Kita masih ingat bagaimana pihak Sekutu dalam perang dunia ke II melaksanakan Operasi Chastise
yaitu menghancurkan Bendungan Air sebagai salah satu objek Vital di
Jerman. Menyadari pihak musuh mengincar bendungan tersebut pihak Jerman
membuat pertahanan agar bendungan tidak dapat di hancurkan yaitu
dengan memasang jaring (jala) terbuat dari baja untuk menangkal senjata
torpedo dari pesawat musuh dan meriam Flak 20 mm anti serangan udara. Dari 19 pesawat pembom Avro Lancaster
yang di kerahkan hanya 11 yang kembali ke pangkalan. Terbukti meriam
tersebut ampuh dalam merontokkan pesawat dalam jarak dekat.
Namun seiring perkembangan teknologi,
ancaman yang yang datang saat ini bukan lagi pesawat yang di awaki,
namun rudal-rudal tambun yang dipenuhi dengan bahan amunisi dengan
kapasitas ledak yang luas dan besar dan dalam jumlah besar pula. Dalam
perang teluk kita dapat melihat bagaimana rudal scud Irak menghujani
sasarannya tanpa takut sedikitpun, karena memang tidak diawaki.
Untuk menghadapi tantangan tersebut
pabrikan senjata Oerlikon Contraves dari Swiss mengembangkan senjata
penangkis serangan udara Meriam 35 mm yang di beri nama Skyshield.
Meriam tersebut dikembangkan secara mutakhir dengan teknologi terkini
pada beberapa bagian :
a. Sistem kendali (Fire Control)
Perangkat pengendali menggunakan system computer. Sehingga perhitungan jarak, waktu penembakan dan sensor radar dilaksanakan dengan tingkat ketelitian yang tinggi.
b. Sistem Meriam
Dikembangkan sehingga memiliki kemampua menembak yang cepat dalam menghadang rudal-rudal lawan. Dengan cara membentuk tabir peluru sebanyak-banyaknya sehingga tidak memberi peluang bagi rudal lawan untuk lolos.
Keandalan meriam 35 mm Skyshield
didongkrak oleh kemampuannya dalam menyemburkan 1000 peluru permenit
dan kemampuan membentuk tabir peluru yang sulit di tembus rudal kecil
sekalipun.
No comments:
Post a Comment