Malaysia menunjukkan minatnya untuk membeli rudal Brahmos yang akan
diluncurkan dari jet tempur SU-30MKM Tentera Udara Diraja Malaysia
(TUDM). Hasrat ini disampaikan Menteri Luar Negeri Malaysia Anifah Ahman
saat berkunjung ke Rusia, awal Juli 2013. Rudal BrahMos dianggapakan
menjadi senjata yang mematikan jika dipasang di 18 jet tempur SU-30MKM
Malaysia yang dibeli dari Rusia tahun 2003.
Selain itu, Malaysia juga mencari tender untuk pengadaan 18 pesawat
tempur yang akan menggantikan armada MiG-29N TUDM (14 pesawat aktif)
yang dipensiunkan pada tahun 2015 nanti. Rusia meyakinkan pihak Malaysia
bahwa Su-30MKM TUDM bisa dimodifikasi untuk meluncurkan rudal BrahMos,
seperti halnya Sukhoi Su-30MKI India yang telah dimodifikasi untuk
meluncurkan rudal BrahMos pada awal 2014 nanti.
Flanker Su-30MKM Malaysia mirip dengan Su-30MKI India dan merupakan
kemajuan substansial untuk versi ekspor dari Su-30K standar. Produsen
pertahanan India, HAL, telah memasang canard, stabilisator dan sirip
untuk Sukhoi Malaysia. Instruktur dan teknisi IAF (Angkatan Udara
India) juga telah melatih pilot-pilot Angkatan Udara Malaysia.
Rudal BrahMos adalah varian dari rudal Yakhont Rusia, hasil
pengembangan India dan Rusia. Rudal Brahmos memiliki varian yang bisa
ditembakkan dari udara, darat maupun dari kapal selam.
Brahmos versi udara ke darat memiliki jarak tembak mencapai 280-290
km, diangkut oleh jet tempur Sukhoi. Jika Malaysia berhasil mengakusisi
Brahmos dan bisa dipasang di SU-30MKM, maka militer Malaysia akan
melakukan lompatan cukup jauh dalam kemampuan pemukul udara. Namun
permasalahannya, militer India sedang memesan dan membutuhkan banyak
rudal Brahmos, untuk Angkatan Udara dan Angkatan Laut mereka terkait war
wastage reserves India. Konsekuensinya, Pemerintah India tidak akan
mengijinkan ekspor rudal Brahmos, hingga kebutuhan dalam negeri
terpenuhi. Dengan demikian keinginan Malaysia ini akan membutuhkan
waktu. Selain itu harga Brahmos juga super mahal yakni Rp 30 miliar
untuk satu rudal.
Bila Malaysia memiliki rudal BrahMos untuk SU-30MKM mereka, hal ini
akan menjadi nighmare bagi negara-negara yang berurusan dengan negara
Jiran itu. Untuk Kapal Induk atau aircraft carrier, rudal Brahmos
mungkin tidak efektif karena kapal itu dilindungi peringatan dini jarak
jauh lebih 250 km. Namun untuk kapal perang korvet atau frigate, rudal
BrahMos akan menjadi senjata yang mematikan. Ditembak tanpa mampu
melawan, karena korvet dan frigate rata-rata memiliki air defence system
jarak pendek-menengah, 3 hingga 12 km. Bisa dibayangkan akan seperti
apa jika 5-6 rudal Brahmos ditembakkan oleh SU-30MKM Malaysia. Rudal ini
terbang dalam kecepatan supersonic saat telah dekat dengan sasaran (30
km dari target) dan pada kecepatan seperti ini, rudal tersebut sulit
ditangkis.
Lebih dari itu rudal (cruise missile) jarak jauh-menengah seperti
BrahMos bisa mengubah arah terbang sehingga trajectory sulit dilacak,
berbeda dengan roket atau ballistic missiles. Dua kombinasi yang sulit
ditangkis: kecepatan supersonic disertai kemampuan mengubah
lintasan/perjalanan rudal.
Kelemahannya adalah ketika rudal terbang dalam kecepatan subsonic di
lintasan intermediate, namun hal ini membutuhkan penangkis udara jarak
jauh. Keampuhan serangan rudal oleh pesawat tempur telah dibuktikan pada
Perang Malvinas, antara Inggris dan Argentina di tahun 1982. Meski
armada laut Inggris dilengkapi dengan sistem pertahanan udara modern,
mereka tetap tidak mampu menahan serangan rudal dari pesawat tempur
Argentina.
Keberadaan rudal Brahmos bagi SU-30MKM Malaysia (kalau jadi
memiliki) bisa dikatakan menjadi ancaman bagi Frigate Van Speijk Class
Indonesia yang membawa rudal yakhont.
Rudal anti-kapal Yakhont di Frigate Indonesia, saat ini menjadi
ancaman nyata bagi kapal perang permukaan Malaysia, karena sulit
menangkalnya, seperti halnya Brahmos. Selain terbang dengan kecepatan
supersonic saat dekat dengan target, yakhont juga terbang rendah dan
menyerang sasaran dengan sudut serang yang rumit.
Namun, persoalannya, frigate Indonesia hanya memiliki pertahanan
udara jarak pendek dan menegah, maksimal belasan kilometer. Sementara
SU30 MKM dengan rudal Brahmos Malaysia bisa menyerang frigate tersebut
dari jarak 280-290 km. Kondisi ini memaksa frigate Van Speijk Class
beroperasi di wilayah terbatas, karena membutuhkan perlindungan
peringatan dini jarak jauh.
Sumber : JKGR
No comments:
Post a Comment