Apache AH 64D Longbow III
Pemikiran di bawah ini tampaknya benar adanya. Tanda tanda TNI AD
akan membeli Apache plus Blackhawk semakin mendekati kenyataan:
Mengapa TNI AD harus membeli helikopter Apache AH 64D dan juga Blackhawk UH 60:
Satrio:
Dalam perang modern, kavaleri heli serang sangat dibutuhkaan.
Skenario dalam theater blitzkrieg modern atau serangan dadakan, sortie
1, .Apache maju ke depan dengan radar longbow-nya mendeteksi MBT lawan
dan menghancurkannya.
Apache terus maju hingga menjebak dan mengepung mbt lawan, kemudian
pilot Apache memberikan titik kordinat kepada MBT Leoprad RI untuk
menghabisi MBT lawan yg terjebak.
Sortie 2, Blackhawk dan MI-35 ikut menghabisi MBT lawan dan juga MLRS mereka. Menurunkan Pasukan Tontaipur atau Raider guna memecah
konsentrasi infanteri lawan dan memberikan informasi kondisi lapangan
musuh. Suport udara bisa dibantu oleh UAV yang menentukan posisi
strategis lawan dan memberikan data..
TNI tidak mungkin mengorbankan heli angkut yang dipersenjatai, dengan cara maju ke depan untuk dirontokan lawan.
WH:
Setahu saya Blackhawk yang dipersenjatai berangkat dari niat untuk
mempertahankan diri saat melakukan tugas transportasi. Dari pada
mengirim selusin pasukan khusus ke garis depan menggunakan dua
helikopter (trasnporter dan serang), 2 pilot, 2 co pilot, dan
seterusnya, maka muncul opsi pakai satu helikopter saja tapi yang
heavily armed.
Lebih baik mana heli transporter yang dipersenjatai atau murni attack?
Banyak plus minus nya. Untuk mencapai probability tinggi keberhasilan misinya, tetap kembali ke masing-masing peruntukannya.
1- Untuk deliver pasukan di garis depan atau di belakang garis musuh,
maka ini spesialisasi Blackhawk yang dipersenjatai, karean bisa
mandiri. Tapi kurang ok seandainya Super Puma, Bell, dan lain-lain
dikawal Apache — repot kalau sampai terpisah dengan pengawalnya.
2- Untuk Close Air Support yang menyingkirkan halangan di depan agar
gerak maju di kendaraan tempur daratan bisa lancar, penghancuran
jaringan radar, dan lain-lain, sangat ok kalau pakai Apache Longbow III.
Tapi bila menggunakan Blackhawk yang dipersenjatai akan:
- Masih bisa menyerang sasaran dengan roket, senapan mesin, dan
lain-lain yang dibawanya. Tapi probability kesuksesannya berapa persen
dibanding Apache Longbow III ?
Untuk tugas ini Apache Longbow III memiliki kemampuan yang jauh lebih lengkap untuk meningkatkan peluang keberhasilan.
- Ada iddle capacity yang tidak terpakai: ukuran engine dan body terlalu
besar, yang tetap harus dibayar cost nya untuk maintenance. Ibarat
pesawat penumpang B-737 yang hanya bawa bagasi saja, sementara kursi
penumpangnya kosong.
Dengan ini saya berpendapat TNI-AD akan ambil dua-duanya, bedanya
hanya soal waktu dan dana, mana duluan yang akan diambil. Trik ini
sebetulnya juga membingungkan military planner negara sebelah. Ucapan
Pak Kasad sudah jelas, TNI AD menginginkan alutsista yang juara satu.
Kalau dicermati, bukan berarti Battlehawk disuruh diadu dengan Apache
Longbow III, karena memang beda disiplin. Bagi TNI AD, juara 1 nya MBT
adalah Leopard, dan juara 1 nya IFV ya Marder. Dan di udara, Apache
Longbow III ibarat Leoaprd 2, sementara Blackhawk yang heavily armed
ibarat Marder. Anti tank Javelin diambil, NGLAW juga diambil, karena
dipandang TNI AD juara 1 di area disiplin jarak jangkaunya.
(JKGR).
No comments:
Post a Comment