Malang
: Wakil Menteri Pertahanan, mengatakan
Pabrik Bom yang ada di Indonesia telah siap beroperasional dalam rangka
mendukung modernisasi peralatan TNI baik untuk kebutuhan latihan ataupun
tugas-tugas mengamankan kedaulatan.“kita pastikan industri dalam negeri
makin bangkit dan kuat khususnya pabrik produksi bom siap operasional
untuk mendukung modernisasi peralatan militer,” Ungkap Wamenhan.
Demikian diungkapkan Wamenhan, Sjafrie
Sjamsoeddin, Jumat (22/11) saat meninjau secara langsung proses
pembuatan bom latih P-100 di kompleks Pabrik milik PT. Sari Bahari,
Malang, Jawa Timur.
Saat peninjauan, Wamenhan mengatakan
industri bom seperti PT. Sari Bahari dalam proses perkembangan yang
mengarah kepada kesiapan operasional mendukung modernisasi peralatan,
selain memiliki peluang yang besar, namun juga terdapat tantangan yang
harus dihadapi.
Mengenai peluang Wamenhan mengatakan
penggunaan bom akan tetap diperlukan selama masih tersedianya senjata.
Disamping itu pihak pemerintah juga memberikan peluang seluas-luasnya
secara berkelanjutan pada setiap sistem sesuai rencana strategis
(Renstra) setiap lima tahun.
Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat
beberapa faktor penting yang dapat menopang peluang yang diberikan dari
pemerintah, dan perlu diperhatikan dalam menjawab tantangan yang akan
dihadapi.
Diantaranya dijelaskan Wamenhan, agar kualitas produksi bisa terus meningkat dan berkembang perlu juga meningkatkan faktor Skill Level dalam
wujud kesejahteraan, Selain itu diperlukan atensi terhadap perkembangan
infrastruktur pabrik yang akan menunjang target industri strategis.
Wamenhan juga menghimbau dari sisi
legitimasi kelayakan produksi sebagai bagian dari pada industri
pertahanan juga perlu diawasi. Terkait faktor legitimasi kelayakan
produksi industri harus berinteraksi dengan pihak regulator dan
pengguna, karena disini memiliki kepentingan untuk mendapatkan
otentikasi kelayakan operasional. Sehingga hal itulah yang menjadi
pegangan untuk terus meningkat dan menjadi justifikasi apabila ingin
masuk kedalam lingkup eksport regional.
Kemhan Dukung ToT Fuze Dari Bulgaria
Kementerian
Pertahanan mendukung kemungkinan alih teknologi pembuatan fuze atau
komponen pemicu bom dari Armaco JSC Bulgaria sebagai upaya menuju
kemandirian industri pertahanan dalam negeri.
"Kita memang menuju kepada kemandirian alat utama sistem senjata (Alutsista), tetapi prosesnya bertahap. Pada saat kita belum mampu, kita melakukan kerja sama dengan luar negeri," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin yang juga Ketua High Level Committe (HLC) usai meninjau kesiapan pabrik bom PT Sari Bahari di Malang, Jawa Timur, Jumat.
Menurut dia, kerja sama dengan luar negeri harus ada kesetaraan dan kemitraan untuk mendapatkan satu alih teknologi tentang pengembangan fuze ini.
"Ini dilakukan secara bertahap dengan target suatu saat kita bangun pabrik fuze di Indonesia. Ini dilakukan agar industri pertahanan dalam negeri bisa mandiri tanpa ketergantungan negara asing," tuturya.
Menurut dia, meski Indonesia belum memiliki pabrik pembuat fuze, namun Indonesia memiliki pabrik pembuat bom, PT Sari Bahari, dimana satu-satunya yang ada di Asia Tenggara.
Bom yang telah diproduksi oleh PT Sari Bahari dan PT Dahana selaku tempat pengisian bahan peledaknya, antara lain, bom asap, bom P-100 L yang diperuntukan untuk pesawat tempur Sukhoi TNI AU, roket untuk pesawat Super Tucano dan lainnya.
"Kami koneksikan dengan PT Sari Bahari dengan PT Dahana. Ini menunjukan kemampuan industri pertahanan kita sudah memiliki infrastruktur termasuk amunisi untuk mendukung kemandirian alutsista TNI," kata Sjafrie.
Di tempat yang sama, Presiden Direktur PT Sari Bahari Ricky Egam mengatakan, pihaknya akan berusaha untuk bisa berkembang dengan pesat, meskipun ada beberapa kendala yang dihadapinya.
Kendala itu, kata dia, belum adanya pembuat fuze di Indonesia sehingga mengharuskan pihaknya mengimpor dari Bulgaria.
"Sebenarnya pihak Armaco, Bulgaria setuju untuk menjalin kerja sama untuk PT Sari Bahari untuk alih teknologi pembuatan fuze. Namun, pihak Armaco meminta sebelum ada kesepakatan, PT Sari Bahari harus membeli fuze sebanyak 1.500 pcs. Kami minta pemerintah untuk mendukung masalah ini," katanya.
"Kita memang menuju kepada kemandirian alat utama sistem senjata (Alutsista), tetapi prosesnya bertahap. Pada saat kita belum mampu, kita melakukan kerja sama dengan luar negeri," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin yang juga Ketua High Level Committe (HLC) usai meninjau kesiapan pabrik bom PT Sari Bahari di Malang, Jawa Timur, Jumat.
Menurut dia, kerja sama dengan luar negeri harus ada kesetaraan dan kemitraan untuk mendapatkan satu alih teknologi tentang pengembangan fuze ini.
"Ini dilakukan secara bertahap dengan target suatu saat kita bangun pabrik fuze di Indonesia. Ini dilakukan agar industri pertahanan dalam negeri bisa mandiri tanpa ketergantungan negara asing," tuturya.
Menurut dia, meski Indonesia belum memiliki pabrik pembuat fuze, namun Indonesia memiliki pabrik pembuat bom, PT Sari Bahari, dimana satu-satunya yang ada di Asia Tenggara.
Bom yang telah diproduksi oleh PT Sari Bahari dan PT Dahana selaku tempat pengisian bahan peledaknya, antara lain, bom asap, bom P-100 L yang diperuntukan untuk pesawat tempur Sukhoi TNI AU, roket untuk pesawat Super Tucano dan lainnya.
"Kami koneksikan dengan PT Sari Bahari dengan PT Dahana. Ini menunjukan kemampuan industri pertahanan kita sudah memiliki infrastruktur termasuk amunisi untuk mendukung kemandirian alutsista TNI," kata Sjafrie.
Di tempat yang sama, Presiden Direktur PT Sari Bahari Ricky Egam mengatakan, pihaknya akan berusaha untuk bisa berkembang dengan pesat, meskipun ada beberapa kendala yang dihadapinya.
Kendala itu, kata dia, belum adanya pembuat fuze di Indonesia sehingga mengharuskan pihaknya mengimpor dari Bulgaria.
"Sebenarnya pihak Armaco, Bulgaria setuju untuk menjalin kerja sama untuk PT Sari Bahari untuk alih teknologi pembuatan fuze. Namun, pihak Armaco meminta sebelum ada kesepakatan, PT Sari Bahari harus membeli fuze sebanyak 1.500 pcs. Kami minta pemerintah untuk mendukung masalah ini," katanya.
Sumber : DMC
No comments:
Post a Comment