Tuesday, April 10, 2012
Gelombang Pertama Pasukan Marinir AS Tiba di Darwin, Australia
AUSTRALIA - Kontingen pertama marinir Amerika Serikat berjumlah 200 personil telah tiba di Darwin, Australia.
Pasukan marinir AS ini akan berada di Australia selama enam bulan sebelum digantikan pasukan baru. Selama di Australia, mereka akan berlatih bersama angkatan bersenjata negeri itu.
Kedatangan pasukan AS ini disambut Menteri Pertahanan Stephen Smith dan kepada ABC News mengatakan sambutan di Australia Utara sangat hangat.
Dalam jumpa pers bersama Menhan Smith, Perdana Menteri Julia Gillard dan Menteri Utama Northern Territory Paul Henderson mengatakan penempatan pasukan AS itu adalah sebuah evolusi dari kegiatan dan pelatihan yang sudah dilakukan angkatan bersenjata kedua negara.
Ketiga pejabat itu juga mengatakan peristiwa ini merupakan babak baru dalam 60 tahun kerja sama pertahanan Australia-AS. Mereka juga menegaskan tidak akan pernah ada pangkalan militer AS di Australia.
Kedua negara telah mengikat kerja sama pertahanan dan Amerika Serikat akan menempatkan 2.500 prajuritnya di Australia pada 2017. Rencana ini mengganggu Cina namun para pemimpin AS dan Australia menekankan bahwa kerjasama kedua negara bukan untuk mengimbangi kekuatan Cina.
Dukungan Indonesia
Menhan Smith mengatakan negara-negara tetangga, terutama Indonesia dan Cina, tertarik dengan prospek latihan militer gabungan. "Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa ia berpikir itu [latihan gabungan] adalah hal yang baik," kata Smith pada radio ABC.
"Ia [Yudhoyono] juga mengatakan bahwa ia melihat adanya prospek latihan gabungan tidak hanya dengan Australia tetapi juga dengan AS dan wilayah-wilayah lain seperti Cina," kata Smith.
Pangkalan militer AS di sekitaran Laut China Selatan (Foto: gettheflick.blogspot.com)
Sebagai bagian dari ekspansi hubungan militer tersebut, pekan lalu Australia mengatakan akan mengizinkan AS menggunakan teritori mereka untuk mengoperasikan pesawat pengintai jarak jauh.
Washington juga dilaporkan menempatkan pesawat-pesawat dan kapal selam penyerang bertenaga nuklir di kota Perth, Australia Barat.
Prospek Jangka Panjang
Pekan lalu, Australia membantah sejumlah laporan terkait rencana pembangunan pangkalan Angkatan Udara AS di Pulau Cocos, Samudera Hindia. Surat kabar Washington Post mengabarkan rencana tersebut dan menilai pangkalan tersebut bisa menjadi titik strategis untuk mengirim pesawat pengintai ke Laut Cina Selatan.
Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith mengatakan rencana pangkalan AS di Pulau Cocos itu sebagai prospek jangka panjang. Pengerahan pasukan di Australia Utara sudah disampaikan PM Gillard pada November 2011 saat Presiden Barack Obama berkunjung ke Australia.
Rencana itu terlihat sebagai upaya kedua negara mengimbangi meningkatkan pengaruh Cina di Asia-Pasifik sekaligus memperkuat sekutu AS dalam sengketa Laut Cina Selatan.
Cina, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan saling berebut wilayah di Laut Cina Selatan yang diyakini kaya persediaan minyak dan gas. Australia merupakan sekutu lama Amerika Serikat, namun kini Cina adalah mitra dagang terbesar Australia.
Sumber : BBC.CO.UK
Label:
amerika serikat,
marinir,
militer
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment