Jakarta : Badan Intelijen Strategis Indonesia TNI (BAIS) dituduh menyadap telepon seluler warga Australia dan memberikan hasilnya ke China. Operasi spionase intelijen badan pertahanan Indonesia juga dituding mengincar diplomat Australia, perusahaan dan warga sipil negeri Kanguru tersebut.
Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menolak berkomentar mengenai itu saat dihubungi VIVAnews. Rabu 27 November 2013, melalui pesan singkat, Sjafrie meminta tudingan tersebut sebaiknya dikonfirmasi ke TNI langsung. "Sebaiknya tanya langsung ke Kapuspen (Kepala Pusat Penerangan) TNI," kata Sjafrie.
Hal senada juga disampaikan Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal TNI Sisriadi. Menurutnya, hal itu di luar kewenangan Kementerian Pertahanan. "Saya kira kalau ditanyakan kepada Kabais (Kepala Badan Intelijen Strategis) akan lebih tepat," ujarnya singkat.
News.com.au, memberitakan pada Senin 25 November 2013, sebuah sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa Badan Intelijen Strategis Indonesia TNI (BAIS) menyadap telepon seluler warga Australia dan memberikan hasilnya ke China. Penyadapan telepon seluler, tulis media ini, hanyalah sebagian kecil dari operasi spionase yang mengincar diplomat Australia, perusahaan dan warga sipil.
Indonesia juga disebut memata-matai Australia dengan sebuah mobil van dengan teknologi pengintai China. Disebutkan, van itu kemungkinan menggunakan teknologi Barat yang dicuri China dan diberikan pada Indonesia oleh Departemen Ke-3 Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), yang diduga mitra kerja sama BAIS. Departemen ke-3 PLA bertugas untuk intelijen sinyal dan siber China, sementara Departemen ke-4 mengatasi perang siber.
Media ini juga mengutip situs jurnal "Intelligence Online". Dikatakan bahwa kerja sama mata-mata Indonesia-China disepakati pada kunjungan Kepala Angkatan Udara China Jenderal Ma Xiaotian ke Jakarta, Maret 2011 lalu. Saat itu Ma menghadiri pameran pertahanan dan keamanan Asia Pasifik.
Tidak seperti Australia dan AS, operasi mata-mata China disebut menggunakan model KGB Uni Soviet. Model ini menggunakan metode saturasi untuk mengumpulkan informasi, sehingga sulit diatasi.
Sementara itu jurnal pertahanan online Jane's Defence Weekly dalam laporannya mengatakan bahwa China menawarkan pembangunan radar laut untuk Indonesia di titik-titik vital jalur pelayaran dunia.
Tawaran ini disampaikan pada kunjungan Presiden SBY ke Beijing Maret lalu. Tidak diketahui rincian sistem radar China ini, tapi diyakini jaringan radar ini ditawarkan untuk dibangun di Lombok, Selat Sunda, Kalimantan Barat dan Sulawesi.
Saat dikonfirmasi, Kepala Pusat Penerangan TNI Iskandar Sitompul menjawab singkat. "Itu hanya dugaan-dugaan saja. Kami akan dalami dulu," ujarnya.
DPR : Tuduhan Media Australia Soal Penyadapan Tak Perlu Ditanggapi
Media Australia menuding militer Indonesia yang bekerja sama dengan China menyadap Australia dan negara-negara Barat. Tanpa bukti kuat, tudingan itu dinilai hanya pengalihan isu.
Tuduhan media Australia bahwa intelijen Indonesia menyadap Australia menggunakan peralatan dari China tak perlu diseriusi. Tuduhan itu tidak disertai bukti dan hanya berdasarkan keterangan sumber anonim.
"Tuduhan media Australia itu tak perlu direspons pemerintah. Mereka hanya mengalihkan isu soal penyadapan yang dilakukan pemerintahnya terhadap Indonesia," kata Ketua Fraksi Hanura DPR RI Syarifuddin Sudding di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu (27/11).
Menurut Sudding, tuduhan penyadapan yang ditulis oleh media Australia berbeda dengan fakta kasus penyadapan Australia kepada Indonesia. Bedanya, penyadapan pihak Australia disertai bukti yang diungkapkan Edward Snowden.
"Media Australia itu asal menuduh saja karena tidak bisa membuktikan fakta-fakta penyadapan. Berbeda dengan hasil laporan intelijen yang dibocorkan Snowden, dilengkapi dengan detail penyadapan, bahkan sampai nomor email dari HP yang disadap juga dibeberkan," ujarnya.
Tuduhan terhadap Indonesia meluncur melalui jaringan media News Corp di laman news.com.au, pada hari Selasa (26/11/2013). Mengutip sumber intelijen Australia, Indonesia dan China disebut melakukan operasi intelijen gabungan yang menyasar pemerintah dan warga Australia.
News Corp juga memaparkan, jaringan telepon pejabat, diplomat, perusahaan serta warga Australia telah disadap oleh perusahaan-perusahaan yang terkait dengan militer Indonesia. Hasil operasi penyadapan itu lantas diserahkan kepada otoritas militer China melalui badan intelijen militer Indonesia.
Sumber : Vivanews
No comments:
Post a Comment