditingkatkan secara bertahap sesuai kemampuan. “Sekarang sudah ada tujuh macam tunjangan bagi prajurit, di luar gaji pokok,” kata Purnomo.[fefy dwi haryanto]
  Seputar Indonesia

TNI AL Sebagai Pionir Kebangkitan Spirit Maritim

Sebagai pengawal terdepan penjaga kedaulatan NKRI, TNI AL harus mampu menunjukkan bahwa kekuatannya mampu menanggulangi seluruh gangguan terhadap wilayah Indonesia. Kekuatan dan keunggulan utama TNI AL akan dinilai dari kiprah-kiprah satuan operasional Armada dalam menjamin kepentingan nasional di laut. Jika hal ini secara tuntas dapat dilaksanakan maka impian menjadikan TNI AL sebagai aset pertahanan nasional yang mumpuni telah menemukan jalurnya.

Pembekalan logistik (TNI AL)
Pada abad XIV dunia barat diramaikan dengan teori Copernicus, heliocentric system, yang menyatakan bahwa bumi bulat. Banyak kalangan memperdebatkan teori ini, termasuk para otoritas gereja yang meyakini bumi datar. Christopher Columbus yang juga meyakini bahwa bumi berbentuk bola kecil beranggap sebuah kapal dapat sampai ke timur melalui jalur barat. Dia kemudian menjelajah Samudra Atlantik dan tiba di benua Amerika pada tanggal 12 Oktober 1492. Meskipun sebelumnya orang-orang Viking telah lebih dahulu tiba di Amerika Utara pada abad ke 11, namun sampai 6 abad kemudian klaim Columbus sebagai penemu benua Amerika tak tergoyahkan.

Bumi bulat juga diyakini Ferdinand Magellan yang kemudian membuktikannya dengan berlayar dari Eropa ke barat menuju Asia dengan maksud mengelilingi bola dunia dan menjadi orang Eropa pertama yang melayari Samudra Pasifik. Meskipun dia tewas terbunuh di Filipina, tim ekspedisinya berhasil menyelesaikan misi mengelilingi bola dunia dan kembali ke Spanyol tahun 1522. Tahun 1498 Vasco da Gama mengarungi samudera Atlantik untuk meneruskan misi Bartolomeus Dias yang hanya sampai Tanjung Harapan dan berhasil mendarat di India.

Temuan jalur ini membuka rute antara Eropa dan India serta Timur Jauh yang kemudian membawa peningkatan ekonomi luar biasa bagi masyarakat Eropa, sekaligus berakibat kemunduran luar biasa bagi pedagang-pedagang Muslim yang semula menguasai jalur tersebut. India yang sebelumya wilayah terpencil dan hanya menjalin hubungan ke Asia Tenggara, segera menjadi wilayah penting dalam perdagangan Timur - Barat.

Cara Barentz berbeda lagi, dia ingin mencapai Asia dengan keliling bumi melalui Utara. Sayangnya ekspedisi Barentz terhenti karena sesampai di Kutub Utara air laut membeku. James Cook melakukan langkah serupa tetapi kearah selatan dan pada tahun 1770 dia berhasil mendarat di Australia sehingga dia dianggap sebagai penemu Benua Australia.


Dari rentetan berbagai penjelajahan laut ini menjadi gambaran bahwa para pelaut mempunyai kontribusi besar terhadap perkembangan peradaban dunia. Hal-hal yang sebelumnya sebatas ilusi dan teori-teori di lembaran buku, di tangan para pelaut menjadi empiris. Tanpa pelaut mungkin agama Hindu - Budha hanya akan menjadi agama eksklusif orang-orang India, agama Kristen hanya milik orang Jerusalem, agama Islam hanya milik orang Mekah-Madinah. Namun oleh para pelautlah kitab-kitab suci “berbunyi” dan menjadi penggerak dinamika kehidupan di muka bumi. Kaum pelaut tidak hanya menjadi penggubah dan pengubah sejarah, tetapi sekaligus penyebar seruan.

Penjelajahan para pelaut juga tidak sebatas pengembaraan saja tetapi juga meninggalkan berbagai catatan sejarah penting. Jika Marcopolo tidak menceritakan dan membuat catatan penjelajahan ke Asia, mungkin orang Eropa akan lebih lama terkungkung dalam kegelapan. Jika I-tsing tidak membuat catatan dalam kunjungan ke Sriwijaya, mungkin sejarah nusantara pertama itu hanya akan terdengar sayup-sayup. Jika Mattiussi tidak meninggalkan catatan dalam perjalanannya ke Jawa, mungkin sedikit yang diketahui tentang sejarah perang Singasari - Mongol. Juga dengan pentingnya catatan penjelajahan Laksamana Cheng Ho ke wilayah Nusantara yang sempat berkunjung ke Majapahit pada masa Wikramawardhana, hal itu memperkaya literatur sejarah kejayaan para pendahulu kita. Tanpa wawasan maritim Gajahmada, mungkin saat ini tidak ada Wawasan Nusatara. Tanpa pembangunan kekuatan maritim dan para pelaut tangguh seperti Laksamana Nala, mungkin wilayah nusantara akan menjadi jarahan bangsa Mongol yang masih bersikeras membalas dendam atas perlakuan Kertanegara dan kekalahan dari Raden Wijaya. Oleh otot dan pena para pelaut, sejarah itu diuntai sehingga tersambung menjadi rentetan benang merah perjalanan dunia. Bayangkan, tanpa kegigihan para pelaut mungkin peradaban bumi akan bergerak sangat lamban.

Melihat bagaimana pelaut menorehkan sejarah panjang di muka bumi, maka selayaknyalah para pelaut Indonesia bangga telah menjadi bagian masyarakat penggerak peradaban dunia. Bahkan tidak hanya dimuka bumi, peran pelaut dalam mendorong peradaban menjamah hingga luar angkasa. Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa Neil Armstrong, astronot pertama yang mendarat di bulan adalah perwira US Navy. Amstrong yang meninggal pada 25 Agustus lalu telah menerima 20 medali pertempuran. Peran pioner pelaut dalam mendorong peradaban tidak lepas etos-etos pelaut yang melekat kuat dan menjadi nyawa bagi terbentuknya budaya kelautan, seperti inklusif, berani, tangguh, kuat, disiplin, pantang menyerah, solidaritas tinggi, dan respek. Budaya-budaya seperti inilah yang saat ini langka di Indonesia. Budaya penjelajah samudra sebagaimana nenek moyang Nusantara yang mampu menyeberangi Samudra Hindia hingga mencapai Afrika pada abad ke 5 SM, telah lama rapuh.



Saat ini, meskipun mayoritas masih sebatas wacana, keinginan untuk membangkitkan dunia maritim Indonesia kembali bergairah. Lahirnya Wawasan Nusantara di tahun 1957 tidak lepas dari kesadaran maritim para pemimpin bangsa kala itu. Kegagalan Indonesia menjadi negara agraris menggiring sektor laut kembali mengemuka, terlebih dengan lahirnya lapisan masyarakat yang aktif berkampanye pentingnya kembali ke semangat maritim dan budaya maritim. Belajar dari berbagai negara maju seperti China, Jepang, Korea Selatan yang mampu unggul dengan berpijak pada budaya adi luhung mereka, maka
bangsa inipun sebenarnya bisa melakukan hal serupa dengan budaya unggul kita yang sudah terbukti pernah membawa kejayaan, yaitu budaya maritim.


Beberapa contoh budaya maritim yang apabila diaplikasikan dalam etos hidup keseharian dapat menjadi budaya unggul kita misalnya ketaatan mutlak pelaut terhadap peraturan diatas kapal yang tidak terbantahkan, ini tentu akan mendorong kedisiplinan warga terhadap peraturan yang berlaku sehingga tidak perlu ada suap menyuap dan korupsi. Sikap respek terhadap atasan dan sesama awak kapal, jika diaplikasikan dalam keseharian akan menjadi perekat bagi keselarasan hidup berbangsa dan bernegara. Sifat berani, pantang menyerah, siap bekerja keras dan keinginan kuat mencapai hasil terbaik yang merupakan sikap yang telah terpatri bagi tiap pelaut, apabila diaplikasikan akan menciptakan budaya sukses bagi tiap warga bangsa. Pentingnya kehormatan bagi pelaut juga dapat menjadi contoh bagi setiap warga negara untuk menciptakan budaya malu dan hidup lebih beretika. Sendainya spirit maritim ini menjadi nafas bagi bangsa ini, Indonesia akan menjadi bangsa unggul dan tidak lagi menjadi budak bangsa asing.

Untuk mentransformasikan ini kita membutuhkan pelopor, terutama dari kaum pelaut sendiri terutama TNI AL. Keluarga besar TNI AL harus mampu menjadi role model bagi bangkitnya budaya maritim dengan cara menunjukkan etos dan perilaku maritim sehingga mampu menjadi insipirasi bagi setiap warga bangsa. Untuk dapat menjadi role model TNI AL harus kuat dan tangguh dan ini merupakan keniscayaan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Sebuah benua maritim tentu membutuhkan kekuatan maritim yang besar berikut berbagai atributnya. Tentu agak sulit untuk kembali membangun kekuatan TNI AL seperti pada era 1960-an, karena selain membutuhkan anggaran yang besar juga perlu waktu yang lama. Tugas yang diemban TNI AL sangat berat sehingga harus dibekali infrastruktur yang memadai.

Untuk menjaga lebih dari 17 ribu pulau yang terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudera Hindia dan Pacific dengan panjang pantai 95.181 kilometer dan luas lautan 5.866.165 Km2 tentu membutuhkan sumber daya yang luar biasa. Geostrategis Indonesia yang merupakan silang dua samudra besar dan merupakan alur laut tersibuk di dunia menjadikan tantangan tersendiri bagi pembangunan kekuatan laut Indonesia. Belum lagi dengan dinamika pertahanan kawasan yang setiap saat dapat mengancam kedaulatan negara, seperti kebijakan pertahanan Australia AMIS 2005 (Australia’s Maritime Identification System) sejauh 1000 mil (1850 Km) yang berarti memasukkan wilayah ZEE Indonesia sebagai zona penangkal dalam satu waktu dapat saja menyulut sengketa. Juga dengan kebijakan USA tentang seapower protects (the American way of life) dengan strateginya A Cooperative Strategy for 21st Century Seapower yang implementasinya telah mengepung wilayah Indonesia dengan penempatan armada di Darwin, Singapura dan Philipina.


Berbagai kalangan berpendapat bahwa ancaman perang konvensional sudah berkurang, namun menilik dari belanja pertahanan laut negara-negara Asia Pasifik selama sepuluh tahun terakhir yang mencapai US $ 108 milyar bukanlah sebuah khabar baik. Pada masa ini ada sekitar 841 kapal baru yang siap beroperasi, 83 diantaranya adalah kapal selam, yang akan bertebaran di wilayah Asia Pasifik. Tebaran kekuatan laut negara-negara tetangga dapat segera menjadi ancaman apabila masalah perbatasan maritim Indonesia dengan negara tetangga tidak segera dituntaskan. Konfigurasi kekuatan laut kawasan inilah yang akan menjadi batu ujian yang sangat berat bagi TNI AL sehingga keberadaan armada tangguh mutlak harus. Tidak tuntasnya penanganan berbagai gangguan terhadap kedaulatan maritim Indonesia seperti pembajakan, pencurian ikan, pembuangan limbah oleh kapal asing, trafficking, penyelundupan narkoba, nelayan pelintas batas hingga persengketaan perbatasan dengan negara tetangga sedikit banyak akan mengganggu kepercayaan masyarakat terhadap TNI AL. Sebagai pengawal terdepan penjaga kedaulatan NKRI, TNI AL harus mampu menunjukkan bahwa kekuatannya mampu menanggulangi seluruh gangguan terhadap wilayah Indonesia. Kekuatan dan keunggulan utama TNI AL akan dinilai dari kiprah-kiprah satuan operasional Armada dalam menjamin kepentingan nasional di laut. Jika hal ini secara tuntas dapat dilaksanakan maka impian menjadikan TNI AL sebagai aset pertahanan nasional yang mumpuni telah menemukan jalurnya.

Namun demikian tentunya hal tersebut tidak dapat dipikul oleh TNI AL sendiri, TNI AL dapat menjadi sumber inspirasi jika berada dalam lingkungan keunggulan dan lingkungan ini memerlukan dukungan politik. Pembangunan karakter memang penting, namun tanpa dukungan infrastruktur yang kuat akan sulit bagi TNI AL menghadapi ancaman global.

Matra laut tidaklah sama dengan matra lain yang dalam keadaan kepepet cukup modal nekad dan modal bambu runcing. Pertahanan laut membutuhkan piranti teknologi yang handal. Kita tentu berharap berbagai keterbatasan ini tidak akan sedikitpun menyurutkan TNI AL dalam menghadapi badai gelombang. Dan kita juga berharap kegigihan ini akan menular dan menjadi inspirasi bangkitnya budaya maritim. Tidak hanya mendorong terciptanya budaya unggul tetapi juga menjadi penerus tradisi-tradisi besar para pelaut masa lampau sebagai pendorong dinamika peradaban dunia.(mz/jalasena)

Jalasveva Jayamahe !!!.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...