Dalam dua tahun terakhir setidaknya China sudah menerima lima belas pesawat pembom H-6
model terbaru yaitu H-6K. Model baru ini memasuki layanan dengan
Angkatan Udara China (PLA) sejak dua tahun lalu, setelah beberapa tahun
pengembangan.
H-6K menggunakan mesin Rusia yang efisien yaitu D30KP2 yang menjadikan pesawat ini memiliki jangkauan sekitar 3.500 kilometer. Seluruh perangkat elektroniknya dibuat sendiri oleh China termasuk radar yang lebih modern. Badan H-6K sendiri juga telah dimodifikasi hingga menjadi lebih ringan, berbahan komposit, namun lebih kuat. Kanon otomatis 23 mm (rear facing) juga telah diganti dengan peralatan perang elektronik.
H-6K dapat membawa enam rudal jelajah CJ-10A yang berbobot 2 ton. Rudal ini disebut-sebut memiliki jangkauan hingga 2.000 kilometer, karena rudal ini mirip dengan rudal (tua) Rusia Kh-55 (yang dilengkapi dengan hulu ledak nuklir). Rudal CJ-10A juga digambarkan sebagai rudal yang memiliki kecepatan tinggi 2.500 kilometer per jam, dan merupakan rudal yang berbahan bakar padat. Tapi sebenarnya CJ-10A adalah rudal jarak dekat, jangkauannya sekitar 300 kilometer saja. Kinerja CJ-10A sepertinya lebih mirip dengan rudal Tomahawk Amerika (menggunakan mesin jet yang lebih lambat). CJ-10A memang bisa membawa hulu ledak nuklir, namun biasanya tidak. Pembom H-6K China yang dipersenjatai dengan rudal jelajah ini dapat menyerang pangkalan Amerika di Okinawa (Jepang) dan Guam.
Ada sekitar seratus lebih pembom H-6 dalam Angkatan Udara China dari
sekitar 200 unit yang dibangun. Pesawat ini merupakan salinan China atas
pembom Rusia Tu-16 (dibangun sekitar 1.500 unit). Meskipun desain Tu-16
sudah lebih dari 25 tahun, namun China masih mengandalkan mereka
sebagai salah satu pesawat pembom utama mereka.
H-6 adalah pesawat berbobot 78 ton dengan empat awak dan dua mesin. Sebagian besar model H-6 dapat membawa hingga sembilan ton bom dan rudal, dan H6K yang baru mampu mengangkut sekitar 12 ton bom dan rudal.
Seluruh model H6 utamanya dipersenjatai dengan rudal CJ-10A dan C201, serta bom. Analis alutsista memperkirakan bahwa China tidak akan membangun H-6K dalam jumlah yang banyak, mungkin tidak lebih dari dua puluh unit saja. Rusia menggunakan pembom Tu-16 mereka dalam layanan sampai awal tahun 1990-an, namun China terus meng-upgrade H-6 hasil salinan mereka. Pembom kelas berat H-6K tampaknya akan tetap digunakan China dalam satu atau dua dekade ke depan.
H-6K menggunakan mesin Rusia yang efisien yaitu D30KP2 yang menjadikan pesawat ini memiliki jangkauan sekitar 3.500 kilometer. Seluruh perangkat elektroniknya dibuat sendiri oleh China termasuk radar yang lebih modern. Badan H-6K sendiri juga telah dimodifikasi hingga menjadi lebih ringan, berbahan komposit, namun lebih kuat. Kanon otomatis 23 mm (rear facing) juga telah diganti dengan peralatan perang elektronik.
H-6K dapat membawa enam rudal jelajah CJ-10A yang berbobot 2 ton. Rudal ini disebut-sebut memiliki jangkauan hingga 2.000 kilometer, karena rudal ini mirip dengan rudal (tua) Rusia Kh-55 (yang dilengkapi dengan hulu ledak nuklir). Rudal CJ-10A juga digambarkan sebagai rudal yang memiliki kecepatan tinggi 2.500 kilometer per jam, dan merupakan rudal yang berbahan bakar padat. Tapi sebenarnya CJ-10A adalah rudal jarak dekat, jangkauannya sekitar 300 kilometer saja. Kinerja CJ-10A sepertinya lebih mirip dengan rudal Tomahawk Amerika (menggunakan mesin jet yang lebih lambat). CJ-10A memang bisa membawa hulu ledak nuklir, namun biasanya tidak. Pembom H-6K China yang dipersenjatai dengan rudal jelajah ini dapat menyerang pangkalan Amerika di Okinawa (Jepang) dan Guam.
FA-18A VMFA-323 dan Tu-16 tahun 1986 |
H-6 adalah pesawat berbobot 78 ton dengan empat awak dan dua mesin. Sebagian besar model H-6 dapat membawa hingga sembilan ton bom dan rudal, dan H6K yang baru mampu mengangkut sekitar 12 ton bom dan rudal.
Seluruh model H6 utamanya dipersenjatai dengan rudal CJ-10A dan C201, serta bom. Analis alutsista memperkirakan bahwa China tidak akan membangun H-6K dalam jumlah yang banyak, mungkin tidak lebih dari dua puluh unit saja. Rusia menggunakan pembom Tu-16 mereka dalam layanan sampai awal tahun 1990-an, namun China terus meng-upgrade H-6 hasil salinan mereka. Pembom kelas berat H-6K tampaknya akan tetap digunakan China dalam satu atau dua dekade ke depan.
No comments:
Post a Comment