Beredarnya video penghinaan suporter
Malaysia di Youtube saat pertandingan bola antara Indonesia-Singapura
menunjukkan bahwa sulit menyebut kedua bangsa tetap serumpun,
mirip-mirip mungkin. Tetapi semangat kebersamaannya tidak lagi serumpun.
Menjelang pertandingan hidup mati Tim Garuda versus Harimau Malaya,
Sabtu (1/12/2012), video teriakan dan nyanyian oleh suporter Negeri
Jiran yang melecehkan dengan menyebut “Indonesia Itu Anjing” marak
ditemukan. Walau pada akhirnya Indonesia masuk kotak dikalahkan Malaysia
dengan skor 2-0. Bergembiralah Malaysia itu.
Dari data dan statistik situs http://www.youtube.com/watch?v=mibFjZ0Nci4
menunjukkan bahwa video ini di upload, Selasa (27/11) lalu dengan
durasi 1 menit 41 detik. Pengunduhnya mengatasnamakan Indosportnews
dengan pengunjung hingga saat tulisan ini dibuat berjumlah 343.351.
Hubungan kedua negara sebenarnya
baik-baik secara diplomatik, hanya terdapat beberapa cacat kecil yang
kemudian menyudutkan Indonesia dan menempatkan Indonesia sebagai negara
yang lebih sering dilecehkan. Banyak budaya kita yang diakui oleh
Malaysia, adanya penghinaan terhadap TKI (TKI on Sale) serta perlakuan
sewenang-wenang, lepasnya Sipadan Ligitan. Semuanya hanya karena orang
Malaysia merasa mereka lebih mampu, lebih kuat dan lebih tinggi dari
Indonesia. Sirik, kira-kira istilah itu yang lebih tepat.
Dari pengalaman hubungan antar negara,
sebuah negara akan disegani apabila dia mempunyai kekuatan militer yang
memadai hingga negara lain tidak berani menyepelekannya. Sebagai contoh,
Amerika Serikat bisa memosisikan dirinya seakan-akan sebagai polisi
dunia karena mempunyai kekuatan penggempur yang sulit ditandingi negara
manapun. Suriah, kini dalam konflik internalnya dibawah tekanan
internasional tetap diperhitungkan AS dan sekutunya apabila akan
diserbu, karena memiliki pertahanan udara yang terintegrasi dengan
sistem yang dibuat oleh Rusia. Indonesia sekitar tahun 1961-1962 sangat
ditakuti karena mempunyai kekuatan udara penggempur strategis
(baca; Kisah kejayaan Tu-16 AURI, yang membuat Gentar Asia Tenggara dan
Australia http://ramalanintelijen.net/?p=5329 ).
Nah, nampaknya para pemimpin di
Indonesia mulai menyadari bahwa kita harus memiliki kekuatan gabungan
yang memadai khususnya dikawasan Barat yang berbatasan dengan Malaysia.
Dari Order of Battle Malaysia, diketahui negara itu juga menempatkan
dua divisi pasukannya kearah Indonesia. Mereka terus bersiap, sebenarnya
khawatir dan takut apabila kembali terjadi konflik dengan Indonesia
sewaktu-waktu, mengingat sejarah Operasi Dwikora. Walau pada saat itu
konflik bersenjata di kawasan hutan Kalimantan Utara sebenarnya lebih
banyak terjadi antara pasukan Australia dengan Indonesia, karena
Malaysia bersembunyi dibalik pakta FPDA (Five Power Defence
Arrangements). Malaysia akan dilindungi oleh Inggris, Australia dan
Selandia Baru apabila mendapat serangan.
Pengembangan Kekuatan Udara di Pekanbaru
Kita ketahui bahwa di kawasan Barat,
terdapat Pangkalan Udara Pekanbaru yang merupakan pangkalan pesawat
tempur TNI AU. Pangkalan yang dihuni oleh pesawat tempur Hawk 100/200
kini statusnya telah ditingkatkan oleh TNI AU menjadi Lanud kelas A.
Lanud Pekanbaru kini oleh Kepala Staf TNI AU (Kasau) Marsekal Imam
Sufaat telah diganti namanya menjadi Lanud Roesmin Nuryadin. Pak Rusmin
Alm adalah penerbang tempur pertama AURI.
Kasau menegaskan , "Saya ingin secara
bertahap AURI menjadi the first class air force," katanya saat
peresmian pergantian nama Lapangan Udara (Lanud) Pekanbaru menjadi
Roesmin Noerjadin, di Pekanbaru, Jumat (28/9). Untuk mencapai rencana
tersebut, Kasau mengatakan, pada awal 2014 TNI AU akan menambah 24
pesawat F-16, dan 16 pesawat di antaranya akan ditempatkan di Lanud
Roesmin Noerjadin tersebut. Dengan demikian, maka Lanud Roesmin
Noerjadin akan mempunyai dua skadron tempur yang dipimpin perwira
bintang satu (saat ini setingkat Kolonel). Ke-24 F-16 tersebut akan di
upgrade dengan biaya US$750 juta.
Selain
itu, Kasau mengatakan TNI AU kini juga sedang bekerja sama dengan Korea
Selatan dalam membuat pesawat tempur generasi 4,5 (KFX). Pesawat itu
diakuinya merupakan alutsista tempur di atas generasi Sukhoi buatan
Rusia. Direncanakan pada tahun 2022, TNI AU akan memiliki sekitar 50
pesawat tersebut. KFX adalah project pesawat tempur canggih Korean
Fighter eXperimental, dengan kemampuan anti radar.
Pada saat peresmian nama Lanud Roessmin
Nurjadin tersebut , Kasau menilai rencana penempatan 16 pesawat F-16 di
Pekanbaru pada 2014 nilainya sangat strategis. Pasalnya lokasi Pekanbaru
strategis sebagai benteng pertahanan, dan jaraknya cukup dekat dengan
negara tetangga Malaysia ataupun Singapura. "Angkatan Udara harus kuat
untuk menjamin harga diri bangsa di udara NKRI," katanya.
Pengembangan Kekuatan di Kalimantan Barat
TNI AL baru-baru ini mengumumkan rencana
memutakhirkan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Pontianak menjadi
pangkalan utama (Lantamal) di perbatasan dan mendirikan pos-pos tambahan
di sepanjang rentang batas Malaysia. Tiga markas AL sedang dibangun,
termasuk markas di Teluk Batang. Pangkalan angkatan laut adalah salah
satu komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) yang mendukung sistem
persenjataan lainnya seperti kapal, pesawat tempur, dan marinir.
Lanal Teluk Batang akan diposisikan
sebagai pendukung utama untuk keperluan administrasi dan logistik TNI-AL
untuk melayani kapal, pesawat, dan personil kelautan. Pangkalan ini,
sebagai pusat logistik untuk keamanan maritim di wilayah tersebut, akan
menggunakan infrastrukturnya untuk memaksimalkan potensi maritim bersama
organisasi AL lainnya.
Selain itu di perbatasan dengan
Malaysia, Komando Daerah Militer XII Tanjungpura di Kalimantan Barat
berencana menempatkan lebih banyak prajurit dan mendirikan pos
perbatasan lebih banyak di sepanjang perbatasan sejauh 966 kilometer
antara Provinsi Kalbar dan Sarawak, Malaysia. Jumlah pos perbatasan akan
ditambah dari yang saat ini 33 menjadi 42. Personil TNI akan berjaga di
pos-pos tersebut, yang didukung oleh pesawat pengintai tak
berawak. Kodam XII/Tanjungpura bertugas mengamankan wilayah Kalimantan
Barat dan Tengah.
Konflik masalah perbatasan Indonesia
dengan Malaysia merupakan yang paling sensitif. Indonesia dan Malaysia
menetapkan perbatasan darat di Borneo berdasarkan kesepakatan lama
antara Inggris dan Belanda. Wilayah Indonesia diwarisi dari Belanda dan
Malaysia memiliki bekas wilayah Inggris. Setelah berselisih selama
tahunan dengan Malaysia atas Pulau Sipadan dan Ligitan, Indonesia
akhirnya kehilangan haknya atas kedua pulau itu pada tahun 2002.
Indonesia selama ini telah kehilangan
wilayah seluas 1.499 hektar di Camar Bulan dan 800 meter di lepas pantai
Tanjung Datu, bersamaan dengan itu sumber daya berpotensi seperti
minyak bumi, timah, dan gas. Infrastruktur yang buruk di wilayah
perbatasan yang berbeda dengan wilayah Malaysia menyebabkan pendudukan
Kalbar lebih banyak yang bepergian ke Serawak.
Kodam XII/Tanjungpura akan dilengkapi
satu Batalyon Altileri Medan dengan mengusung sekitar 30 meriam 155mm
Caesar. Meriam 155mm Caesar adalah self-propelled howitzer bergerak,
dapat diangkut dengan pesawat Hercules, yang dipasang di atas truk
Unimog 6×6. Dengan pengisian proyektil otomatis, meriam 155mm ini siap
menembakkan 18 munisi dalam hitungan menit. Meriam otomatis ini memiliki
jarak tembak 42 km (munisi ERFB) atau 50 km untuk munisi roket. Yon
Armed Caesar 155mm ini, dipersiapkan bertugas sebagai supporting
Batalyon Kavaleri yang membawa MBT Leopard 2A6.
Sementara itu Kodam VI/Mulawarman
menjaga wilayah Kalimantan Timur dan Selatan. Direncanakan Kodam
Mulawarman akan disuport satuan Skuadron Helikopter Serbu. Kemungkinan
besar, Skuadron ini akan diisi dengan Helikopter AH 64 Apache. Kodam VI
Mulawarman akan dilengkapi peluncur roket multi laras MLRS. Kini Kodam
Mulawarman sedang membangun pangkalan MLRS di wilayah Berau Kalimantan
Timur. MLRS yang akan mereka gunakan kemungkinan HIMARS dan Roket
Pindad.
Rencana Penguatan Alutsista TNI AD
TNI AD mempunyai kesempatan memiliki
alutsista baru yang canggih, yaitu tank serta heli serbu. Peluang
pembelian helikopter serang AH-64/D Apache menjadi agak jelas
setelah Menlu AS Hillary Clinton pada 20 September mengumumkan
kepastiannya untuk menawarkan delapan heli ini kepada Indonesia, melalui
Menlu RI Marty Natalegawa, dalam Joint Commision Meeting di Washington,
AS.
Kongres AS yang semula menolak, akhirnya
menyetujui, setelah pemerintahan Presiden AS Barack Obama menjelaskan
bahwa dukungan persenjataan ini penting bagi hubungan kedua negara dan
akan memperkuat keamanan di negara Muslim terbesar di dunia
ini. "Kesepakatan ini diharapkan bisa memperkuat persahabatan
komprehensif kedua negara dan membantu memperkuat keamanan di wilayah
Asia Pasifik," ujar Menlu Hillary Clinton (Reuters).
Menurut Wakil Ketua Komisi I DPR, TB
Hasanuddin, harganya diperkirakan USD 40 juta per unit. "Itu harga belum
termasuk senjatanya. Kalau lengkap dipersenjatai, harganya bisa
meningkat jadi USD 60 juta per unit,"katanya. Jika pemerintah hendak
membeli 10 unit Apache beserta persenjataannya, maka diperkirakan keluar
uang negara USD 600 juta.
Selain rencana pembelian Heli serbu
Apache, TNI AD juga akan membeli Main Battle Tank (MBT) Leopard yang
semula direncanakan dari Belanda. Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie
Sjamsoeddin akhirnya menyatakan Indonesia akan membeli Main Battle Tank
(MBT) Leopard langsung dari Jerman. Keputusan tersebut dilakukan
menyusul proses pembelian dari Belanda dihentikan karena tidak ada
kepastian dari pemerintah setempat.
Menurutnya kebijakan pembelian tank
Leopard itu merupakan bagian dari modernisasi peralatan militer sesuai
Rencana Strategi (Renstra) periode 2010-2014. Anggaran yang diperlukan
untuk membeli peralatan militer MBT ini sebesar US$ 280 juta, dengan
skema pinjaman luar negeri, yang diproses sesuai blue print Bappenas dan
Kementerian Keuangan.
Perbedaan pendapat terjadi antara TNI AD
sebagai pengguna dengan DPR RI, menurut DPR, pada 16 Agustus lalu
menyetujui pembelian tank Leopard dengan bobot 40 ton atau tank medium.
Kebutuhan TNI Angkatan Darat, yaitu tank besar berbobot 60 ton.
Semestinya DPR menyadari bahwa kebutuhan MBT adalah untuk mengimbangi
negara-negara tetangga seperti Malaysia yang juga memiliki MBT. (Baca
artikel penulis "Arti Penting Tank Leopard bagi TNI AD" http://ramalanintelijen.net/?p=4794 )
Analisis Perkembangan Kondisi Wilayah
Pengembangan kekuatan pertahanan
Indonesia jelas tidak terlepas dari perkembangan serta langkah strategis
Amerika Serikat di Asia Tenggara dan Kawasan Laut China Selatan.
Dukungan dan kerjasama pertahanan ini juga digencarkan AS dalam rangka refocuses
perhatian ke wilayah Asia-Pasifik setelah bertahun-tahun terlibat dalam
konflik yang melelahkan di Irak dan Afghanistan. (Angkasa).
Menlu AS Hillary Clinton mengakui bahwa
Pemerintah AS sedang berusaha meningkatkan kerjasama militer dengan
sejumlah sekutu tradisionalnya, seperti Filipina dan Australia. Hal ini
dilakukan untuk menekan China agar mau menerima kesepakatan bersama
untuk memecahkan konflik teritorial di Laut China Selatan.
Dalam mengantisipasi perkembangan
kawasan Laut China Selatan, memang sudah sepatutnya TNI meningkatkan
kemampuan pertahanan serta gelar tempurnya di kawasan Barat. Seperti
istilah sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Dengan memperkuat
pertahanan di kawasan Barat, selain mengantisipasi kemungkinan konflik
antara China dengan AS dan sekutunya, kita juga mengantisipasi dan
meningkatkan bargaining position terhadap Malaysia.
Sebenarnya Malaysia bukan masalah besar
bagi Indonesia, tetapi tetap merupakan duri dalam daging yang bisa
menyebabkan infeksi dan rasa tidak nyaman saja. Bangsa ini hanya kalah
cerdik dan berani saja sama mereka, nah kini TNI mulai menjawab dan
mengantisipasi kemungkinan terburuk yang bisa terjadi di kawasan pada
beberapa tahun mendatang. Bravo TNI.
Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
No comments:
Post a Comment