Pangkalan kapal selam di Palu, Sulawesi Tengah, akan siap akhir tahun
2013. Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama
(TNI) Untung Surapati yang ditemui di sela-sela seminar nasional
bertema ”Teknologi Perkapalan sebagai Bagian dari Peradaban Maritim
Indonesia” di Aula Terapung Universitas Indonesia, Depok, Rabu (10/4),
mengatakan, pangkalan di Teluk Palu yang memiliki palung laut itu sangat
ideal.
”Tidak hanya menjadi pangkalan, tetapi juga menjadi
pangkalan utama untuk kapal selam kita yang selama ini berbasis di
Surabaya,” ujar Untung.
Saat ini sudah ada dua kapal selam TNI AL
yang beroperasi. TNI juga membeli tiga kapal selam dari Korea Selatan
yang mulai akan diserahkan selepas tahun 2014. Kapal selam ketiga akan
diselesaikan di PT PAL Surabaya pada tahun 2017.
Untuk kapal
selam ketiga, dibangun fasilitas baru untuk pembangunan kapal selam
secara utuh di Surabaya. Untung tidak menjelaskan secara detail tentang
biaya pembangunan fasilitas tersebut.
Ditanya tentang persoalan
hukum antara prinsipal Jerman dan galangan Korea Selatan yang membangun
kapal selam pesanan Indonesia, Untung mengatakan, konsekuensi pasti ada.
”Lebih tepat ditanyakan langsung ke Kementerian Pertahanan,” ujarnya.
Sepanjang
tahun 2013, TNI AL akan mendapat tujuh proyek pengadaan kapal dengan
jumlah total sembilan kapal beragam jenis. Kapal baru tersebut meliputi
1 kapal cepat rudal, 4 kapal patroli 43 meter, 2 kapal tunda (tugboat),
kapal bantu cair minyak, dan kapal cepat rudal 40 meter. Semua kapal
tersebut dibuat di dalam negeri.
Kapal terguling
Ditanya
mengenai insiden kapal patroli baru pesanan Kementerian Perhubungan
yang terguling saat diluncurkan di Jakarta, Kepala Dinas Penerangan TNI
AL mengaku akan mengevaluasi kejadian tersebut. Dia mengakui, untuk
kapal TNI AL juga akan dibuat galangan kapal milik swasta di Ancol.
Insiden tersebut terjadi akhir Februari 2013 dan tidak diketahui media
massa.
Juru bicara Kementerian Perhubungan, Bambang Ervan, yang
dihubungi mengatakan, kapal itu masih milik galangan dan belum
diserahterimakan kepada pemerintah. ”Kapal sudah berhasil dikembalikan
ke posisi berdiri dan sedang dibersihkan dari karat akibat genangan
akhir laut,” katanya.
Biaya
Biaya
kapal patroli cepat tersebut hampir Rp 100 miliar. Pihak TNI AL
menyatakan sudah melakukan kajian mendalam agar tidak terjadi persoalan
serupa dengan rencana pembangunan kapal mereka di galangan tersebut.
Sumber : Kompas
No comments:
Post a Comment