Pupus diharu-biru Jerman dalam Perang Dunia II tak membuat Perancis
lantas terpuruk. Walaupun dipinjami peralatan tempur oleh AS, Perancis
tak mau begitu saja kehilangan kemandiriannya. Pada 1946, pemerintahan
Charles de Gaulle berinisiatif melancarkan program kembali ke
kemandirian asal. Sejumlah program persenjataan baru pun diluncurkan,
yang terfokus pada tiga alutsista darat yaitu MBT AMX 50, tank ringan
untuk linud AMX 13, dan kendaraan intai Panhard EBR 75/10. Proyek AMX 50
ditunda dan kemudian dibatalkan karena mahalnya biaya, apalagi saat itu
Perancis mulai disibukkan dengan konflik di Indocina. Perang ini pula
yang membuat fokus Perancis berubah. Di wilayah Asia Tenggara yang minim
infrastruktur dan medannya sulit, menggelar MBT rasanya bukan pilihan
yang tepat.
Pilihan kedua yaitu pengembangan tank ringan pun dikebut. AMX 13 mendapat kode ‘13’ bukan karena semata angka sial, namun ini adalah angka target bobot untuk produksi, agar muat dimasukkan kedalam pesawat. AMX 13 sendiri dikembangkan jauh melampaui jamannya. Maklum saja, walaupun digambarkan sebagai tank yang bisa diangkut oleh pesawat transpor, tak ada pesawat dalam inventori AU Perancis saat itu yang mampu mengangkut tank baru ini nantinya. Baru dua dekade kemudian C-130 Hercules sebagai pesawat angkut taktis mampu mengangkut AMX 13.
Pilihan kedua yaitu pengembangan tank ringan pun dikebut. AMX 13 mendapat kode ‘13’ bukan karena semata angka sial, namun ini adalah angka target bobot untuk produksi, agar muat dimasukkan kedalam pesawat. AMX 13 sendiri dikembangkan jauh melampaui jamannya. Maklum saja, walaupun digambarkan sebagai tank yang bisa diangkut oleh pesawat transpor, tak ada pesawat dalam inventori AU Perancis saat itu yang mampu mengangkut tank baru ini nantinya. Baru dua dekade kemudian C-130 Hercules sebagai pesawat angkut taktis mampu mengangkut AMX 13.
Pengembangan AMX 13 yang diserahkan kepada pabrikan Atelier des Constructions d’Issy-les-Moulineaux (Badan Desain Kendaraan Tempur AD Perancis) dan purwarupanya dibangun di bengkel DPAI. Proyek pengembangannya boleh dibilang amat lancar, karena purwarupanya sudah siap pada 1949, lalu disusul oleh produksi massal pada 1951. Seluruh parameter yang diinginkan tercapai, kecuali bobot yang membengkak 1,5 ton dari rencana semula.
Sosok final AMX 13 terwujud dalam satu tank yang berukuran minim, namun maksimal fiturnya. Bobot dasarnya hanya 14,8 ton, dengan lapisan baja paling tebal pada bagian glacis, mampu menahan hantaman peluru 12,7mm dari segala sisi dan pecahan peluru artileri. Dengan lima roadwheel di tiap sisinya, AMX 13 mampu melaju sampai kecepatan 65km/ jam berkat mesin SOFAM 8Gxb yang memiliki 8 silinder dan berpendingin air. Mesin yang menyemburkan daya 270bhp pada 3.200rpm ini dipasang di kanan depan tank. Sistem transmisinya terdiri dari sliding mesh gearbox dengan lima gigi maju dan satu gigi mundur, dimana empat gigi majunya adalah syncromesh. Berbeda dengan kendaraan tempur kebanyakan, mesin SOFAM 8Gxb menggunakan bahan bakar bensin. Kenyamanan awak disediakan oleh empat peredam kejut pada tiap sisi AMX 13.
Hal yang paling unik dan menjadi penciri pada AMX 13 adalah penggunaan kubah osilasi (oscillating turret) tipe FL 10, dimana AMX 13 menjadi satu-satunya tank operasional di dunia yang menggunakan sistem ini. Kubah osilasi tersebut sebenarnya amat sederhana, dimana ada dua bagian utama yang bekerja. Bagian pertama yaitu struktur pendukung, menempel ke cincin kubah sebagai pendukung dua trunnion yang menjepit laras meriam. Trunnion ini bisa dinaik-turunkan, didongakkan dan ditundukkan, sementara posisi dudukan meriamnya sendiri relatif tetap. Pembaca bayangkan meriam sundut era Perang Napoleon, kurang lebih seperti itulah bagaimana sistem kubah osilasi AMX 13 bekerja. Sementara bagian kedua yaitu kubah diatasnya menaungi meriam, sistem pengisi otomatis, perangkat pengendali tembakan, radio, dan kursi untuk awak pengisi dan komandan. Kunggulan kubah osilasi ini adalah desain yang sederhana, sehingga memudahkan sistem pengisi otomatis yang ditanamkan di bagian belakang AMX 13. Dengan kubah osilasi, posisi dari pengisi munisi otomatis selalu sejajar dengan lubang peluru (breech) pada kanon AMX 13. Selain itu, sudut dongak dan tunduk laras kanon dapat dibuat ekstrim, namun AMX 13 tidak memanfaatkannya. Keunggulan lainnya, sistem osilasi ini membuat laras kanon tidak membutuhkan bukaan di depan kubah/ mantlet seperti pada desain konvensional sehingga meminimalkan kemungkinan penetrasi munisi lawan pada bagian yang lemah tersebut.
Sistem pengisi otomatis AMX 13 ditempatkan pada bagian belakang kubah (bustle), yang terdiri dari dua silinder yang masing-masing mampu menampung enam butir peluru. Tiap silinder diletakkan di sisi jalur gerak breech ke arah belakang. Saat kanon menyalak dan bergerak ke belakang, silinder magasen ini berputar, yang kemudian melepaskan sebutir peluru yang kemudian meluncur ke pelat pengisi yang membawanya sejajar dengan kamar peluru, lalu didorong kedalam. Saat ditembakkan, kelongsong peluru dilontarkan melalui lubang bulat di belakang bustle. Dengan 12 peluru terisi, AMX 13 dapat menembak secara terus-menerus, menjadi tank pendobrak yang memiliki daya gempur luar biasa. Sayangnya, begitu amunisi di revolver munisi habis, AMX 13 harus ditarik mundur karena pengisian pelurunya harus dilakukan secara manual.
Kanon AMX 13 sendiri menggunakan kanon yang diadaptasi dari kanon PzKpfw V Panther, tank Jerman dalam PD II. Namun jika Panther menggunakan meriam L70, AMX 13 menggunakan meriam serupa dengan calibre L61.5 (lebih pendek) dan amunisinya menyatu dengan propelan. Untuk dekade 1950an, daya penetrasinya yang sedalam 70mm pada inklinasi 60o pada jarak 1.000m dianggap masih cukup mumpuni untuk melibas tank dan ranpur pada jaman tersebut. Senapan mesin koaksialnya menggunakan senapan mesin Model 1913E kaliber 7,5mm. Kanon AMX 13 dikendalikan oleh sistem hidrolik untuk elevasi dan traversi, yang memiliki dua setelan kecepatan dan dapat dikendalikan oleh komandan serta juru tembak. Total AMX 13 dapat membawa 36 butir peluru cadangan, 21 didalam kubah dan 15 di hull, cukup untuk 3 kali pengisian ulang revolver kanon.
Karena batasan bobot yang dibuat untuk AMX 13, maka hal ini membawa konsekuensi pada mungilnya dimensi AMX 13. Akibatnya, awak AMX 13 tidak boleh memiliki tinggi badan lebih dari 180cm, dan kompartemen tempur AMX 13 pun terasa sempit. Baik pengemudi yang duduk didalam hull ataupun komandan dan penembak, semuanya nyaris tak memiliki ruang gerak yang memadai. Andalan untuk melihat keluar hanya ada pada 8 periskop untuk komandan, atau teropong bidik L961 dengan pembesaran 1,5x-6x. Untuk juru tembak tersedia teropong bidik L862 dengan pembesaran 7,5x.
Doktrin
Perancis sendiri menganggap bahwa AMX 13 lebih condong kepada tank destroyer dibandingkan dengan tank. Ini terbukti pada penggelaran taktis AMX 13 didalam AD Perancis. Sesuai dengan doktrin Division 59, Divisi AD Perancis memiliki dua Brigade Infantri dan satu Brigade lapis baja, atau sebaliknya. Tiap Brigade Infantri memiliki satu resimen AMX 13 organik.
Tiap resimen ini terdiri dari tiga skadron AMX 13, dan satu skadron AMX 13/SS 11. AMX 13/SS 11 sendiri merupakan AMX 13 yang dilengkapi perangkat peluncur rudal antitank Nord SS 11, khusus untuk menaklukkan tank lawan yang pada 1950an menyaksikan lahirnya tank-tank dengan lapisan baja yang semakin tebal seperti M48A3 dan T-54. Kembali ke struktur, tiap skadron AMX memiliki tiga peleton, yang masing-masing memiliki kekuatan 5 AMX 13 (satu danton, 2 seksi masing-masing 2 AMX 13), unsur intai peleton (orienteurs) yang terdiri dari 8 prajurit dan 2 jip, serta regu teknik (Allegement) yang merupakan unsur perbaikan dengan 5 awak AMX 13 cadangan dan satu truk.
Pada saat tiba di garis depan, danton dan regu intai akan maju ke depan dengan jip untuk memilih titik penembakan yang menguntungkan serta mengukur jarak sasaran, dan menentukan titik-titik pengisian ulang amunisi, perbekalan, atau perbaikan. Tiap posisi penembakan akan diisi oleh seksi yang terdiri dari dua AMX 13 untuk menjamin kontinuitas tembakan yang saling mengisi. AMX 13 akan berdiam di posisi penembakan dengan kamuflase, sampai musuh menampakkan diri dan masuk ke jarak tembak. Setelah amunisi tank I dalam seksi habis, maka ia akan mengundurkan diri, digantikan oleh tank II dalam seksi. Apabila elemen musuh terlalu kuat, maka peleton akan mengundurkan diri, menghindari pertempuran jarak dekat.
SPESIFIKASI AMX 13
Nama : AMX t-75 tank Model 1951
Awak : 3 orang (pengemudi, komandan/ pengisi HE), juru tembak
Bobot tempur : 14,8 ton
Power/weight ratio : 16,5hp/ton
Ground pressure : 11lb/ inci persegi
MLC Class : 15
Panjang keseluruhan : 6,8m (termasuk kanon)
Panjang hull : 5,3m
Tinggi : 2,35m
Ground clearance : 38cm
Kecepatan traversi : putaran 360o dalam 12 detik
Elektrikal : 4x12V 90A
Suspensi : torsion bar
Mesin : SOFAM 8Gxb Water Cooled 8 cylinder, Boxer type
Proteksi
Cast turret & hull front. Welded hull
Kubah
Frontal setara 40mm RHA
Sisi setara 20mm RHA
Atap setara 10mm RHA
Hull
Frontal setara 40mm RHA
Sisi setara 20mm RHA
Atap setara 10mm RHA
Belakang setara 15mm RHA
Lantai setara 10mm RHA
Persenjataan
1x 75mm Cannon SA-75 Model 50 (37 butir peluru AP, APC, atau HE)
1x 7,5mm Model 1931E (opsional untuk komandan) (1.500 butir peluru)
4x smoke dischargers
● ARC
No comments:
Post a Comment