Sudah bukan waktunya untuk menumpuk pasukan di Pulau Jawa, di saat perkembangan ekonomi kawasan yang semakin pesat, sekaligus meningkatnya ancaman yang menyertainya. Pasukan TNI harus ditempatkan di wilayah perbatasan yang rawan gangguan pihak asing. Untuk itu, Kementerian Pertahanan akan membangun Markas Batalyon dan Pangkalan Marinir TNI-AL, di Tanjung Sebatak, Karimun, Kepulauan Riau.
Markas Batalyon Marinir tersebut membutuhkan lahan seluas 20 hektar. Namun lahan yang tersedia hanya 4 hektar. Bupati Karimun menyanggupi akan memenuhi kebutuhan lahan sesuai dengan proyeksi.
Pangkalan Marinir ini akan dilengkapi peralatan tempur seperti: Artileri, Roket dan Kapal Tempur. Kekuatan pasukan sekitar 700 personel, dipimpin perwira berpangkat letnan kolonel.
“Ada tiga atau empat titik. Kita akan kaji mana yang tepat untuk itu”, ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, saat meninjau lokasi.
Menurut Menteri Pertahanan, pembangunan Pangkalan Marinir di perbatasan, untuk mengamankan pulau pulau terluar dengan cara meningkatkan kekuatan TNI di perbatasan. Hasil kajian ini akan disampaikan ke Presiden, untuk diambil sebuah keputusan.
Wilayah Karimun membutuhkan penjagaan yang ekstra karena berbatasan dengan Singapura, Malaysia dan Selat Malaka yang membutuhkan pertahanan yang kuat. Karimun sebagai daerah investasi, membutuhkan dukungan rasa aman dan nyaman bagi investor. Keberadaan Pangkalan Marinir ini diharapkan ikut mendorong pembangunan ekonomi di wilayah Karimun, Kepulauan Riau.
Apakah pendirian Batalyon dan Pangkalan Marinir di Tanjung Sebatak, Karimun, terkait dengan pembangunan Pasmar III yang akan berkedudukan di Belawan, Sumatera Utara ?. Belum tahu. Embrio pembentukan Pasmar III dimulai dengan pembentukan Yonif 9 Brigif 3 di Paibiung, Lampung, bukan di Karimun.
Tapi yang jelas, tugas Pasmar III mengamankan teritorial di sekitar wilayah Sumatera, termasuk pengamanan wilayah perbatasan perairan Indonesia dengan Malaysia dan Singapura. Otomatis Batalyon Marinir di Tanjung Sebatak Karimun, di bawah Komando Pasmar III.
Pasmar III juga akan membawahi Pangkalan Marinir yang akan dibangun di Pulau Nipah, untuk mengamankan perbatasan RI yang berdekatan dengan Singapura.
“Pasukan marinir dan TNI AL berjaga-jaga di perbatasan. Pasukan dilengkapi senjata. “Senjata biasa,” ujar Panglima Armada RI Kawasan Barat TNI AL, Laksamana Muda Didit Herdiawan.
Pembangunan Pangkalan Marinir di Pulau Nipah, terkait dengan rencana Pemerintah Pusat untik membangun beberapa usaha, diantaranya: Tempat labuh jangkar kapal-kapal internasional yang melalui Selat Malaka, serta usaha perikanan.
“Pulau Nipah akan dikembangkan sebagai kawasan sentra pertumbuhan ekonomi berbasis pertahanan”, ujar Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Sudirman Saad.
Pulau Nipah seluas 44 hektar akan dialokasikan 15 hektar untuk pertahanan dan sisainya untuk: Bangun, Infrastruktur, Labuh Kapal, Pengisian Bahan Bakar dan Penjualan Air.
TNI AL tampaknya memproyeksikan penempatan satu atau dua Kompi Marinir di Pulau Nipah, untuk dijadikan semacam Outpost.
Bagaiamana dengan Pangkalan Marinir di Karimun ?.
Pulau Karimun sangat strategis dan bisa dikatakan “Hot Spot”, karena berbatasan langsung dengan Singapura, Malaysia dan jalur Perdagangan Internasional Selat Malaka.
Pangkalan ini seharusnya bisa dijadikan Foward Base, tempat men-deploy logistik dan prajurit, jika sewaktu-waktu terjadi perang. Tanjung Sebatak juga bisa menjadi Resupply Base bagi kapal-kapal perang Indonesia yang berpatroli di perbatasan.
Untuk itu pangkalan ini harus terlindungi dengan kuat. Mereka harus memiliki pertahanan udara, anti-serangan kapal, jammer, serta bunker untuk menampung persediaan amunisi dan bahan bakar.
Jika tidak dilengkapi sistem pertahanan yang kuat, Markas Marinir ini, bisa menjadi menjadi “sitting duck” atau sasaran empuk bagi musuh. Sistem keamanan untuk markas terdepan sangat krusial dan memiliki nilai strategis yang tinggi.
Pangkalan Marinir di Tanjung Sebatak, karimun akan melindungi wilayah terluar Indonesia, sekaligus memberikan rasa aman bagi jalur perdagangan, maupun investor yang menanam modal di Kepulauan Riau.
Idealnya pasukan di Tanjung Sebatak berkekuatan satu Divisi (dari berbagai kesatuan), atau minimal “task force” yang mampu mandiri, jika terjadi perang.(JKGR)
Idealnya pasukan di Tanjung Sebatak berkekuatan satu Divisi (dari berbagai kesatuan), atau minimal “task force” yang mampu mandiri, jika terjadi perang.(JKGR)
No comments:
Post a Comment